23
Terdapat bebagai ciri yang dapat diamati untuk mendeteksi apakah kaum lansia bahagia  atau  kurang  bahagia.  Kaum  lansia  yang  bahagia,  salah  satunya  akan
ditunjukkan  dengan  ciri-ciri  mampu  menerima  diri  apa  adanya  dengan  segala kekuatan  dan  kelemahannya  serta  memiliki  kegembiraan  batin  yang  mendalam.
Sedangkan kaum lansia yang kurang bahagia, salah satunya ditunjukkan dengan ciri- ciri selalu mengeluh dan mudah marah. Masalah paling mencolok yang dialami kaum
lansia  pada  umumnya,  yaitu  mengalami  berbagai  penurunan,  terutama  penurunan fisik  dan  kesehatan.  Selain  itu,  kaum  lansia  juga  mengalami  perubahan  sosio-
emosional, kesepian, dan marginalisasi.
24
BAB III SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA UMAT LANSIA
Paus Yohanes Paulus II memiliki perhatian yang khusus terhadap kaum lansia. Perhatian  Paus  Yohanes  Paulus  II  kepada  kaum  lansia  ditunjukkan  dengan  menulis
surat  kepada  umat  lansia.  Dalam  suratnya,  beliau  menyapa  para  kaum  lansia  dan memberi  peneguhan  iman  kepada  mereka.  Peneguhan  iman  yang  Paus  Yohanes
Paulus  II  sampaikan  kepada  kaum  lansia  sangat  mendalam,  karena  merupakan  hasil refleksi hidup beliau sendiri yang juga telah memasuki usia senja.
Pada  Bab  III  ini  penulis  fokus  membahas  mengenai  isi  surat  Paus  Yohanes Paulus II kepada umat lansia dan melihat secara lebih mendalam pesan Paus melalui
suratnya. Terdapat beberapa hal yang akan dibahas dalam surat ini, yaitu makna dan nilai  kaum  lansia,  kaum  lansia  dalam  Kitab  Suci,  Gereja  dan  kaum  lansia,  serta
petunjuk untuk reksa pastoral kaum lansia.
A. Surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia
Pada Tahun Lansia Internasional, tepatnya pada puncak peringatan Hari Lansia Internasional  yang  jatuh  pada  1  Oktober  1999,  Bapa  Suci  Paus  Yohanes  Paulus  II
menulis Surat kepada Umat Lansia Widyamartaya, 2015: 5. Surat yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II ini merupakan bentuk sapaan personal dan penghargaan Bapa
25
Suci kepada kaum lansia. Hal ini tercermin di bagian awal surat kepada umat lansia yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Letter to the Elderly, yaitu:
Sebagai  orang  tua  sendiri,  saya  telah  merasa  rindu  untuk  bertemu-wicara dengan Anda… Penuh kemesraan saya arahkan gagasan-gagasan saya kepada
Anda semua, saudara-saudari terkasih yang sudah lanjut usia dari semua bahasa dan  kebudayaan.  Surat  ini  saya  tulis  kepada  Anda  pada  tahun  ini,  yang  oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa cocok sekali telah hendak dibaktikan kepada para lanjut  usia,  untuk  mengarahkan  perhatian  masyarakat  secara  keseluruhan
kepada  situasi  mereka  semua  yang,  akibat  beban  tahun-tahun  mereka,  sering harus  menghadapi  keragaman  masalah-
masalah yang sukar… Dalam surat ini hendak saya ungkapkan melulu kedekatan rohani saya terhadap Anda… art. 1.
Ungkapan  atau  sapaan  personal  yang  disampaikan  oleh  Paus  Yohanes  Paulus  II dalam  suratnya  kepada  umat  lansia  ini  sungguh  menunjukkan  suasana  kedekatan
rohani  dan  kemesraan  beliau  kepada  kaum  lansia.  Paus  Yohanes  Paulus  II  juga memiliki    perhatian  dan  penghargaan  yang  besar  kepada  mereka.  Melalui  surat  ini,
sebagai  sesama  lansia,  Paus  Yohanes  Paulus  II  ingin  memberi  dukungan  rohani kepada mereka.
Selain  itu,  dalam  surat  ini  juga  dapat  ditemukan  adanya  penghargaan  yang besar  terhadap  hidup,  bukan  kerena  produktivitas  kerja  dan  lain-lain,  melainkan
karena  martabat  kehidupan  itu  sendiri.  Surat  ini  juga  sekaligus  merupakan  refleksi Paus  Yohanes  Paulus  II  atas  hidup  beliau  sendiri  di  usia  senja  dan  mengajak  kita
semua  untuk  mengevaluasi  kehidupan  kita  sendiri.  Surat  yang  ditulis  Bapa  Suci  ini dapat  menjadi  tuntunan  atau  panduan  bagi  kaum  lansia  untuk  menghayati  hidup  di
usia senja dengan penuh syukur. Menanggapi  usia  lansia  dengan  penuh  syukur  memang  cukup  mendapat
perhatin  tersendiri  dari  Paus  Yohanes  Paulus  II  dalam  suratnya  kepada  umat  lansia.
26
Tampaknya  Paus  Yohanes  Paulus  II  dapat  menangkap  kenyataan  yang  dialami  oleh kaum  lansia  pada  umumnya.  Kaum  lansia  umumnya  melihat  usia  tua  sebagai
pengalaman  yang  menakutkan,  karena  dianggap  dekat  dengan  kelemahan,  kesepian, dan kematian. Oleh karena itu, Paus Yohanes Paulus II mengajak kaum lansia untuk
dapat memaknai usia tua mereka dengan penuh syukur dan tidak perlu merasa takut dengan usia tua. Beliau menyatakan: „„…Kendati hidup kita masing-masing dibatasi
dan  memang  rapuh,  kita  dihibur  oleh  gagasan  bahwa  berkat  kekuatan  jiwa-jiwa rohani kita, kita akan tetap hidup melampaui maut sendiri…‟‟ LE, art. 2.
B. Makna dan Nilai Kaum Lansia
Di zaman sekarang ini usia tua seringkali dipandang sebagai masa kemunduran serta  masa  kelemahan  manusiawi  dan  sosial.  Ada  sebagian  kaum  lansia  yang
memandang usia tua sebagai pengalaman yang traumatis dan menanggapinya dengan sikap-sikap  seperti  kepasrahan  pasif,  pemberontakan,  penolakan,  dan  keputusasaan.
Ada  sebagian  kaum  lansia  juga  yang  mampu  melihat  usia  tua  dalam  konteks eksistensi  manusia  dan  mampu  menghadapi  usia  tua  dengan  ceria  dan  bermartabat.
Mereka  juga  mampu  melihat  masa  tua  sebagai  kesempatan  untuk  tumbuh- berkembang  dan  bertekad  bakti  serta  membagikan  kebijaksanaan  mereka  melalui
pengalaman  yang  telah  mereka  lalui.  Hal  itupun  ditegaskan  secara  gamblang  oleh Paus  Yohanes  Paulus  II  dalam  suratnya  kepada  umat  lansia:  Dalam  arti  tertentu,
itulah musim kebijaksanaan, yang pada umumnya bertumbuh dari pengalaman, sebab waktu  itu  guru  yang  ulung.  Doa  pemazmur  terkenal:  Ajarilah  kami  menghitung