Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5
Untuk menyelenggarakan suatu program tidak selamanya berjalan lancar dan pasti ada hambatan yang dialami. Seperti halnya bahwa dalam
penyelenggaraan program bidikmisi pada tahun 2012, sembilan calon mahasiswa bidikmisi ditolak masuk Universitas Negeri Yogyakarta karena
terbukti berpura-pura miskin. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta mengungkapkan bahwa UNY serius memberikan sanksi bagi calon
mahasiswa maupun mahasiswa yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa bidikmisi yang berpura-pura miskin,
“Sanksi ini disiplin. Jadi pelajaran agar tidak berbohong. Sebab mereka hendak mengambil
hak orang lain” Rochmat Wahab, 2012. Diungkapkan pada tempo.com tim verifikasi bidikmisi
Universitas Negeri Yogyakarta menemukan salah satu calon penerima bidikmisi tinggal di rumah bertingkat. Mahasiswa lain keluarganya memiliki
satu mobil dan satu motor. Ada juga calon mahasiswa yang keluarganya memiliki empat motor. Salah satu calon mahasiswa bahkan ketahuan hendak
mengibuli petugas verifikasi. Ketika didatangi ke rumahnya, dia sendiri malah menuntun petugas ke rumah kakeknya. Selain itu kata Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh 2012 mengatakan masih ada mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria, namun mendapatkan beasiswa
tersebut. ”Memang ada anak dosen dari perguruan tinggi yang diterima dalam program Bidikmisi, tetapi jumlahnya tidak banyak”.
Dengan demikian penyelenggaraan program bidikmisi haruslah memiliki monitoring yang baik dari pihak jurusan maupun universitas. Hal ini
dikarenakan setiap individu memiliki dinamika kehidupan yang berbeda
6
antara individu satu dengan yang lainnya dan selalu mengalami pasang surut seiring dengan masa perkembangannya. Dinamika kehidupan itu meliputi:
dinamika sosial, dinamika ekonomi, dinamika psikologi, dan dinamika pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap mahasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, banyak ditemukan fakta yang diungkapkan subjek secara diskriptif mengenai dinamika kehidupan mahasiswa Bidikmisi.
Hal ini berupa fakta mengenai ketidaktepatan penyaluran program beasiswa bidikmisi yang dilakukan oleh perguruan tinggi, masalah ekonomi yaitu
pemenuhan kebutuhan selama pendidikan dan tinggal di Jogja, tuntutan atau tanggung jawab sebagai mahasiswa bidikmisi, tuntutan terhadap target nilai
dan masa studi kependidikan. Subjek yang pertama adalah AN nama inisial yaitu seorang
mahasiswa bidikmisi angkatan 2010 yang berasal dari Jawa Barat. Dilihat dari aspek ekonomi AN termasuk mahasiswa yang berkecukupan. Hal ini
dikarenakan selain uang dari bidikmisi, AN juga mendapatkan kiriman dari orangtuanya serta uang hasil kerja sebagai guru privat SDSMP, usaha
photo copy , manajer lembaga tidak disebutkan namanya, mengajar sekolah
luar biasa SLB di Bantul, dan ikut proyek penelitian PKM. Dalam masalah ekonomi AN sendiri merasa dirinya sangat kecukupan bahkan berlimpah.
Melihat dari aspek pribadi sosial, AN terlihat suka untuk menunjukan siapa dirinya dan kelebihannya, hal inilah yang menyebabkan pergaulan dengan
7
temannya di kelas kurang berjalan dengan baik, menurutAN dirinya cenderung sombong sehingga teman-temanya tidak suka. Selain itu AN juga
merasa minder dan risi dengan status sebagai mahasiswa bidikmisi karena dia merasa berasal dari keluarga yang mampu dari segi ekonomi.
Subjek yang kedua adalah ST nama samaran yaitu seorang mahasiswi bidikmisi angkatan 2010 yang berasal dari Jawa Tengah. ST
tergolong mahasiswa yang cerdas dengan Indeks Prestasi Komulatif IPK lebih dari 3,5 namun terganjal oleh biaya pendidikan di perguruan tinggi yang
tergolong tinggi. Dilihat dari aspek ekonomi ST berasal dari golongan keluarga yang sederhana, hal ini dapat dilihat dari penampilannya.
Sebenarnya, setelah lulus dari SMA ST berencana untuk langsung bekerja, hal ini dikarenakan keadaaan ekonomi keluraganya
yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah ST sampai di perguruan tinggi. ST
sendiri tidak menetap di Jogja melainkan selalu pulang Magelang, hal ini dikarenakan ST bekerja sebagai guru privat bagi siswa SD. Ini dilakukan ST
guna memenuhi sebagian keperluan kuliahnya dan keperluan sehari-hari. Dilihat dari aspek pergaulan sosial mahasiswi ini cenderung tertutup dengan
lingkungan sosialnya. ST biasanya hanya bergaul dengan sahabat dekat ataupun dengan anak-anak SD yang mengikuti les privat dengannya. Hal itu
juga yang mengakibatkan SE cenderung pasif dalam mengikuti organisasi kemahasiswaan atau UKM di kampus, dikarenakan setelah pulang kuliah
waktunya dihabiskan untuk mengajar les privat anak-anak SD.
8
Mahasiswa penerima bidikmisi yang ketiga adalah MK nama samaran seorang mahasiswi yang berasal dari Jawa Tengah. MK mengaku
alasan mengikuti program beasiswa bidikmisi bisa membantu orang tua karena biaya pendidikan yang gratis. Dilihat dari aspek ekonomi terlihat uang
bidikmisi yang diberikan kepada MK sudah cukup, namun apabila bantuan itu hanya digunakan untuk keperluan-keperluan biasa, seperti makan dan foto
copy. Dengan uang bantuan yang tergolong pas-pasan itu, MK mengaku pernah mencoba menambah uang jajannya dengan bekerja di toko, tetapi
karena dirasa mengganggu perkuliahannya akhirnya pekerjaan itu ditinggalkan. Dilihat dari aspek psikologinya, terlihat MK merasa tertekan
dengan prestasi yang didapat dan tak jarang dia merasa minder dengan prestasinya dikelas. MK menjelaskan bahwa, dia tertekan karena dia merasa
tersaingi prestasi akademiknya oleh mahasiswa reguler, sedangkan dia merasa bahwa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa itu seharusnya lebih bisa
diatas mahasiswa reguler. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan MK bahwa dirinya tertekan dengan peraturan perguruan tinggi yang mewajibkan
mahasiswa bidikmisi untuk membuat PKM, karyatulis, dan harus meraih prestasi. Dia menerangkan bahwa peraturan tersebut membebani dirinya dan
membuatnya sering merasa malas dalam kuliah. Kondisi ekonomi yang pas-pasan bahkan jauh dari orang tua
senantiasa memaksa mahasiswa bidikmisi untuk menambah pendapatnnya denga bekerja. Sedangkan kondisi ekonomi yang berlimpah cenderung
mengakibatkan mahasiswa bidikmisi memiliki gaya hidup yang berlimpah
9
pula. Hal ini dikarenakan dalam penjaringan program beasiswa bidikmisi tidak dilakukan secara teliti. Seperti yang disampaikan subjek MK, dia
menerangkan mahasiswa bidikmisi yang seperti itu dikarenakan dalam proses seleksinya tidak pernah disurvey oleh pihak perguruan tinggi, karena hanya
sebatas surat fisik dari kator kepala desa dan sekolah saja. Hal inilah yang mengakibatkan ketidaktepatan penyaluran bantuan pendidikan bidikmisi.
Anggapan dan tuntutan bahwa mahasiswa bidikmisi harus terlibat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, membuat ketiga subjek mahasiswa
bidikmisi cenderung aktif dalam pergaulan sosial dilingkungan organisasi mahasiswa, seperti Himpunan Mahasiswa HIMA, Badan Eksekutif
Mahasiswa BEM, ataupun Dewan Perwakilan Mahasiswa DPM. Interaksi sosial di lingkungan kelas dan lingkungan tempat tinggalnya dipengaruhi oleh
tingkat kesibukan mahasiswa dengan kegiatan yang diikutinya. Semakin padat dan banyak kegiatan yang diikutinya maka waktu yang digunakan
untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat juga akan sedikit. Kebanyakan interaksi sosial yang terjadi hanya pada kelompok sosialnya tersebut. Hal ini
juga sering menyebabkan pergaulan dengan rekan kelas juga terganggu. Seringkali mahasiswa yang demikian akan di anggap sombong dan sok
menyibukkan dirinya, seperti yang terjadi pada subjek AN. Tuntutan yang mewajibkan mahasiswa bidikmisi memiliki prestasi
baik biasanya membuat mahaiswa bidikmisi akan termotivasi. Dari ketiga subjek mahasiswa bidikmisi, mereka merupakan mahasiswa berprestasi dan
aktif dalam kegiatan di perguruan tinggi. Akan tetapi tuntuan itupula dapat
10
mengakibatkan mahasiswa terikat oleh doktrin bahwa “saya harus menjadi mahasiswa sempurna”. Hal ini membuat mahasiswa bidikmisi tertekan dan
mengalami stres yang berakibat pada penurunan prestasi akademik mereka. Hal inilah yang terjadi pada subjek MK, sebagai seorang mahasiswa
bidikmisi yang tergolongmahasiswa berprestasi Mapres harusnya IPK MKlebih diatas dari mahasiswa reguler, akan tetapi hasil prestasi akademik
yang didapat masih dibawah beberapa mahasiswa reguler dikelasnya. Hal ini menunjukan bahwa tekanan dan tuntutan yang berlebih dari perguruan tinggi
juga memiliki dampak terkait nilai akademik mahasiswa bidikmisi. Melihat fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi. Alasannya yaitu dengan mengetahui dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa
bidikmisi nantinya peneliti akan mengetahui penyebab-penyebab mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi mengalami masalah sosial, ekonomi, psikologi,
serta penyebab mengapa mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi mempunyai prestasi akademik yang kurang memuaskan, guna membantu
mahasiswa tersebut
dalam memecahkan
problematika dinamika
kehidupannya.
11