Dinamika Sosial Dinamika Kehidupan Mahasiswa
37
seseorang yang merupakan keseluruhan dari interaksi seseorang terhadap orang lain atau objek tertentu yang saling berhubungan Siti Partini,
1984:74. Dijelaskannya lagi sikap terbentuk dari berbagai macam faktor dan didalamnya faktor lingkungan sosial dan kebudayaan memberikan
pengaruh besar terhadap masisng-masing individu, sehingga lingkungan sosial dan kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan tingkahlaku
ataupun sikap yang berbeda pula. Sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam
bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi John Harvey dan William Smith, dalam Abu Ahmadi 2002:164. Sikap merupakan
tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi seperti: simbol, kata-kata, slogan,
orang, lembaga, ide, dsb. orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap objek apabila dia suka atau memiliki sikap yang favorable. Dan
sebaliknya apabila individu tidak suka maka dia akan memiliki sikap negatif atau unfavorable terhadap objek Thurstone, dalam Abu Ahmadi,
2002:163. Zimbarbo dan Ebbesen Abu Ahmadi, 2002:163 menerangkan
bahwa sikap adalah suatu predisposisi keadaan mudah terpengaruh terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen
cognitive, affective , dan behavior. Sedangkan menurut D. Krech dan RS.
Crutchfield Abu Ahmadi, 2002 menjelaskan bahwa sikap adalah
38
organisasi yang tetap dari proses motifasi, emosi, persepsi, atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
Menurut Siti Partini sikap bukan pembawaan dari lahir melainkan hasil pengaruh dari lingkungan yang berarti sikap ini dapat dipelajari.
Pengaruh lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan kebuidayaan, lingkungan sosial, lingsungan pendidikan dan sebagainya. Siti Partini
1984:82 menjelaskan pembentukan dan perubahan sikap timbul karena stimulus, terbentuknya sikap itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma kelompok, golongan agama, dan adat istiadat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan pembawaan dari interaksi dengan individu lain atau kelompok sosial
berupa respon dalam bentuk positif dan negatif yang dipengaruhi oleh objek tertentu seperti cognitive, affective dan behavior yang
mempengaruhi emosi, motifasi, serta persepsi individu sehingga menghasilkan tingkah laku yang disebut sikap.
Dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan perilaku yang bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut,
penentu perilaku ini disebut dengan motif Siti Partini, 1984:105. Siti Partini menambahkan lagi motif merupakan sesuatu yang menimbulkan
perilaku pada organisme, motif tidak sealalu dapat diamati dari perilaku, atau dapat dikatakan bahwa perilaku yang nampak tidak selalu
menggambarkan motif seseorang. Oleh karena itu seseorang bisa
39
memahami mengapa orang lain melakukan suatu hal kalau seseorang itu mampu memahami motif yang mendasarinya.
Menurut Landzey Hall dan Thomson Siti Partini, 1984:105 motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. Menurut Atkinson
Siti Partini, 1984:105 motif adalah disposisi laten yang berusaha dengan sekuat tenaga menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini bisa berupa
prestasi, ifiliasi ataupun kekuasaan. Gerungan Siti Partini, 1984:105 menerangkan bahwa motif
adalah penggerak atau pendorong dalam diri seseorang manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Abu Ahmadi 2002:191 menjelaskan
motif sebagai dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan, motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon atau suatu himpunan
respon dengan keadaan dorongan tertentu, dan apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan maka motif itu hasil proses belajar.
Melihat pengertian motif dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang mampu membentuk tujuan
seseorang sehingga mengakibatkan seseorang memiliki tingkah laku tertentu untuk mewujudkan tujuannya. Motif timbul karna adanya
kebutuhan kebutuhn sosial ataupun kebutuhan prinadi. Kebutuhan sosial ini meliputi interaksi denga kelompok lain, organisasi, dan lain lain.
Dalam menjalin hubungan sosial tentunya seseorang tidak ingin mengalami kendala atau masalah sosial, masalah sosial ini bisa disebut
40
dengan prasangka sosial. Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan individu atau kelompok terhadap individu lain atau
kelompok lain Siti Partini, 1984:120. Lebih lanjut Siti Partini 1984 mengatakan prasangka timbul dari adanya dimana perbedaan ini
menimbulkan perasaan superior. Perbedaan yang dimaksud meliputi: perbedaan fisik, lingkungan geografis, kekayaan, status sosial,
kepercayaanagama, dan norma sosial. Prasangka juga timbul karena kesan menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Prasangka juga timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu.
Menurut Siti Partini 1984:129 prasangka pada diri seseorang atau kelompok itu dapat dihilangkan sesuai derajat atau tebal tipisnya
prasangka. Karena sebenarnya prasangka itu adalah salah sangka atau miss komunikasi. Oleh karena itu prasangka dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan beberapa cara berikut: a.
Usaha preventif: usaha dimana kita mencegah agar diri sendiri atau kelompok terkena prasangka dari orang lain atau melakukan
prasangka pada orang lain. Menciptakan suasana yang damai, tenteram, dan jauh dari rasa permusuhan.
b. Usaha curatif: usaha untuk menyembuhkan orang lain yang terkena
prasangka. Usaha disini berupa menyadarkan orang yang terkena prasangka maupun orang yang memiliki prasangka.
41
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa prasangka atau perilaku prasangka itu dapat kita cegah dan kita hilangkan, terutama
semuanya harus melalui kesadaran oleh setiap manusia yang mengerti akan kaidah hidup bersosialisasi atau hidup bersosial.
Dalam kehidupan remaja, penerimaan diri pada komunitas atau kelompok sisoal merupakan hal yang penting. Penolakan terhadap remaja
oleh lingkungan sosial atau kelompok merupakan kegagalan dalam membina hubungan baik remaja dengan kelompoknya. Menurut Hurlock
Rita Eka Izzaty, dkk. 2008:142 faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial remaja adalah:
a. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan
yang menarik perhatian, sikap yang tenang dan gembira. b.
Memiliki reputasi sebagai orang yang suportif, menyenangkan. c.
Penampilan diri sesuai dengan penampilan teman sebaya. d.
Perilaku sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan dengan orang lain, bijaksana serta
berperilaku sopan. e.
Matang, terutama dalam pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan kelompok.
f. Memiliki sikap kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial
yang baik seperti sifat-sifat jujur, setia, tidak mementingksn diri sendiri dan terbuka.
g. Status ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota lain dalam
kelompok dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga.
h. Tempat tinggal yang dekat dengan anggota kelompok sehingga
mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa faktor yang mempengaruhi penerimaan seorang remaja dalam lingkungan sosial
42
adalah seorang remaja hendaknya memiliki sikap yang menyenangkan, matang dalam pengendalian diri atau pengendalian emosinya, jujur dan
bertanggung jawab atas dirinya dan kelompok sosialnya, serta mempunyai penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya sehingga
menimbulkan rasa aman dan menyenangkan bagi lingkungan atau kelompok sosialnya.
Kehidupan sosial bukan hanya terjadi dalam lingkup organisasi ataupun kelompok saja. Kehidupan sosial yang banyak ditemui dalam
ruang lingkup kehidupan sosial remaja adalah kehidupan sosial dengan lawan jenis, atau bisa disebut dengan ketertarikan antar pribadi atau
ketertarikan antar lawan jenis atau persahabatan. Masa remaja adalah masa dimana seseorang mulai mengenal lawan jenis sebagai teman
akrabnya baik yang sebagai teman akrab atau teman yang mereka sukai. Dalam kehidupan remaja kebanyakan orang sudah mengalami masa
dimana ketertarikan kepada lawan jenis yang menumbuhkan rasa cinta ataupun sebaliknya dimana pada masa remaja mengalami penolakan atau
dibenci. Persahabatan merupakan konsep sosial yang murni, dimana
persahabatan atau hubungan sosial antar remaja menuntut pemeliharaan dalam semua interaksinya, interaksi yang mengabaikan pemeliharaan
akan mempengaruhi keharmonisan persahabatan atau hubungan Siti Partini, 1984:140. Siti Partini 1984:14 menerangkan bahwa
persahabatan timbul oleh adanya persamaan, dua orang yang semula
43
hanya berhubungan sebagai teman biasa akan berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan diantara keduanya, misalnya:
hoby, pola berfikir yang sama, keinginan atau cita-cita, nasib, dsb. Persahabatan dan hubungan pertemanan sebenarnya hampir sama,
Menurut Suzanne Kurth Siti Partini, 1984:14 Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap
individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan hubungan pertemanan adalah hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan
didalam perkembangan
suatu persahabatan.
Artinya hubungan
pertemanan merupakan permulaan dari lahirnya hubungan persahabtan, dan hubungan pertemanan hanya bersifat formal dalam ruang lingkup
sosial yang luas dan tidak masuk pada hubungan intim antar individu. Tak hanya sebatas hubungan antar sosial dan kelompok saja,
kehidupan sosial remaja juga terdiri dari kehidupan sosial dalam keluarga. Keluarga merupankan unit sosial terkecil dari kehidupan sosial
dalam masyarakat. Dalam keluarga terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, ibu sebagai ibu rumah tangga, anak sebagai anggota keluarga.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil sebagai landasan seorang individu belajar dalam hidup bersosial dalam interaksi sosial kecil antar
sesama anggota keluarga. Dalam lingkungan keluarga tugas orang tua yang paling utama
adalah mendidik anaknya. Sedangkan tugas utama seorang anak adalah untuk membanggakan orang tuanya. Faktor yang mempengaruhi
44
keberhasilan anak dalam karirnya salah satunya adalah dukungan orang tua. Dukungan yang baik dan doa yang baik kepada anak akan memberi
motifasi dan semangat belajar bagi anak. Menurut J. Verkuyl Siti Partini, 1984:152 Keluarga yang memberikan rasa aman, damai, kasih
sayang, cinta dan kemesraan kepada anggota keluarganya akan mempengaruhi anak dalam perkembangan pendidikan dan karirinya.
Karena anak akan merasa tentram dan damai serta tidak merasa kesepian apabila mengalami masalah dengan lingkungan belajarnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruh oleh peran orang tua dalam memperlakukan anak. Abu Ahmadi 2002:247 menjelaskan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja. a.
Perimbangan perhatian Yang dimaksud perimbangan perhatian adalah perimbangan
perhatian dari orang tua atas tugas- tugasnya. Tugas yang diberikan pada anak harus seimbang dan sesuai dengan porsinya. Artinya anak
membutuhkan staabilitas keluarga, pendidikan, serta pemeliharaan psikis dan religiusitas.
b. Keutuhan keluarga
Kecenderungan keluarga broken home perhatian terhadap anaknya kurang. Sehingga anak kurang kasih sayang dari keluarganya hal ini
dapat menyebabkan kenakalan pada remaja.
45
c. Status sosial
Status sosial mempengaruhi tingkah laku dan pengalaman anak. Status sosial adalah kedudukan orang tua dalam kelompok atau
lingkungan masyarakat. Secara sederhana status sosial di indonesia dapat dibagi menjadi petani, pegawai, angkatan bersenjata,
pedagang. Dalam hal ini memiliki kaitan dengan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga yang memiliki penghasilan cukup akan lebih
mampu memberikan kebutuhan bagi anaknya, begitu sebaliknya. d.
Besar kecilnya keluarga Besar kecilnya keluarga berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Pada keluarga besar anak sudah biasa bergaul dengan orang lain, sudah biasa memperlakukan dan diperlakukan orang lain. Daan sikap
toleransi berkembang sejak kecil.