Pelanggaran Peraturan dan Sangsi

29 nafas dan roh perguruan tinggi dimana mereka sebagai penggerak dan pemberi sumbangsih yang dominan dari keberhasilan dan kemajuan perguruan tinggi, melalui prestasi mahasiswa perguruan tinggi dapat dikatakan sukses dalam pmbinaan kegiatan belajar mengajarnya. Menurut Peraturan Pemerintah PP No. 30 Tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Knopfemacher Sarlito Wirawan Sarwono, 1978 mengatakan mahasiswa merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatanya dengan perguruan tinggi, di didik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual. Sarlito Wirawan Sarwono 1978 sendiri mengatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Dari pengertian mahasiswa diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang belajar dan terdaftar secara resmi di sebuah perguruan tinggi yang dididik sebagai calon sarjana dan sebagai calon intelektual. Menurut Hermanto S.P. 2010 “Mahasiswa sebagaimana statusnya adalah pelajar atau peserta didik yang memiliki tugas utama untuk belajar, dalam arti mereka seharusnya banyak membaca, membuat karya yang merupakan penemuan, pengembangan atau kreasi dari yang mereka pelajari dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka memiliki kemampuan berprestasi dan memiliki keunggulan kompetitif”. Jadi sangat jelas diterangkan bahwa peran mahasiswa adalah sebagai 30 tolak ukur pembangunan dan ujung tombak suatu instansi dalam menunjukan bukti konsistensinya dalam pembinaan dan mencetak generasi baru yang sukses. Assael Henry 2002:294 mengatakan mahasiswa sebagai konsumen memiliki karakteristik tertentu yaitu salah satunya adalah gaya hidup. Gaya hidup ini merupakan tolak ukur dimana kita dapat melihat bagaimana setiap individu banyak menghabiskan aktifitasnya, apa yang menjadi ketertarikan individu terhadap lingkungannya interest, dan yang berhubungan dengan masalah pribadi maupun masalah sosial opini. Gaya hidup yang ditampilkan antara tingkatan sosial satu dengan yang lainnya dalam banyak hal tidak selalu sama. Bahkan kecenderungan tiap-tiap tingkatan sosial memiliki gaya hidupnya sendiri-sendiri. Mulai dari cara bertutur kata, cara berpenampilan, pemanfaatan waktu luang, serta pemilihan akan pendidikan D.J. Narwoko B. Suyanto, 2004 : 163. Terjadinya tingkatan sosial, budaya, agama, suku, ras dsb. yang berbeda –beda pada perguruan tinggi khususnya mahasiswa tentunya akan menimbulkan permasalahan bagi kehidupan mahasiswa pada umumnya. Beberapa hal negatif yang biasanya timbul adalah perkelahian, mabuk- mabukan, begadang sampai malam, memasukkan tamu lawan jenis kedalam kamar sampai larut malam, pencurian, dsb. Menurut M. Syamsudin, 2002:1 kebiasaan dan akibat dari tingkatan sosial ini tak