52
e. Kompensasi, mencari objek pemuasan dibidang lain sebagai
pengganti kegagalan suatu bidang. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan emosi
remaja mengalami pasang surut dalam artian seorang remaja masih mencari jati dirinya. Seorang remaja lebih mudah marah, tidak dapat
mengendalikan emosinya dengan baik, mudah gelisah, suka menyendiri dan terlihat sentimentil. Hal ini mengakibatkan reaksi remaja terhadap
bentuk frustasinya seperti: agresi terhadap diri sendiri, pengalihan emosi atau merah terhadap orang lain, dan mencari objek pemuas emosi seperti
narkoba dan minum-minuman keras. Semua hal ini dipengaruhi oleh kurangnya model berperilaku, tuntutan masyarakat atau lingkungan
sosial yang terlalu tinggi serta penyesuaiapengenalan diri terhadap lawan jenis.
5. Dinamika Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
Sugihartono, dkk. 2007:3 pendidikan berarti sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Poerbakawatja dan harahap
Sugihartono, dkk. 2007:3
menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkahlaku manusia baik secara individu
53
maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian. Jadi pendidikan dapat diartikan sebagai upaya
secara sadar dan sengaja untuk membentuk dan mendewasakan sikap individu atau kelompok melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Menurut Sugihartono, dkk. 2007:74 Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkahlaku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Santrock dan Yussen Sugihartono, dkk. 2007 belajar dapat diartikan sebagai
berubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Sedangkan Reber Sugihartono, dkk. 2007 mendefinisikan belajar menjadi dua
pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan. Kedua
, belajar sebagai perubahan kemampuan beraksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku, sikap dan pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman berinteraksi dengan orang
lain.
a. Ciri–ciri perilaku belajar
Sugihartono, dkk. 2007:74 membagi ciri-ciri perilaku belajar menjadi enam perubahan, yaitu:
1 Perubahan tingkah laku
Perubahan perilaku terjadi apabila individu menyadari terjadinya perubahan perilaku tersebut.
54
2 Perubahan bersifat berkelanjutan dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan akan mempengaruhi kehidupan
dimasa kedepannya. 3
Perubaha bersifat positif dan aktif Sebagai proses belajar perubahan yang dialami individu
harusnya bersifat positif dan aktif. Dapat dikatakan positif apabila perubahan itu tertuju untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan dapat dikatakan aktif apabila perubahan itu terjadi atas dasar keinginan dari dalam diri
sendiri. 4
Perubahan bersifat permanen Perubahan dalam diri individu yang senantiasa harus
dijaga itu hendaknya selalu melekat pada diri individu tersebut. 5
Perubahan dalam belajar dan bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan
adanya tujuan yang terarah yang akan dicapai oleh individu. 6
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Jika individu belajar sesuatu, sebagai hasil ia akan
mengalami perubahan tingkahlaku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
55
b. Motivasi belajar
Motivasi belajar menurut Wlodkowsky Sugihartono, dkk. 2007 merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi
tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan Sugihartono,
dkk. 2007:78. Bigg dan telfer Sugihartono, dkk. 2007 menyatakan bahwa
pada dasarnya motivasi belajar itu dibedakan menjadi empat, yaitu: 1
Motivasi instrumental: individu mau berprestasi karena adanya dorongann hadiah atau hukuman.
2 Motivasi sosial: siswa belajar untuk menyelenggarakan tugas,
dalam hal ini keterlibatan individu pada tugas menonjol. 3
Motivasi berprestasi: individu termotivasi belajar karena menginginkan
prestasi dan
keberhasilan yang
telah ditetapkannya.
4 Motivasi instrinsik: individu termotivasi belajar karena
kebutuhan dan keinginan diri sendiri. Sugihartono, dkk. 2007 mengatakan bahwa motivasi yang
tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar individu. Motivasi yang dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa adalah:
1 Adanya kualitas keterlibatan individu dalam belajar yang sangat
tinggi. 2
Adanya perasaan dan keterlibatan afektif individu yang tinggi dalam belajar
3 Adanya upaya individu untuk memelihara atau menjaga agar
senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.
56
Keller Sugihartono, dkk. 2007:78 menyusun prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan menjadi 4
katagori kondisi motivasional, yaitu: 1
Attention perhatian Perhatian individu biasanya didorong oleh adanya rasa
ingin tahu yang tinggi. Dalam hal ini rasa ingin tahu menjadi landasan seorang individu untuk menekuni sesuatu yang di rasa
ingin diketahunya
sampai individu
tersebut merasa
menguasainya. 2
Relevance relevasi Adanya
hubungan materi
pembelajaran dengan
kebutuhan individu serta kondisi individu. Individu akan sangat termotivasi apabila mereka merasa apa yang dipelajarinya telah
sesuai dengan apa yang diperlukannya dan dapat memenuhi kebutuhan pribadinya.
3 Confidance kepercayaan diri
Memiliki keyakinan bahwa pribadi mampu melakukan suatu tugasnya dengan sendiri akan mendorong dan memotivasi
individu untuk rajin belajar dan tekun dalam mencapai prestasinya secara maksimal.