30
tolak ukur pembangunan dan ujung tombak suatu instansi dalam menunjukan bukti konsistensinya dalam pembinaan dan mencetak
generasi baru yang sukses. Assael Henry 2002:294 mengatakan mahasiswa sebagai
konsumen memiliki karakteristik tertentu yaitu salah satunya adalah gaya hidup. Gaya hidup ini merupakan tolak ukur dimana kita dapat melihat
bagaimana setiap individu banyak menghabiskan aktifitasnya, apa yang menjadi ketertarikan individu terhadap lingkungannya interest, dan
yang berhubungan dengan masalah pribadi maupun masalah sosial opini. Gaya hidup yang ditampilkan antara tingkatan sosial satu dengan
yang lainnya dalam banyak hal tidak selalu sama. Bahkan kecenderungan tiap-tiap tingkatan sosial memiliki gaya hidupnya sendiri-sendiri. Mulai
dari cara bertutur kata, cara berpenampilan, pemanfaatan waktu luang, serta pemilihan akan pendidikan D.J. Narwoko B. Suyanto, 2004 :
163. Terjadinya tingkatan sosial, budaya, agama, suku, ras dsb. yang
berbeda –beda pada perguruan tinggi khususnya mahasiswa tentunya akan
menimbulkan permasalahan bagi kehidupan mahasiswa pada umumnya. Beberapa hal negatif yang biasanya timbul adalah perkelahian, mabuk-
mabukan, begadang sampai malam, memasukkan tamu lawan jenis kedalam kamar sampai larut malam, pencurian, dsb. Menurut M.
Syamsudin, 2002:1 kebiasaan dan akibat dari tingkatan sosial ini tak
31
terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa ataupun kebiasaan buruk yang masih dibawa dari daerahnya.
Banyaknya animo individu dari luar kota untuk melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi terutama di Yogyakarta tentunya
berdampak pada makin meningkatnya pemesanan kos ataupun kontrakan. Ini didukung juga dari kebijakan Perguruan Tinggi yang tidak
sepenuhnya menyediakan tempat tinggal buat mahasiswanya. Hal inilah yang memberikan peluang bagi masyarakat sekitar Perguruan Tinggi
untuk menyediakan tempat penginapan, kos, ataupun kontrakan. Kos atau kontrakan adalah tempat tinggal yang biasa dicari
mahasiswa yang berasal dari luar kota. Kehidupan anak kos identik dengan kehidupan yang mandiri dimana mereka jauh dari orang tua dan
keluarganya. Kehidupan kos identik dengan kehidupan bebas itu dikarenakan mereka bebas melakukan aktifitas apapun tanpa
sepengetahuan dari orang tua. Kehidupan anak kos yang berasal dari daerah lain atau pendatang
berbeda dengan kehidupan tempat tinggal daerah asal mereka. Ini dapat dilihat dari segi sosial, budaya, bahkan ekonomi mereka. Dengan
demikian individu haruslah bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang baru tetapi tidak melupakan budaya baik yang berasal
dari daerahnya.
32
Kehidupan anak kos yang jauh dari orang tau mengakibatkan individu melakukan sesuatu yang sesuai keinginannya sendiri. Mereka
yang tidak bisa mengendalikan perilakunya sebagai anak kos yang baik berpotensi lebih besar terjerumus dalam pergaulan bebas. Hal ini juga
didororong dari tidak berlakunya jam kunjung tamu dan jam keluar masuk kompleks kos. Kos yang baik adalah kos memberlakukan jam
kunjung tamu sesuai ketentuan dari aparatur desa serta pemberlakuan membawa teman kos lawan jenis untuk masuk kamar individu penghuni
kos. Selain dari sisi peraturan kos sendiri, bagi penghuni kos yang
memiliki uang lebih mereka cenderung akan berfoya-foya dengan uang yang mereka miliki kalau individu tersebut tidak memiliki control diri
yang baik. Dalam hal ini orang tua beserta pemilik kos sangat penting
perannya. Orang tua yang memberikan perhatian dan pantauan dapat setidaknya meminimalkan perilaku individu yang nantinya berakibat
tidak baik. Nasehat, komunikasi, serta arahan yang selalu diberikan seharusnya selalu dilakukan orang tau supaya anak masih dalam arahan
yang baik, serta dimungkinkan orangtua juga dapat mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan anak.
Bagi pemilik kos sendiri pembatasan jam tamu serta larangan penghuni kos memasukkan teman lawan jenisnya kedalam kamar juga
membantu pencegahan dalam tindakan asusila serta perilaku
33
menyimpang dari individu penghuni kos itu sendiri. Koordinasi yang baik dengan lingkungan sekitar, Ketua RT setempat juga dibutuhkan
dalam membatasi akses keluar masuk orang yang akan bertamu.
2. Dinamika Sosial
Individu atau remaja pada dasarnya berada dalam situasi sosial. Situasi sosial yang merangsang individu sehingga individu bertingkah
laku Siti Partini, 1984:16. Siti Partini 1984:18 mengungkapkan bahwa hubungan manusia satu dengan manusia yang lain berada dalam
suatu situasi yang disebut “situasi sosial”. Dalam situasi sosial terdapat empat jenis hubungan antara individu dengan lingkungan sosialnya,
Yaitu individu dapat bertentangan dengan lingkungan sosialnya, individu dapat menggunakan lingkungan sosialnya, individu dapat berpartisipasi
dengan lingkungan sosialnya, individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya Abu Ahmadi, 2002:77.
Situasi sosial merupakan suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu satu dengan individu lain atau
saling terjadi hubungan antara dua individu atau lebih Siti Partini, 1984:18. Situasi sosial ini dapat dibedakan atas:
a. Togetherness situation atau situasi kebersamaan yaitu situasi dimana
sejumlah individu berkumpul. Situasi ini berupa situasi dimana sejumlah individu berkumpul pada suatau tempat dan waktu tertentu.
34
b. Group situation disebut juga situasi kelompok atau kelompok sosial.
Ini merupakan bentuk situasi sosial dimana terdiri dari dua atau lebih kindividu yang mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok
itu. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. 2008:137 pada usia remaja
pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya sudah bertambah luas dan komplek dibandingkan dengan masa sebelumnya. Perluasan
intelektual juga banyak didapat remaja dari interaksinya dalam berdiskusi, berdebat memecahkan masalah denga kelompoknya. Rita,
dkk. menambahkan dalam bahwa dalam pergaulan agar seorang remaja dapat diterima kelompok sosialnya dengan baik diperlukan kompetensi
sosial berupa kemampuan dan keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain.
Keberhasilan dalam hubungan kelompok sosial akan menambah rasa percaya diri pada diri remaja, dan ditolak dalam kelompok
merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja, oleh karenanya setiap remaja akan berusaha untuk selalu diterima dengan baik oleh
kelompok sosialnya. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. 2008:138 penerimaan sosial kelompok sangat tergantung oleh: kesan pertama
perkenalan, penampilan yang menarik, partisipasi sosialnya, perasaan humor yang dimiliki, keterampilan berbicarqa dan kecerdasan seseorang.
35
Dalam kehidupan sosial remaja, perkembangan pola orientasi sosialnya mengikuti suatu pola tertentu. Broson Rita Eka Izzaty, dkk.
2008:138 menyimpulkan adanya tiga pola orientasi sosial, yaitu: a.
Withdrawal vs. Expansive Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang memiliki
kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia lebih senang hidup menyendiri. Sebaliknya anak yang expansive
suka menjelajah, mudah bergaul dengan orang lain sehingga pergaulanya luas.
b. Reactive vs Aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang
aplacidity mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli dengan
kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial. c.
Passivity vs Dominant Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti
kegiatan sosial namun mereka cukup puas sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak yang dominant mempunyai
kecenderungan menguasai dan mempengaruhi teman-temannya sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi pemimpin.
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja Rita Eka
36
Izzaty, dkk. 2008:139. Rita Eka Izzaty, dkk. menambahkan tugas perkembangan sosial remaja memiliki tujuan antara lain:
a. Memperluas kontak sosial
Remaja cenderung memilih teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuiat rasa aman, dan mereka
dapat mempercayakan pembicaraan yang tidak dapat mereka ungkapkan kepada orang tua
b. Mengembangkan identitas diri
Dalam kehidupan remaja, pola pikir seorang remaja cenderung ingin menjawab pertanyaan tentang jati diri dan bagaimana dirinya
menjadi diri yang diharapkan. c.
Menyesuaikan dengan kematangan seksual d.
Belajar menjadi orang dewasa Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tugas
perkembangan sosial remaja adalah untuk memperluas kontak dengan sosial sehingga remaja dapat mengembangkan identitas dirinya agar
dapat menjadi diri yang diharapkan sesuai dengan kematangan sosial guna belajar untuk menjadi orang dewasa yang mampu diterima dengan
baik pada lingkungan atau kelompok sosialnya. Dalam kehidupan bersosial remaja, sikap merupakan masalah
yang dipandang sebagai gambaran tindakan atau jawaban tertentu dari
37
seseorang yang merupakan keseluruhan dari interaksi seseorang terhadap orang lain atau objek tertentu yang saling berhubungan Siti Partini,
1984:74. Dijelaskannya lagi sikap terbentuk dari berbagai macam faktor dan didalamnya faktor lingkungan sosial dan kebudayaan memberikan
pengaruh besar terhadap masisng-masing individu, sehingga lingkungan sosial dan kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan tingkahlaku
ataupun sikap yang berbeda pula. Sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam
bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi John Harvey dan William Smith, dalam Abu Ahmadi 2002:164. Sikap merupakan
tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi seperti: simbol, kata-kata, slogan,
orang, lembaga, ide, dsb. orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap objek apabila dia suka atau memiliki sikap yang favorable. Dan
sebaliknya apabila individu tidak suka maka dia akan memiliki sikap negatif atau unfavorable terhadap objek Thurstone, dalam Abu Ahmadi,
2002:163. Zimbarbo dan Ebbesen Abu Ahmadi, 2002:163 menerangkan
bahwa sikap adalah suatu predisposisi keadaan mudah terpengaruh terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen
cognitive, affective , dan behavior. Sedangkan menurut D. Krech dan RS.
Crutchfield Abu Ahmadi, 2002 menjelaskan bahwa sikap adalah