22
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Ketika dijadikan sebagai ”pintu masuk”, pertanyaan mendasar yang perlu dipecahkan lebih awal adalah menafsirkan sosok tokoh godek dan tuntel. Hal itu dapat
dilakukan dengan melihat perilaku maupun peran yang dimainkannnya dalam cerita. Perilaku dan peran itu dijadikan sebagai simbol yang kemudian menjadi dasar penafsiran
perilaku dan peran yang diwakilkan oleh tokoh tersebut dalam dunia nyata, kehidupan sosial masyarakat Sasak.
2. Sekilas Fabel Tegodek dan Tetuntel
Cerita Tegodek TG dan Tetuntel TT ini diperankan oleh dua tokoh, yaitu godek dan tuntel. Kedua tokoh ini merupakan dua sahabat akrab. Suatu hari godek mengajak
tuntel menunggu pohon pisang di sungai yang kebetulan airnya sangat deras. Sesampainya di sungai, dua sahabat itu melihat pohon pisang yang hanyut dibawa
derasnya air. Karena tidak bisa berenang, godek menyuruh tuntel untuk membawa pohon pisang tersebut ke pinggir sungai. Setelah sampai pinggir, godek pun mengangkatnya ke
darat. Mereka kemudian membagi dua pohon pisang tersebut. Godek mengambil bagian ujung, tengah batang sampai daun, sedangkan tuntel mengambil bagian pangkal, tengah
batang sampai akar.
Kedua sahabat itu membawa bagiannya ke rumah masing-masing. Godek menggantung bagiannya di atas pohon asam dengan harapan cepat berbuah, sedangkan
tuntel menanam bagiannya di belakang rumahnya. Setelah beberapa lama, bagian tuntel mulai bertunas, berdaun, berbuah hingga matang, sedangkan bagian godek membusuk
hingga mengering. Akan tetapi, godek selalu bercerita bahwa pertumbuhan pisangnya sama dengan pertumbuhan pisang tuntel.
Melihat buah pisangnya sudah banyak menguning, tuntel ingin memanen, tetapi ia tidak bisa memanjat. Tuntel pun menerima tawaran godek untuk memetikkan buah
pisang tersebut. Sesampainya di atas, godek memakan buah pisang tersebut tanpa menyisakan satupun untuk pemiiknya, tuntel. Karena kesal, tuntel membawa pakaian
godek kemudian bersembunyi di bawah tempurung kelapa yang ada di dekat pohon pisang tersebut.
Setelah kenyang dengan menghabiskan pisang tuntel, godek turun mencari tuntel dan meminta pakaiannya dikembalikan. Setiap panggilannya selalu dibalas dengan
ucapan cul oleh tuntul. Karena capek ditambah kekenyangan yang dirasakannya, godek duduk di atas tempurung kelapa yang dipergunakan oleh tuntel untuk bersembunyi.
Mendengar suara cul di tempat duduknya, ia mengira bahwa bunyi tersebut berasal dari kemaluannya. Merasa diolok oleh kemaluannya, godek mengambil batu dan memukul
kemaluannya. Hal itu membuat dirinya kesakitan dan mati.
3. Sosok Tokoh Godek dan Tuntel
Melihat sosok tokoh godek dan tuntel berarti melihat peran keduanya dalam cerita. Dari peran masing-masing inilah akan ditarik sebuah simpulan
tentang sosok keduanya. Jika dilihat dari posisi masing-masing tokoh dari awal sampai akhir cerita, hubungan antara godek dan tuntel merupakan hubungan
antara orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dengan orang yang memiliki kedudukan lebih rendah. Hal ini terlihat dari posisi godek yang selalu berada di
atas dan tuntel yang selalu menempati posisi di bawah godek. Posisi ini begitu konsisten terjadi dari awal hingga akhir cerita.
Diawali dengan posisi ketika pengambilan batang pisang, godek berada di atas sungai darat, sedangkan tuntel berada di sungai. Perbandingan antara darat dengan
sungai menunjukkan bahwa darat berposisi lebih tinggi dibandingkan dengan sungai. Hal itu dilakukan dengan alasan ketidakmampuan godek untuk berenang mengarungi
23
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
derasnya air sungai. Dalam kehidupan nyata pun kita ketahui bahwa tuntel memiliki kemahiran dalam berenang.
Ketika pembagian batang pisang, godek mengambil bagian atas, sedangkan tuntel mengambil bagian bawahnya. I nisiatif pembagian tersebut dilakukan oleh godek dengan
anggapan bahwa bagian atas tersebut akan cepat berbuah dibandingkan dengan bagian bawah. Anggapan ini tentunya sangat bertentangan dengan kebutuhan kedua tokoh
dalam kaitannnya dengan buah pisang. Dalam kehidupan sehari-hari kita ketahui bahwa pisang merupakan makanan yang sangat identik dengan godek. Hal itu dikarenakan
godek sangat menyukai buah tersebut. Merupakan sesuatu yang ironis tentunya jika godek yang begitu menyukai buah pisang, tetapi tidak mengetahui bagian pisang yang
harus ditanam.
Posisi atas-bawah juga kembali diperlihatkan ketika kedua tokoh tersebut memilih tempat menanam pisang yang menjadi bagian masing-masing. Godek menanam
bagiannya dengan cara menggantungnya di atas pohon asam, sedangkan tuntel menanam bagiannya di tanah. Menggantung di atas asam dengan menanam di tanah,
jika dibandingkan, merupakan dua posisi yang berada di atas dan di bawah. Kondisi seperti itu kembali menunjukkan posisi godek dan tuntel sekaligus ketidaktahuan godek
dalam kaitannnya dengan cara menanam pisang yang notabene menjadi makanan kesukaannya.
Selain kedua aktivitas di atas, terdapat pula aktivitas-aktivitas lain yang menunjukkan posisi kedua tokoh, yakni godek yang selalu berposisi lebih tinggi
dibandingkan dengan tuntel. Ketika pisang yang ditanam oleh tuntel berbuah dan dipetik, godek kembali berposisi sebagai tokoh yang berada lebih tinggi dibandingkan dengan
tuntel. Godek berada di atas pohon pisang, sedangkan tuntel berada di bawah pohon pisang tersebut. Posisi seperti itu dikarenakan ketidakmampuan tuntel untuk memanjat
sehingga menerima tawaran godek untuk membantunya memetik buah pisangnya. Meskipun begitu, sebelum menyanggupi tawaran godek, tuntel menegaskan godek agar
tidak menghianati kepercayaan tersebut.
Posisi terakhir yang memberikan gambaran berkaitan dengan atas-bawah tersebut, yakni ketika kedua tokoh tersebut berada di tempurung kelapa. Tuntel yang
mengetahui dirinya dikhianati godek dengan menghabiskan buah pisangnya, bersembunyi di bawah tempurung kelapa sambil membawa pakaian godek. Sementara itu, godek yang
kekenyangan justru berdiri di atas tempurung kelapa tersebut. Semua bagian peristiwa tersebut digambarkan dalam tabel berikut ini.
No. Bagian
Peristiw a Tuntel
Godek
1.
Pengambilan batang pisang
di sungai di darat
2. Bagian pisang
pangkal Ujung
3. Tempat tanam
tanah digantung di pohon
asam 4.
Petik pisang di atas pohon
pisang di bawah pohon
pisang 5.
Posisi di Tempurung
di atas tempurung kelapa
di bawah tempurung kelapa
Selain lima bagian peristiwa yang ada dalam cerita sebagaiamana yang telah di paparkan di atas, tempat hidup kedua binatang yang menjadi tokoh dalam cerita itu pun
berkaitan dengan posisi atas-bawah. Tuntel merupakan salah satu binatang yang masuk dalam jenis amphibi, yakni jenis binatang yang hidup di air dan di darat. Sama halnya
dengan tuntel, godek merupakan binatang yang hidup di darat, tetapi lebih sering di atas
24
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
pohon. Jika dibandingkan antara tempat hidup di air dan darat dengan tempat hidup di atas pohon menunjukkan posisi antara yang lebih tinggi dengan yang lebih rendah.
Berdasarkan berbagai bukti sebagaimana pemaparan di atas dapat kita simpulkan sosok godek dapat dikategorikan sebagai sosok kelas atas, sedangkan sosok tuntel
dikategorikan sebagai sosok kelas bawah. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa hubungan antara tokoh godek dan tuntel dalam cerita Tegodek dan Tetuntel dalam
konteks masyarakat Sasak berkaitan dengan hubungan antara orang yang memilki tingkat sosial lebih tinggi dengan tingkat sosial lebih rendah. Dalam konteks kehidupan sehari-
hari, hubungan antara tingkat sosial yang lebih tinggi dengan orang yang memiliki tingkat sosial lebih rendah tersebut dapat ditafsirkan dengan hubungan antara pimpinan
bawahan atau datu dengan rakyatnya lihat Shubhi, 2010; Junep,
4. Representasi Prilaku