213
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Puisi Jangan Perahu Surut ke Pantai, memberikan gambaran tentang sepasang kekasih yang saling mencintai tetapi belum dapat bersama-sama karena dipisahkan oleh
pulau. Walau jarak yang jauh, tetapi hasrat cinta yang dimiliki tetap menggebuh, sekalipun dupa menyala dan air mata mendera, tetapi sang kekasih tetap di dalam hati.
Cinta dalam puisi ini diibaratkan dengan perahu. Hal ini digambarkan dengan jelas oleh penyair pada bait ketiga. Penyair tidak menginginkan cintanya berakhir, karena
perasaannya yang menggebuh. Oleh karena itu ia tetap mengharapkan untuk bertemu dengan kekasihnya.
4. Puisi“Lelaki Sendirian Di Pulau”
Lelaki Sendirian Di Pulau sebuah Mimpi tentang cinta telah dikirimkan lelaki itu bulat-bulat tadi malam
Ketika laut sedang pasang dan badai terus menghantamnya dalam sunyi Dan membuatnya mabuk di pulau itu
Segala isyarat juga telah ia pancangkan setinggi menara mercusuar Sambil mengirimkanya ke segala arah mata angin
Sebagai tanda agar ada orang yang mau datang berlabuh serta Singgah sebentar membawa serta aroma laut ke dalam pelukan
Tetapi sayang angin telah membelokan perahu sang kekasih dan Menjauhkan jarak mereka yang hampir saja tiba
sekarang Lelaki itu kini sendirian menunggu di pulau dalam gigil Tanpa namadan tanpa suara kecuali duduk diam mengukur batas ajal
Adakah badai dapat membawanya kembali ? DP 07
Puisi Lelaki Sendiriaan di Pulau, menggambarkan tentang kekosongan hidup seorang lelaki yang kehilangan orang yang dia cintai. I a menjalani hidup dalam
kesendirian dengan tetap berharap untuk bertemu. Namun, takdir berkata lain. Akhirnya, sang lelaki harus menghabiskan sisa hidupnya dalam kesendirian.
5. “Menunggu Waktu Bersandar”
Menungu waktu bersandar rasa Rindu ini seperti pohon waru yang menjorok masuk ke hatimu
seperti Laut lepas di hatiku yang biru dan Ada bunyi semilir angin dari barat
terasa Ada getar rindu menusuk di layar perahu ternyata Diam-diam kau telah mengirim dengan gemasrindumu ke pucuk enau
Sedang kan malam dan pagi masih berwarna abu-abu di teras Mesjid Puisi ku adalah mata panah yang akan mencatat alamatmu
Seperti hujan dan matahari yang bersekutu menjadi pelangi Pada detak kesekian kalinyadari tetabuhan yang telah menggemparkan dermaga
Perahuku terus menunggu waktu untuk dapat bersandar DP 08
214
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Puisi Menunggu Waktu Bersandar, menceritakan tentang rasa rindu seseorang yang terus menunggu waktu untuk diutarakan. Rasa rindu itu diibaratkan seperti waru
menjorok ke hati, getar menusuk di layar perahu, puisi sebagai mata panah, dan hujan dan matahari yang bersekutu menjadi pelangi. Akhirnya, cintanya harus tetap menunggu
waktu untuk diutarakan karena sudah didahului oleh orang lain, yang di dalam puisi ini diibaratkan dengan pucuk enau. .
6. Puisi “Menulis Harapan”
Menulis harapan Senyumanmu adalah gelombang yang sanggup mengutuk niat perahu
untuk Maju membelah gelombang atau terdampar ke batu karang seiring Kerlip bintang yang melesat terpancar dari setiap helai bulu matamu
yang Telah menembus malam-malam gelapku dan Menyambung tali haluan untuk meninggikan harapan
Angin sepoi-sepoi datang meniup layar perahu Ayo cepat nona pegang kemudi agar jangan kita surut ke tepi pantai
biarlah Binar matamu kita jadikan isyarat nyala api sebagai penuntun arah Ke pelabuhan mana kita dapat berharap
untuk menyandarkan nasib dan menyusun hari DP 09
Puisi Menulis
Harapan, menggambarkan
seorang lelaki
yang teguh
mempertahankan rasa cintanya. Bersama wanita yang ia cintai, memegang kemudi agar cinta jangan berakhir, sampai menemukan pelabuhan atau waktu yang tepat untuk
menyandarkan nasib dan harapan di kemudian hari.
Penutup
Makalah ini ditulis untuk menggambarkan lingkungan laut dan segala fenomena yang terjadi di laut sebagai representasi eksistensi hidup manusia, mulai dari hubungan
manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan lingkungan, serta seluruh harapan dan takdir manusia. Secara konkret, penyair memilih kata-kata
yang berhubungan dengan laut, seperti ombak, laut, ikan, jaring, perahu, layar, ganggang, kulit bia, dayung, gelombang, dan lainnya untuk menggantikan realitas
keinginan penyair. Berdasarkan pembahasan beberapa puisi ini, jelas terlihat bahwa Laut dan segala
fenomenanya sangat berpotensi untuk menjadi bahan mentah penulisan puisi. Dengan demikian, melalui puisi, seorang penyair secara produktif dapat turut serta mengelolah
laut dan sumber dayanya untuk membangun I ndonesia.
215
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Daftar Pustaka
Djojosuroto, Kinayati. Analisis teks Sastra dan Pengajarannya. Faruk. 2012. Metode penelitian sastra.Sebuah Penjelasan Awal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Mulyanto. 2012. Pemanfaatan Potensi Hasil Kelautan. http: mulyanto45.blogspot.com
Soyomukti, Nurani. 2012. Sastra Perlawanan. Malang: Beranda. Yogyakarta: Pustaka
216
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Peran Cerpen Anak dalam Pembentukan Karakter Sensitif Gender Analisis Gender pada Kumpulan
Cerpen Majalah Bobo: Makhluk Berpedang Perak
Ade Husnul Maw adah, M.Hum
. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
Moh. Nur Arifin, M.Pd
. I AI N Sultan Maulana Hasanudin Banten
Abstrak
Persoalan kesetaran gender menjadi bahan diskusi yang menarik perhatian masyarakat. Di dunia pendidikan I ndonesia, salah satu syarat kelayakan buku pelajaran Bahasa I ndonesia yang
ditetapkan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan BNSP adalah isinya tidak bias gender. Hal ini menunjukkan bahwa gender menjadi persoalan penting bagi pendidikan anak bangsa. Dalam buku
pelajaran Bahasa I ndonesia, salah satu wacana yang digunakan sebagai bacaan siswa adalah cerpen anak. Cerpen anak dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikan dalam upaya pembentukan
karakter siswa, di antaranya adalah karakter yang sensitif terhadap persoalan kesetaraan gender. Jika diamati, dari sejumlah buku pelajaran Bahasa I ndonesia, teks bacaan cerpen anak banyak
bersumber dari majalah Bobo. Oleh karena itulah, cerpen anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen anak yang pernah dimuat di majalah Bobo dan dikumpulkan dalam kumpulan cerpen
anak Makhluk Berpedang Perak. Pada kumpulan cerpen tersebut terdapat 22 cerpen dan 7 di antaranya mengandung nilai-nilai kesetaraan gender. Nilai-nilai tersebut disampaikan melalui tokoh
anak-anak, sehingga pembaca anak dapat mengambil amanat dari cerita, bahkan dapat terinsiprasi menjadi atau berprilaku seperti tokoh tersebut. Di sekolah, melalui kegiatan membaca cerpen anak,
guru dapat memasukkan pesan-pesan moral kepada siswa dengan harapan siswa dapat menjadi pribadi yang bersikap dan berperilaku baik dan sensitif terhadap persoalan gender.
Kata kunci:
cerpen anak, kesetaraan gender, moral, pembentukan karakter
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang