Seni Tarsul sebagai Pantun Tarsul Bagian dari Puisi

30 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 a. Tiap-tiap bait terdiri atas empat baris b. Tiap baris terdiri atas 8 – 12 suku kata c. Susunan vertical sajak akhirnya sama a-a-a-a d. Keempat barisnya secara berturut-turut mempunyai hubungan logis e. I si syair berupa nasihat, cerita, dongeng, lukisan, pengajaran, mistik, dan lain-lain. Penggolongan syair berdasarkan isinya: a. Syair panji b. Syair-syair yang berisi cerita fantastis c. Syair yang menceritakan suasana dan kejadian pada zaman pengarang d. Syair yang berisi didaktis, religious, mistis, dan bersifat moral. Karena syair merupakan jenis puisi lama maka semua bait baris, dan sajaknya mengikuti aturan sebagaimana puisi lama. Oleh karena itu, antara syair dan pantun memiliki aturan penyusunan yang sama, sehingga menampilkan ikatan yang kuat dalam struktur kebahasaan, dan tipografinya. Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa syair salah satu bentuk sastra yang berakar dari sastra Arab, syair mirip dengan pantun. Namun antara syair dan pantun memiliki perbedaan secara relative dan prinsip. Perbedaan secara relative menyangkut pola rimanya atau sajaknya. Pola rima pantun dominan a-b-a-b, sedangkan pola rima syair a-a-a-a. Namun pola rima ini bersifat relatif karena bisa saja pantun berirama a-a-a-a atau sebaliknya. Sedangkan perbedaan secara prinsip adalah perbedaan yang bersifat tetap atau permanen. Perbedaan prinsip antara lain misalnya pantun memiliki sampiran dan isi sedangkan syair tidak memiliki sampiran dan isi atau syair terdiri atas isi semua. Perbedaan prinsip lainnya adalah bahwa pantun bersifat lirik curahan perasaan dan pikiran sedangkan syair bersifat epic berbentuk cerita. Kemudian pantun sudah lengkap walaupun hanya satu bait sedangkan syair belum lengkap kalau hanya terdiri atas satu bait. Persamaan pantun dan syair sama-sama terdiri atas dua periodis, setiap periodis terdiri atas dua kata. Selanjutnya Pradopo dkk. 1977, mengemukakan bahwa ciri-ciri syair secara formal adalah sebagai berikut. a. Satu bait syair terdiri dari empat baris larik b. Tiap larik terdiri dari dua bagian yang sama. Bagian yang sama pembentuk larik itu periodus seperti pantun c. Pola sajak rima akhir syair berupa sajak sama a-a-a-a d. Keempat baris syair saling berhubungan membentuk cerita e. Dalam syair satu bait belum selesai Syair terdiri dari bait-bait yang panjang berbait-bait karena syair untuk mengisahkan cerita atau hikayat f. Syair bersifat epis, yaitu berupa cerita

2. Seni Tarsul sebagai Pantun

Sebagai pantun tarsul memiliki aturan bahwa pantun memiliki ciri sebagai berikut 1 satu bait pantun terdiri empat baris larik, 2 satu baris pantun terdiri atas dua bagian yang sama. Bagian yang sama membentuk lirik itu disebut periodus. Jadi setiap baris pantun terdiri atas dua periodus. Setiap periodus terdiri atas dua kata, 3 pola sajak rima akhir pantun sebagian besar berupa sajak berselang a-b-a-b tetapi ada juga yang bersajak a-a-a-a, 4 pantun terbagi menjadi dua bagian yaitu, baris kesatu dan baris kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi. Baris kesatu dan kedua menyediakan irama bagi baris ketiga dan keempat. Dalam pantun yang baik sampiran merupakan kiasan pada isinya, 5 dalam pantun 31 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 satu bait sudah lengkap, 6 pantun bersifat liris, berupa curahan perasaan atau pikiran. Contoh tarsul berbent uk pantun Anak pipit terbanglah tinggi Singgah di batang pohonnya padi Jangan biarkan dara menanti Lamarlah hamba jikalau sudi Naik gubang ke negeri seberang Mengayun olah berhari-hari Jauh-jauh kami bedatang Meminang dara yang baik hati Sastra sebagai karya seni, khususnya seni yang menggunakan bahasa, maka juga tidak akan lepas dari pemahaman bahasa. Dalam memehami tarsul tidak akan lepas dari memahami bahasa Kutai sebagai sarana yang digunakan dalam performasi seni tarsul atau tarsul menggunakan bahasa Kutai. Jadi, dalam memaknai tarsul diperlukan pemahaman terhadap bahasa Kutai terkait dengan kode-kode bahasa, kode-kode budaya,tipologi puisi, tipografi puisi, konvensi-konvensi puisi, dan segi kesejarahan puisi.

3. Tarsul Bagian dari Puisi

Tarsul merupakan bentuk puisi lisan masyarakat Kutai, khususnya masyarakat di lingkungan kerajaan atau kalangan bangsawan Kutai. Dengan demikian tarsul tidak akan lepas dari konvensi yang berlaku dalam sastra lisan dan konteks budaya kerajaan Kutai atau tradisi-tradisi di kalangan masyarakat bangsawan Kutai. Kaitannya dengan sastra lisan maka juga memiliki konvensi tersendiri. Secara makna sastra lisan diartikan sebagai kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun secara lisan sebagai milik bersama Mottaliti, 1985. Kangidem 1994 mengemukakan bahwa sastra lisan dalam kehidupan masyarakat maksudnya sastra lisan itu berada, baik dalam hubungan dengan masyarakat di masa lalu, masa sekarang,maupun masa yang akan datang. Dalam konteks sekarang banyak sastra lisan yang sudah dituliskan tetapi tidak meninggalkan sifat kelisanan sastra tersebut. Tarsul sebagai sastra lisan adalah sastra lisan yang tumbuh dan berkembang secara lisan di kalangan masyarakat Kutai yang dituturkan melalui bahasa Kutai. Tarsul sebagai bagian puisi diperlukan pula pemahaman dari segi bentuk dan makna. Dari segi bentuk diperlukan pemahaman terhadap struktur-struktur formal puisi, sedangkan dari segi makna yaitu memahami isi yang dikandung oleh puisi tersebut. Aspek bentuk di antaranya baris puisi, persajakan puisi, dan iramanya. Sedangkan unsure makna di antaranya makna leksikal atau makna denotative makna lugas, makna konotatif, makna gramatikal, makna kias, makna lambang dan makna totalitas. Contoh: Amal ibadah kita kerjakan Barang larangan kita tinggalkan Ajaran agama kita tingkatkan Kepada Tuhan kita mohonkan Pengantin datang diselawatkan Beras kuning pula ditaburakan Dengan ta’zim duduk di pelaminan Bahagia bersanding kiri dan kanan 32 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012

E. Tatacara Pembacaan Tarsul dan Perlengkapannya