Saran KESI MPULAN 1 Simpulan

78 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 3. KESI MPULAN 3.1 Simpulan Masyarakat Kalimantan Selatan dominan terdiri atas suku Banjar. Suku Banjar berasal dari masyarakat asli Kalimantan dan masyarakat pendatang. Budaya dan religi yang mempengaruhi asyarakat Banjar telah membentuk sistem kehidupan tersendiri yang mengandung nilai-nilai tradisional maupun modern. Nilai-nilai tersebut merupakan cerminan dari tata kehidupan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan.Sastra lisan adalah salah satu data budaya yang menggambarkan kandungan nilai tersebut.Tuturan lisan ini diwariskan dari generasi ke generasi. .Empat tuturan lisan yang tidak memiliki aksara tulis pada zaman dulu ini meliputi, pamali, tatangar, mantra dan ungkapan.Keempat jenis sastra lisan ini sangatlah penting dijaga kelestariannya, baik lewat dokumentasi maupun sosialisasi. Kandungan nilai budaya yang meliputinya terdiri atas nilai moral, sosial, dan religi.

3.2 Saran

Semoga peneliti lainnya yang peduli akan kesuasatraan lisan daerah dapat mengkaji lebih dalam lagi mengenai sastra lisan Banjar ini. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar bahasaI ndonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Chaer, Abdul dkk.1997. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Durasit, Durdje dan Kawi, Djantera. 1978. Bahasa Banjar. Jakarta: Pusat Bahasa Durasit, Durdje dkk. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Banjar. Jakara: Pusat Bahasa. I smail, Abdurrahman dkk.1996.Fungsi Mantra dalam Masyarakat Banjar . Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Maswan, Syukrani dkk. 1985. Arti Perlambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Daerah Kalimantan Selatan.Banjarmasin: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Derektorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek I nventarisasi dan Dokumntasi Kebudayaan Daerah. Mugeni, Muhammad dkk. 2006. Pamali Banjar. Banjarmasin: Balai Bahasa Banjarmasin. Musdalifah dkk. 2008. Kamus Bahasa Banjar Dialek Hulu-I ndonesia, Banjarmasin Mugeni, Muhammad dkk. 2008. Kamus I ndonesia-Banjar Dialek Kuala, Grafika Wangi Kalimantan: Banjarmasin Saleh, M. I dwar, ddk. 1977. Sejarah Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Usman, Gazali dkk. 1993. Upacara Tradisional Upacara Kematian Daerah Kalimantan selatan. Banjarmasin: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Penelitian, Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nailai Budaya. 79 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Umar, A Rasyidi. 1977. Unsur Magis dalam Puisi Daerah Banjar. Banjarmasin: Fakultas Keguruan I lmu Pendidikan. Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik. Yokyakarta: Gajah Mada University Press. 80 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 TRADI SI LI SAN CI REBON: KAJI AN MORFOLOGI PROPP PADA BABAD CI REBON VERSI KLAYAN Weli Meinindartato 7 Abstrak Babad Cirebon merupakan salah satu jenis tradisi lisan yang diwariskan masyarakat pendukungnya. Namun saat ini, Tradisi Lisan kadang kala dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum, bahkan masyarakat pemiliknya. Padahal sebagai peristiwa sosial budaya, Tradisi Lisan ialah suatu bentuk pendokumentasian dari sejarah budaya dalam masyarakat tradisional yang menjadi milik komunitas. Dalam pandangan Tradisi Lisan, Babad Cirebon memiliki bent uk kelisanan sekunder secondary orality yakni tradisi melisankan sebuah tulisan pada peristiwa pembacaan teks tersebut dan itu dipertunj ukkan sebagai bagian sebuah ritual masa kini di Kerajaan Kanoman Cirebon. Kajian dalam tulisan ini bertujuan menganalisis Babad Cirebon dengan teori morfologi yang dibentuk Propp, yaitu terdapat 31 fungsi yang telah ia rumuskan. Babad Cirebon adalah suatu naskah yang menceritakan sejarah terbentuknya kebudayaan Cirebon berserta kerajaannya. Babad Cirebon memiliki banyak versi dan dialih aksarakan oleh beberapa orang. Dari beberapa versi yang ada, rata- rata setebal 50 sampai dengan 200-an halaman, tersebar di beberapa tempat dan kurun waktu berbeda maka Versi Klayan dipilih pengkaji karena telah terbit dalam buku yang dikeluarkan oleh pemerintah sehingga memudahkan penulis untuk menganalisis Babad Cirebon. Naskah Klayan yang terdiri dari 43 pupuh ini dialih aksara oleh S.Z.Hadisucipto. Naskah Klayan diterbitkan oleh Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan pada Proyek Penerbitan Bacaan dan Sastra I ndonesia dan Daerah pada tahun 1979. Lebih utama bahwa penelitian ini hadir dikarenakan ketertarikan penulis saat menyaksikan acara Pembacaan Babad Cirebon dilakukan pada perayaan 1 Suro di Keraton Kanoman Cirebon di tahun 2010. Di tahun berikutnya 2011 pengkaji ikut menyimaknya kembali secara langsung di tempat acara tersebut. Pengkaji ingin mengawali penelitian Babad Cirebon dengan mengkaji teks yang telah diterbitkan secara meluas di masyarakat. Pada penelitian selanjutnya, pengkajian dilakukan satu persatu di tiap versi Babad Cirebon baik yang berupa naskah tertulis dengan beragam aksara dan bahasa maupun versi dalam bentuk pertunjukan pembacaan Babad Cirebon saat ini yang telah diringkas. Maka dari itu, pengkaji mengawalinya dengan menganalisis teks naskah Versi Klayan ini. Fungsi-fungsi dalam teori morfologi Propp sebanyak 31 tersebut pada Babad Cirebon hanya terdapat 24 fungsi yang ada dalam teks Babad Cirebon, sedangkan fungsi-fungsi yang tidak ada sebanyak 7. Urutan fungsi yang disebutkan Propp nomor 3 ternyata tidaklah senantiasa sama seperti pendapatnya. Kata kunci : Babad Cirebon, tradisi lisan, morfologi Propp, fungsi-fungsi Propp, kelisanan sekunder, Babad Cirebon versi Klayan.

1. Pendahuluan