Tatacara Pembacaan Tarsul dan Perlengkapannya

32 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012

E. Tatacara Pembacaan Tarsul dan Perlengkapannya

Pembacaan tarsul dinamakan betarsulan. Betarsulan diselengarakan pada saat pengantin sudah duduk di pelaminan jika dalam acara pernikahan. Setelah kedua mempelai naik dan duduk di pelainan, maka tampillah wali kedua mempelai atau wakil pihak pengantin laki-laki dan wakil pihak pengantin perempuan untuk membacakan tarsul. Kemudian tarsul dibacakan sampai mendekati bait-bait terakhir. Pada bait terakhir atau bait penutup. Tarsul dibacakan secara bersama-sama antara penarsul laki-laki dan penarsul wanita. Dengan dibacakannya tarsul secara bersama-sama maka berakhirlah pembacaan tarsul. Sedangkan untuk perlengkapan pembacaan tarsul perkawinan, di antaranya sebagai berikiut: “Disiapkan nasi yang terbuat dari beras ketan yang dipadatkan, kemudian dibentuk sesuai selera si empunya hajat. Bentuk nasi dari beras ketan itu disebut “tambak”. Tambak diletakkan di atas lempengan kuningan yang dihiasi dengan telur dadar yang dibuat dalam bentuk tertentu sesuai selera shohibbul hajat. Di tengah nasi ketan yang disebut tambak tadi didirikan pohon pisang dan diberi kembang terbuat dari kertas atau yang disebut “Kayon”. Di atas kayon ditenggerkan seekor burung merpati yang terbuat dari kayu atau kertas. Pada paruh burung tersebut digantungkan kertas yang bertuliskan “tarsul”. Perlengakapan tarsul ini dibuat sebanyak dua buah, masing- masing untuk pihak pengantin laki-laki dan untuk pihak pengantin wanita. Sedangkan seperangkat perlengkapan tarsul tersebut dinamakan “Astagona”. Dalam pelaksanaan upacara adat yang menggunakan tarsul tidak memerlukan syarat-syarat tertentu yang bersifat sesajian dan ritual tertentu. Tarsulan hanya sebagai bagian dari upacara perkawinan dan betamat yang menyatu dengan rangkaian tata cara pelaksnaan perkawinan yang diselenggarakan bagi bangsawan suku Kutai yang kemudian digunakan pula oleh kalangan masyarakat pada umumnya.Tarsul bukan bersifat sacral tetapi bersifat hiburan bahkan diselang-selingi dengan ungkapan-ungkapan yang bersifat humor Jawa ‘dagelan’. Kemudian secara umum isi tarsul perkawinan berisikan tentang perkawinan kedua mempelai sejak dari awal perkenalan, menjalin percintaan, sampai naik ke pelaminan. Selanjutnya isi tarsul diselingi dengan puji-pujian kepada Tuhan yang Mahaesa. Pada akhir tarsulan dipanjatkan doa agar kedua pengantin selalu dirahmati oleh Tuhan. Dan terkadang doa disertai dengan harapan-harapan semoga kedua mempelai dikarunai anak- anak sholeh. Demikian pula pada tarsulan betamat Al-Quran, secara umum berisi dakwah, yaitu tentang keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu-wata’ala. Jadi secara umum isi tarsul mengandung unsure-unsur edukatif dan nasihat berkaitan dengan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa. Perlengakapan tarsul untuk upacara betamat agak berbeda dengan perlengakapan upacara perkawinan. Pada upacara betamat biasanya diperlukan perlengakapan berupa batang pisang dengan ukuran tertentu dihiasi dengan bendera yang terbuat dari kertas. Bendera yang dilekatkan pada lidi ditancapkan pada batang pisang tadi, sehingga menyerupai sebuah pohon lengkap dengan ranting-rantingnya. Selanjutnya pada bendera tadi digantung telur rebus. Jumlah bendera dan telur yang menghiasi batang pisang bergantung kemampuan tuan rumah shohibul-hajat yang menyelenggarakan acara tersebut. Kadang-kadang ada yang sampai 100 buah bendera yang berisikan 100 butir telur rebus, atau bahkan bisa lebih. Batang pisang yang dihiasi telur itu disebut “Ajuran”. Setelah berakhirnya prosesi khataman atau betamat, biasanya bendera yang berisi telur rebus itu diperebutkan oleh para undangan. Konon siapa yang banyak memperoleh bendera dan telur rebus tersebut, akan mendapatkan berkah yang lebih besar pula jangandipercaya. Menurut keterangan bahwa makna simbolik yang terkandung di balik “anjuran” berupa sebatang pohon tersebut melambangkan harapan tertentu. Harapan itu menyiratkan bahwa anak yang mengikuti khataman Al-Quran akan tumbuh seperti pohon 33 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 yang besar, rindang dan berbuah lebat, sehingga mampu memberikan manfaat bagi orang lain di sekitarnya hal ini bergantung pendidikan si anak selanjutnya.

F. Performansi Pembacaan Tarsul