Fokus Penelitian Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Manfaat Penelitian
217
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
dengan laki-laki. Wanita telah membuktikan diri sebagai gender yang berhasil dalam pendidikan, dalam pekerjaan, dan dalam segi-segi kehidupan bermasyarakat.
Datangnya isu mengenai feminisme di dalam masyarakat I ndonesia mungkin dapat penulis katakan bersamaan dengan munculnya berbagai gerakan perempuan yang
menyerukan persamaan hak atau kesetaraan hubungan antara laki-laki dan perempuan di berbagai kehidupan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayan. Gerakan-
gerakan tersebut mampu melahirkan pemikiran-pemikiran tentang perempuan yang pada akhirnya mampu merubah kedudukan atau citra perempuan dalam kehidupan.
Semangat feminisme dalam sastra I ndonesia semakin kuat. Apalagi pemerintah mendukung pemelajaran gender melalui jalur formal, seperti kepada siswa di sekolah
melalui media buku teks pelajaran. Pada proyek penyeleksian buku teks, pemerintah melalui pusat kurikulum dan pusat perbukuan memberikan sejumlah syarat kelulusan bagi
setiap buku teks yang akan dipergunakan oleh guru dan siswa di sekolah, salah satunya adalah syarat tidak bias gender, terutama pada bahasa dan gambar yang digunakan
dalam buku pelajaran bahasa I ndonesia. Dalam sistem pendidikan nasional di I ndonesia, mata pelajaran Bahasa I ndonesia
memiliki kedudukan yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh peran bahasa I ndonesia yang strategis, yakni sebagai bahasa pengantar pendidikan dan bahasa
nasional. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, selain faktor guru dan siswa, faktor buku pelajaran Bahasa I ndonesia juga sangat penting. Cunningsworth
31
mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang pengaruhnya lebih besar terhadap isi dan pelaksanaan kegiatan
mengajar dan belajar selain buku pelajaran dan bahan ajar lainnya yang digunakan. Berdasarkan hal itulah, buku pelajaran memiliki peran yang strategis dalam
mengenalkan wacana gender kepada siswa di sekolah. Salah satu media yang dapat digunakan adalah melalui teks sastra. Teks sastra yang paling banyak digunakan sebagai
bahan penunjang materi ajar Bahasa I ndonesia adalah cerita pendek cerpen. Melalui teks cerpen itulah, siswa dapat mengambil pesan tentang sesuatu hal, di antaranya
adalah pesan kesetaraan gender. Pembelajaran cerpen di sekolah sangat dipengaruhi oleh minat dan apresiasi
siswa terhadap karya sastra. Oleh karena itu, hendaknya minat dan apresiasi tersebut mulai dibangkitkan dan ditumbuhkan sejak dini. Penulis menganggap perlu dan penting
memperkenalkan karya-karya sastra, khususnya cerpen, yang tidak bias gender kepada siswa untuk membuka cakrawala mereka mengenai karya sastra yang mengandung nilai-
nilai kesetaraan gender, sehingga mereka menjadi pribadi yang berkarakter sensitif gender.