Akhlak Seorang Muslim Perkembangan dan Regenrasi Tarsul

49 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Seorang pemimpin yang baik harus memiliki rasa kemanusiaan dan tenggang rasa yang tinggi. Mendengarkan aspirasi bawahan merupakan sarana utama untuk mendapatkan masukan yang membangun kinerjanya. Sebagai pemimpin, ia harus pandai mengambil hati bawahannya. Jangan sampai menyakiti hati mereka. Hubungan antara pimpinan dan karyawan atau atasan dan bawahan harus terjalin dengan harmonis dan seimbang. Sebagai seorang yang berkuasa, janganlah memerintah dengan kekejaman dan kediktatoran, karena bawahan kita akan melaksanakannya dengan terpaksa. Dengan tindakan seperti itu, mereka akan membenci dan timbul niat jahat untuk merongrong jabatan kita, seperti disebutkan dalam syair pada bait keduapuluh berikut: Jika anakanda menjadi besar tutur dan kata janganlah kasar jangan seperti orang yang sasar banyaklah orang menaruh gusar. Pemimpin yang bijak akan memerintah rakyatnya dengan adil. Pemimpin yang bijaksana akan disukai oleh rakyatnya. Rakyat yang telah terikat hatinya karena kebijakan seorang pemimpin akan selelu mendukung kepemimpinannya. Sebagaimana yang disebutkan pada bait keduapuluh dua: Kesukaan orang anakanda jagakan nama supaya hatinya tiada lari masyhurlah anakanda di dalam negeri sebab kelakuan bijak bistari.

2. Akhlak Seorang Muslim

Secara etimologis, perkataan akhlak berasal dari bahasa arab yaitu bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat Asmaran, 1992: 1. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat berupa perbuatan baik yang disebut akhlak yang mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak yang tercela . Melalui syair Nasihat, Raja Ali Haji memberikan contoh kepada pembaca tentang akhlak yang mulia. Sebagaimana disebutkan dalam syair pada bait keduapuluh satu: Tutur yang manis anakanda tuturkan, perangai yang lembut anakanda lakukan, hati yang sabar anakanda tetapkan, kemaluan orang anakanda fikirkan. Dalam pergaulan sehari-hari seorang muslim haruslah selalu menjaga lisannya dari perkataan yang dapat menyakitkan hati orang lain. Tutur kata yang lembut menunjukkan ketinggian budi pekerti seseorang. Orang yang berbicara sombong akan menunjukkan bahwa orang itu tidak terdidik. I ni sesuai dengan peribahasa yang mengatakan bahwa “bahasa menunjukkan bangsa”. Perangai yang lembut yang dimaksudkan pengarang di sini adalah sikap halus atau lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, 50 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 roman muka, sikap anggota badan, dan lain-lain dalam pergaulan, baik dalam masyarakat kecil atau keluarga maupun dalam masyarakat luas. Perangai halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Orang yang bersikap halus biasanya lebih peduli terhadap penderitaan orang lain. Sikap lembut merupakan perwujudan dari sifat-sifat ramah, sopan, dan sederhana dalam pergaulan. Perangai yang lembut juga dimiliki oleh orang yang bersikap rendah hati. Orang yang memiliki sikap rendah hati biasanya tutur katanya halus dan sopan tingkah lakunya. I a tidak sombong dan tidak membedakan pangkat dan derajat dalam pergaulan sehari-hari. Sebaliknya, akhlak yang tercela harus dihindari oleh seorang muslim. Orang yang memiliki sifat tercela akan dijauhi oleh orang lain. Salah satu sifat yang tercela adalah sombong. Orang yang sombong adalah orang yang merasa dirinya paling benar sehingga ia akan meremehkan orang lain. Tentang akhlak tercela ini tergambar dalam syair ini yaitu pada bait ke-66. I tulah orang akalnya kurang, menyangka diri pandai seorang, takabur tidak membilang orang, ke sana ke mari pergi menggarang. Orang yang berbuat tercela akan dibenci oleh Tuhannya. Oleh karena itu, sifat- sifat yang tercela ini harus dijauhkan dalam diri kita. Kebencian Tuhan terhadap hambanya merupakan alamat kesengsaraan manusia karena manusia hidup di dunia ini adalah untuk mencari kesalamatan di hari akhir nanti. Hal ini digambarkan Raja Ali Haji dalam syairnya yang tertulis pada bait keenampuluh sembilan, yaitu : Anakanda jauhkan kelakuan ini sebab kebencian Tuhan Rahmani jiwa dibawa ke sana sini, tidak laku suatu dewani.

3. Hormat dan Patuh kepada Guru