179
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
keyakinan dan kebiasaan yang mengarah tindakan seorang individu. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, sikap hidup, berpikir, dan bertindak.
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk “membentuk” kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang,
yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Pendidikan karakter adalah upaya sengaja yang menolong
orang agar memahami, peduli akan, dan bertindak atas dasar nilai-nilai etis. Lickona, 1991.
Menurut Koesoema 2007 pendidikan karakter merupakan sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang
lain dalam dunia. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati. Menurut Martono cerpen…. hakikat dasar pendidikan karakter adalah apa yang menjadi potensi manusia harus dikembangkan. Ini juga berarti, pada manusia terdapat
bibit potensi kebenaran dan kebaikan yang harus didorong melalui pendidikan untuk aktual.
Pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik dalam konteks interaksi
sosial kultural dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan
sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati Spiritual and emotional development , Olah Pikir intellectual development, Olah Raga dan Kinestetik Physical
and kinestetic development, dan Olah Rasa dan Karsa Affective and Creativity development. Kemdiknas, 2010:10.
4. Syair Gulung
Syair gulung dahulu diberi nama kengkarangan yang artinya sesuatu yang dikarang- karang. Ada juga yang menyebutnya syair layang. Diberi nama itu karena isinya hanya
selayang pandang. Di Kabupaten Ketapang, penamaan syair gulung lebih populer untuk penyebutannya daripada kengkarang. Syair gulung merupakan karya sastra peninggalan
kerajaan Tanjungpura. Keberadaannya sampai sekarang masih sering dibacakan pada acara resmi di pemerintah daerah, mulai dari kota kabupaten, kecamatan, desa. Selain itu
syair gulung juga dibacakan pada acara perkawinan, sunatan. Proses pembuatannya ditulis di kertas kemudian syair gulung digulung dan disimpan
atau digantung di dinding-dinding rumah, tanduk binatang penghias yang ada di rumah, biasa disimpan juga di dalam tempat yang terbut dari bambu. Jika akan dibacakan, syair
gulung dibawa masih dalam kondisi digulung. Syair gulung ditulis berdasarkan tema tertentu. Tema syair gulung disesuaikan
dengan acara yang berlangsung. Syair gulung merupakan syair temporer yang berceritakan untuk suatu acara dan pada waktu tertentu. Syair yang dibuat untuk acara
180
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
tertentu misalnya acara “yudisium” tidak akan bisa dibacakan pada acara yang lain. Wawasan penulis syair gulung sangat mempengaruhi karyanya.
Penulis syair gulung memiliki kepandaian dalam memilih kata. Pemilihan kata dan permainan bunyi menyebabkan syair gulung menjadi indah. Rima sebagai persamaan
bunyi antarkata-kata atau suku kata yang berdekatan atau dalam sebuah sajak ada tempatnya tersendiri menurut suatu skema tertentu. Selain itu, permainan irama dalam
syair gulung juga sangat diperhatikan penulis syair gulung. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang tidak bisa menulis dan membacakan syair gulung.
5. Nilai- Nilai dalam Syair Gulung
Menurut Shipley, dalam Tarigan, 1987:194-195 karya sastra termasuk syair gulung mengandung 1 nilai hedonik, yakni sesuatu yang memberikan kesenangan
secara langsung, 2 nilai artistik, yakni suatu nilai keindahan sebagai manifestasi keterampilan sastra, 3 nilai etis, moral-religius-filosofis, yakni ajaran yang ada sangkut-
pautnya dengan etika, moral, agama, dan filsafat, dan 4 nilai praktis, yakni hal-hal praktis yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain mempunyai nilai keindahan sastra juga mempunyai nilai ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya. Terdapatnya keindahan dalam karya sastra sebagai kreasi
seni akan memberi kesenangan kepada pembaca. Sementara nilai kemanfaatan merujuk pada pemahaman ajaran nilai-nilai kehidupan. Kualitas nilai kesenangan dan ajaran
tersebut ditentukan oleh terdapatnya harmoni dan uniti dari unsur-unsur pembentuk karya sastra itu sendiri. Martono 2009:96 kekuatan nilai ajaran dalam karya sastra
ditentukan oleh a kedalaman gagasan yang dikemukakan penyairnya, b efeknya bagi pembaca dalam membangkitkan daya inspirasi dan mendorong inspirasi, c kekuatan
bahasa yang digunakan melalui pilihan kata, ungkapan, maupun penggunaan gaya bahasa pada umumnya. Sebagai karya kreatif, kehadiran karya sastra akhirnya ditentukan
bukan hanya ditentukan oleh keterampilan teknis semata-mata tetapi juga oleh terdapatnya pencerahan batin dan daya spiritual pengaranngya.
5.1 Nilai Keagamaan religius
I stilah nilai religius sama dengan istilah “nilai ilahiah”. Nilai-nilai ilahiah dalam I slam ditawarkan secara terbuka dan bisa dicari hikmah yang paling tertinggi melalui
proses pemaknaan atau verstehen. Ada tiga nilai ilahiah, yaitu 1 nilai imaniah, 2 nilai ubudiah, dan 3 nilai muamalah.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, baik secara sadar maupun tidak, merasakan adanya getar-getar tertentu dalam kalbunya yang mengisyaratkan adanya keinsyapan
bahwa diluar diri manusia ada kekuatan dahsyat yang berpengaruh terhadap kehidupannya. Kesadaran ini disebut kesadaran religius. Kesadaran religius ini mempu
memberikan implikasi adanya perasaan khas manusia yang mampu menggerakkan dan mengerahkan tingkah laku manusia. Di bawah ini syair gulung yang mencerminkan nilai
religius. Dalam syair gulung karya Mahmud, yang berjudul I man dan Taqwa dimulai bait ke
5 s.d. 12 bersumber dari ajaran Islam. Lebih tepat dengan istilah rukun iman. Dalam agama I slam kepercayaan atau keyakinan berhubungan dengan keimantauhidan. Nilai-
181
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
nilai akidah atau keimantauhidan secara eksplesit maupun inplisit dapat dilihat dalam syair gulung berikut ini.
I slam dan I man ikatan sejati Wajib diyakini di dalam hati
Rukun iman mari cermati Pegangan manusia sehidup semati
Rukun iman tersusun sempurne Enam keyakinan wajib sempurne
Setiap rukun penuh bermakne Setiap saat wajiblah terlaksane
Pertame beriman kepade Allah Sesuai dengan Kalamullah
Tunjuk ajar daripade Allah Wajib istiqomah berserte pasrah
Kedua beriman kepade malaikat Sebanyak sepuluh Al-Quran mencatat
Semua perbuatan pastilah tersirat Dari dunia sampai ke akhirat
Ketiga kitap dalam urutan Yang wajib diimani setiap insan
Kepada nabi malaikat Jibril sampaikan Petunjuk ajaran sebagai pegangan
Keempat para Nabi dan Rasul 25 jumlah susul menyusul
Tarih I slam menjelaskan asal dan usul Tiada keraguan keyakinan muncul
Kelima adalah Al-Yaumil Akhir Wajib diimani walaupun tah zahir
Samalah seperti alam sebelum lahir Alam lahir dan akhirat sama-sama terukir
Keenam tersusun Qudrat dan Iradat Suatu kepastian tiade tersesat
Setiap mahluk pastilah mendapat Ketentuan Allah pastilah tersesat
Keimantauhidan berfokus pada pengakuan manusia tentang adanya Allah. Pengakuan tersebut disadari oleh manusia setelah manusia tahu hal-hal di luar batas
kemampuannya. Pada saat seperti itu manusia merasa dirinya tidak berarti dihadapan Allah. Dengan mengaku adanya Allah, manusia merasa dekat dengan-Nya. Dalam
kehidupan keagamaan manusia menghayati pertemuannya dengan Allah dalam dialog yang sejati. I ni mencerminkan akidah seseorang. Dalam ajaran agama I slam, nilai-nilai
akidah tersebut termasuk dalam rukun I man: 1 pengakuan iman adanya Allah, 2 iman adanya Malaikat Allah, 3 iman terhadap kitabullah atau wahyu Allah, 4 iman
terhadap Nabi dan Rasul, 5 iman adanya hari akhir, dan 6 iman adanya Qadla dan Qadar takdir Allah.
182
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
5.2 Nilai Kemasyarakatan
Nilai sosial merupakan norma yang mengatur hubungan manusia dalam hidup berkelompok bermasyarakat.
Norma sosial
itu merupakan
kaidah hubungan
antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih jelas dikemukakan oleh Goeman dalam Hidayat,1983:10, nilai sosial merupakan kaidah yang melandasi manusia untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan geografis, sesama manusia, dan kebudayaan alam sekitar.
Manusia dalam mengadakan interaksi dengan sesama manusia sangat dibatasi oleh nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, manusia dalam bertingkah laku selalu berhati-hati.
Tepat jika Amir 1986:44 mengatakan bahwa nilai sosial adalah nilai yang mendasari, menuntun dan menjadi tujuan tindak dan hidup manusia dalam melangsungkan,
mempertahankan dan mengembangkan hidup sosial manusia. Nilai kemasyarakatan dapat ditemukan dalam syair gulung yang dibacakan pada acara “Perpisahan Ketua UPPK
Kecamatan Sungai Laur” karya Hairani K dalam Rahayu, 2011.
Dari sempurna ke Randau Limat Jarak tempuhnya bukanlah dekat
Kalau mau mengundang rapat Surat dikirim selalu terlambat
Banyak petugas yang belum tahu Dimana letak dusun Merabu
Harga sembakau mahal disitu Sebungkus kompas sepuluh ribu
Bait pertama di atas mendeskripsikan bahwa masyarakat di daerah tempat tinggalnya jauh berjauhan. Masyarakat sering mengadakan rapat untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan. Masyarakat terbiasa untuk mengadakan rapat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau suatu masalah. Pada baris terakhir pada bait tersebut ada tertulis
surat dikirim selalu terlambat. I ni merupakan kritikan terhadap pengiriman surat yang selalu terlambat mengirim surat. Harapannya adalah surat undangan jangan selalu
terlambat jika mengundang rapat. Ada pembelajaran yang dapat diambil dalam kutipan syair gulung di atas adalah harus dilakukan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan atau suatu permasalahan. Selain itu, jika mengundang masyarakat rapat jangan terlambat mengantar undangannya.
Bait kedua di atas mendeskripsikan letak dusun Merabu yang jauh. Oleh karena itu, petugas banyak yang tidak tahu letak dusun Merabu. Letak yang jauh dari perkotaan
mengakibatkan harga sembako mahal dan harga rokok kompas seharga sepuluh ribu rupiah. Bait dalam syair gulung tersebut memberikan pembelajaran bahwa menjadi
petugas harus mengetahui daerah yang menjadi wilayah kerjanya.
5.3 Nilai Kepribadian
Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola
pikir, perasaan, dan perilaku individu manusia, serta bertindak sebagai aspek fundamental
183
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
dari setiap individu tersebut. Menurut Phares dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004 kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran, perasaan, dan perilaku yang
berbeda antara tiap individu dan cenderung konsisten dalam setiap waktu dan kondisi. Nilai kepribadian sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai ini
diperlukan karena pada kenyataan bahwa dalam melangsungkan hidup, manusia memerlukan sesuatu yang bersifat jasmaniah dan rohaniah dengan cara dan tujuan yang
benar. Nilai-nilai kepribadian dapat dilihat dalam syair gulung karya Hairani K. Syair gulung yang dibacakan pada acara “Perpisahan Ketua UPPK Kecamatan Sungai Laur”.
Mayarakat Merabu selalu berkate Pak Rumaja pemimpin yang bijaksane
Sekolah dibangun megah dan mulie Tidak terkire senang hatinye
Guru kontrak bersedih hati Pak Rumaja tiada lagi disini
Karena mereka sudah berhutang budi Banyak diangkat pegawai negeri
Berdasarkan bait dalam syair gulung di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut. Masyarakat dusun Merabu selalu mengatakan sosok Pak Rumaja adalah seorang
pemimpin yang bijaksana dan memiliki hati yang mulia, baris kedua. Pak Rumaja pemimpin yang bijaksane. Banyak membangun gedung sekolah yang megah. Sampai
sekarang gedung sekolah itu menjadi bukti perjuangan Pak Rumaja di dusun Merabu. Bait di atas mendeskripsikan kesedihan yang dialami para guru kontrak karena Pak
Rumaja sudah pindah dari dusun Merabu. Jasa Pak Rumaja sangat banyak karena sudah mengangkat guru kontrak menjadi pegawai negeri. Mereka berhutang budi dengan Pak
Rumaja. Ada nilai yang dapat diambil dalam bait syair gulung tersebut. Nilai itu adalah seseorang yang bijaksana dan memiliki hati yang mulia akan disenangi masyarakat.
6. Penutup
Pembelajaran syair gulung ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami syair gulung. Pengetahuan tentang sastra
hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi syair gulung. Syair gulung diajarkan sebagai pengalaman yang menyenangkan siswa, bukan sebagai bahan hafalan yang
memberatkan. Dengan membaca syair gulung hendaknya menimbulkan gairah agar siswa berkeinginan untuk dapat membaca syair gulung lainnya, karena syair gulung bernilai
dalam kehidupannya dan tidak bersifat membosankan. Oleh karena itu, guru mengusahakan agar pembelajaran syair gulung dibuat menjadi hidup, penuh kreasi, tidak
monoton, dan guru hendaknya mampu menciptakan kejutan, sesuatu yang istimewa dan sesuatu yang menyenangkan.
Syair merupakan wujud ekspresi penutur dengan menggunakan bahasa yang estetik. I si ekspresi, paparan bahasa, dan aspek keindahan merupakan unsur pembentuk
syair yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, ada pesan yang dapat dipetik dalam syair gulung. Kegiatan mengapresiasi syair termasuk syair gulung berkaitan erat dengan
latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Siswa diharapkan mampu menikmati,
184
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra pada umumnya dan syair khususnya untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Wujud nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai kemasyarakatan, dan nilai-nilai kepribadian dapat digali dalam syair gulung.
DAFTAR PUSTAKA Amir, H. 1986. Nilai-Nilai Etis dalam Wayang dan Pendidikan Watak Guru. Disertasi, tidak
dipublikasikan. Malang: PPS I KI P Malang. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar I si. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Contoh Model Silabus Mata Pelajaran Bahasa I ndonesia. Jakarta.
Berry, John W; Ype H. Poortinga; Mashall H. Segall; Pierre R. Dasen. Psikologi Lintas- Budaya: Riset dan Aplikasi. Terjemahan Edi Suhardono, 1999. Jakarta: PT
Gramedia. Daradjat, Zakiah. 2001. Pembinaan Akhlak di Tingkat SMTA dan Perguruan Tinggi. Dalam
Rama Furqona ed. Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak Remaja. Ciputat: PT. Logos Wacana I lmu.
Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA MA – SMK MAK Mata Pelajaran Bahasa I ndonesia.
Darma, Budi,1984. ‘Moral dalam Sastra’ dalam Andy Zoeltom editor. Budaya Sastra. Jakarta: Rajawali
Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA MA – SMK MAK Mata Pelajaran Bahasa I ndonesia. Sosiologi Pedesaan
Hidayat, K. Ed.. 1983.. Jakarta: Depdikbud. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: PT. Grasindo. Lickona. T. 1992. Educating for Charakter, How Our School Can Tach Recpect and
Responsibility. New York: Bantam Books. Martono. 2009. Ekspresi Puitik Puisi Munawar Kalahan Suatu Kajian Hermeneutika.
Pontianak: STAI N Press. Martono. 2010. Pembentukan Karakter Generasi Muda Melalui Pembelajaran Bahasa dan
Sastra I ndonesia. Dalam Novi Anoegrajekti, Sudartomo Macaryus, dan Endry Boeriswati Eds. I diosinkrasi. Jakarta: UNJ dan Kepel Press.
Rahayu, Didik. 2011. Analisis Struktur Kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang Karya Hairani K. Skripsi. FKI P Untan Pontianak.
Ratsanjani. 2012. Nilai I slami Dalam Kumpulan Syair Gulung Melayu Ketapang karya Mahmud, S.Pd. Skripsi. FKI P Untan Pontianak.
Singh, Agwan. 2000. Encyclopedia of The Holy Quran. New Delhi: Balaji Offset. Sumardjo, Jakob, Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Tarigan, H. G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung. Angkasa
Tarigan, H. G. 1987. Pengajaran Gaya Bahasa. Bangung: Angkasa. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Widdowson, H.G. 1979. Stylistic and The Teaching of Literature. London: Longman.
185
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Kegelisahan dan Keterpurukan Sosial Masyarakat Post Modern dalam novel Tuan dan Nona Kosong
Karya Hudan Hidayat dan Mariana Amirrudin Sebuah Kajian Hermeneutik
Yuri Lolita Rahayu Kusw ardani
Universitas Negeri Surabaya
Abstract
Karya sastra merupakan pencerminan, gambaran, atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra pengarang berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang
mereka rasakan atau mereka alami. hermeneutic adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks. Dalam kata lain, hermeneutic adalah proses penguraian yang beranjak dari isi dan
makna yang tampak ke arah makna terpendam dan tersembunyi. Objek interprestasi yaitu bisa berupa symbol dalam mimpi atau bahkan mitos-mitos dari symbol dalam masyarakat atau sastra.
Dalam studinya, Recouer membedakan antara symbol univocal dan equivocal. Symbol univocal adalah tanda dengan satu makna yang yang ditandai, seperti symbol-simbol dalam logika.
Sedangkan symbol equivocal adalah symbol sebenarnya dari hermeneutika. Ketika kebenaran menjadi relative, manusia yang pada dasarnya adalah memiliki hasrat untuk terus mencari, dan
selalu tidak puas, akan terus mencari. Dan pencarian-terus menerus itulah yang dinamakan postmodern. Dan Postmodern adalah kegelisahan yang diakibatkan oleh hilangannya suatu standar
kebenaran secara universal. Problemnya, bagaimana kekosongan itu ada? Novel ini kemudian memperkenalkan konsep
tuan dan nyonya kosong sebagai jawabannya. Sang nyonya kosong, misalkan, dibayangkan sebagai manusia yang sejak lahir telah melepas segala atributnya, menjadi telanjang dalam pengertian paling
dasar: “I a tak punya jenis-jenis perasaan manusia: harapan, lelaki idaman, bahkan keinginan disentuh dan kehangatan”.Namun, kekosongan itu tak sepenuhnya hampa, karena “Perempuan
kosong ternyata ciptaan Tuhan”. Fondasi yang telah dibangunnya itu lantas diruntuhkannya sendiri. Novel Hudan-Mariana dibuka dengan kenangan tokoh Hudan atas kehidupan ganjil
keluarganya yang melakukan incest secara terbuka: Hudan bercinta dengan ibunya. Kehidupan ganjil ini mendatangkan keberangan dari para tetangganya dan orang kampung pun membakar rumah
keluarga tak senonoh itu.Hudan lolos dari amuk massa itu dan berlari dengan membawa trauma dan deritanya, juga sebuah novel tak selesai karya ayahnya. Novel itu berjudul Tuan dan Nona Kosong.
Pertanyaan pentingnya bukanlah bagaimana seseorang dapat selamat tapi bagaimana dia dapat tahu, dan dapatkah orang mengetahui segalanya. “Memang, kondisi mendalam dari mengetahui
menjadi subyek perenungan,”. Dalam konteks semacam ini, novel Hudan-Mariana adalah sebuah penjelajahan filosofis dengan upaya mati-matian mengejar kekosongan.
Kata Kunci:
Masyarakat postmodern, Kajian Hemeneutik
A. Pendahuluan
Karya sastra merupakan pencerminan, gambaran, atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra pengarang berusaha mengungkapkan suka duka
kehidupan masyarakat yang mereka rasakan atau mereka alami. Karya sastra merupakan