Pendahuluan Perkembangan dan Regenrasi Tarsul

56 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 MERANGKAI SASTRA, MENYEMAI BUDAYA MENELI SI K FENOMENA USI NG, BANYUWANGI Heru S.P. Saputra Fakultas Sastra Universitas Jember Mahasiswa S3 Sastra-KTL UGM heruespegmail.com Abstrak Sikap kultural subjek individual pengarang yang hidup di lingkungan budaya Using tidak terlepas dari implikasi atas pandangan dunia worldview subjek kolektif masyarakat Using. Hasil kajian dalam menelisik “sastra Using” –dari sastra lisan hingga sastra modern– menunjukkan bahwa nilai-nilai, identitas, dan lokalitas Using berimplikasi menjadi embrio dan integral termuat dalam produk “sastra Using”. Pengarang yang notabene menyoal berbagai fenomena sosial budaya yang beragam sesuai repertoir dan proses kreatifnya, memiliki benang merah yang menggayutkan intensi mereka, yang berujung pada tersemainya budaya Using. Kata kunci: pandangan dunia, identitas, lokalitas, sastra Using, budaya Using.

1. Pendahuluan

Karya sastra sebagai aktualisasi ekspresif dari subjek individual pengarang tidak dapat dilepaskan dari dialektikanya dengan fenomena sosial budaya. Embrio nilai-nilai peradaban yang tumbuh dalam ruang sosial budaya akan mengkonstruksi persepsi subjek kolektif masyarakat hingga membentuk pandangan dunia worldview. I a merupakan kompleks menyeluruh dari gagasan, aspirasi, dan perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lain lihat, Faruk, 2012. Pandangan dunia inilah yang mempengaruhi sikap kultural subjek individual sebagai perangkai sastra hingga memproduksinya. Berangkat dari frame semacam itu, jika ditelisik fenomena dinamika “sastra Using” Banyuwangi dari hulu-sastra lisan, hingga hilir-sastra modern, baik prosa maupun puisi, banyak ditemukan dimensi homologis kemiripan antara nilai-nilai peradaban yang termaktub dalam karya sastra dan yang tergelar sebagai fakta budaya. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa konsep “sastra Using” dalam konteks ini tidak hanya dimaksudkan sebagai sastra berbahasa Using, tetapi juga menyangkut sastra berbahasa I ndonesia 57 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 yang dihasilkan oleh pengarang yang berasal dari lingkungan masyarakat Using dan mengangkat persoalan kehidupan dan kebudayaan Using. Khazanah sastra lisan Using terformulasi dalam beragam jenis karya, mulai genre prosa legenda, mite, dongeng hingga puisi basanan, wangsalan, sanepan, batekan, syair, dan mantra. Demikian juga dengan produk sastra modern, secara umum banyak yang ber-genre prosa dan puisi. Dalam konteks itu, mereka merangkai sastra yang notabene tidak kosong budaya. Lalu bagaimana gambaran budaya Using yang tercermin dalam karya-karya sastra, baik dalam genre sastra lisan yang tersebar secara turun-temurun, maupun genre sastra modern yang dihasilkan dari proses kreatif pengarang Using? Tulisan pendek ini berusaha memberi pandangan terhadap pertanyaan tersebut.

2. Menelisik Sastra Lisan