Penyelundupan Manusia Tindak Pidana Terhadap Nyawa

diperlukan undang-undang khusus tentang tindak pidana perdagangan orang yang mampu menyediakan landasan hukum materiil dan formil sekaligus. Untuk tujuan tersebut, undang- undang khusus ini mengantisipasi dan menjerat semua jenis tindakan dalam proses, cara, atau semua bentuk eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktik perdagangan orang, baik yang dilakukan antarwilayah dalam negeri maupun secara antarnegara, dan baik oleh pelaku perorangan maupun korporasi. Oleh karena itu, dipandang perlu tetap mempertahankan pasal 324 sampai pasal 327 KUHP dalam bentuk rumusan yang berbeda. Selain pasal 328 KUHP tentang penculikan tetap dipertahankan, perlu diciptakan pasal baru yang bertalian dengan penyanderaan. Penculikan dan penyanderaan haruslah dibedakan dari mengangkut, memindahkan dan menyembunyikan orang, bahkan membedakannya pula dengan melarikan wanita, perbuatan- perbuatan mana harus dilakukan secara melawan hukum. Disamping itu, dirasakan perlu diadakan pasal baru bertalian dengan membawa istri orang lain tanpa seizin suaminya yang sah. Di negara manapun, pembunuhan selalu diancam dengan pidana penjara yang cukup berat. Meskipun di beberapa negara seperti Amerika diadakan perbedaan dalam jenis-jenis pembunuhan frist degree murder, second degree murder dan third degree murder seyogyianya diikuti sistem yang sederhana saja. Merampas nyawa hendaklah diartikan bahwa orang itu harus mati. Jadi dikehendaki kematian orang itu. Sebetulnya, kata merampas secara implisit mengandung unsur kesengajaan. Apabila tidak ada unsur kesengajaan, dalam arti tidak ada niat atau maksud untuk mematikan orang itu, tetapi kemudian orang itu mati juga, maka perbuatan tersebut tidak dapat dikaualifikasi sebagai pembunuhan. Apa yang dimaksud dengan kealpaan dalam menyebabkan mati atau luka-luka, sebaiknya dikembangkan melalui doktrin atau yurisprudensi. Yang jelas, kematian tidak dikehendaki oleh si pelanggar. Bila kematian dikehendaki, maka itu bukan lagi kealpaan.

2.22. Penyelundupan Manusia

Pengaturan ini lebih mengarahkan pada perbuatan membawa seseorang atau kelompok orang dengan tujuan mencari Naskah Akademik RUU KUHP | 245 keuntungan, penyelundupan imgran gelap dan penyelundupan orang ke Indonensia dan transit melalui Indonesia semakin meningkat. Dan tampaknya cara-cara ilegal justru lebih menjadi pilihan dalam proses migrasi saat ini. Pola Penyelundupan tersebut dilakukan sacara terorganisir, jaringan kejahatan internasional yang terorganisasi baik melalui jalur Negara perantara maupun langsung. Meningkatnya aktivitas kelompok kejahatan terorganisasi dalam terjadinya penyelundupan migran, dapat membahayakan negara-negara dan kehidupan serta keselamatan para migran itu sendiri. Berbagai cara pun dilakukan hingga baik dengan menggunakandokumen sah maupun dokumen palsu, atau tanpa menggunakan dokumen perjalanan, baik melaluipemeriksaan imigrasi maupun tidak.

2.23. Tindak Pidana Terhadap Nyawa

Dalam delik Bab XIX KUHP pada pasal 338 hingga 350, yang menjadikan unsur merampas nyawa seorang lain sebagai unsur utama, pengertian ini lazim dimaknai dengan pembunuhan, pengaturan ini masih relevan dan tetap diterapkan sebagai delik pidana pembunuhan.Perkembangan pengaturan adalah mengenai pembunuhan bayi dan penguguran kandungan, Pengaturan mengenai pembunuhan bayi tidaklah membedakan apakah perempuan itu sudah menikah atau belum, atau apakah bayi yang dia lahirkan itu haruslah dalam keadaan hidup. Untuk menentukan hal itu, wajib dimintakan kesaksian atau visum dari yang berwenang. Ajaran atau doktrin penyertaan tidak berlaku disini. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, bahwa yang turut serta melakukan tidak berada dalam kondisi psikologik yang sama dengan perempuan yang melahirkan bayi. Terkait dengan penguguran kandungan, menentukan cara- cara dan atau dengan sarana apa yang digugurkan atau dimatikan kandungan perempuan. Orang lain yang menggugurkan atau mematikan kandungan perempuan, harus mendapatkan izin dari perempuan tersebut. Ancaman pidana terhadap tindak pidana ini, pada hakekatnya tidak ditujukan kepada perempuan yang hamil. Kalau ancaman pidana ditujukan kepada perempuan yang hamil, maka perempuan itu tidak dikenai anacaman pidana bila ia mengugurkan atau mematikan kandungannya sendiri. Hal-hal yang masih perlu diperdalami lebih lanjut adalah terkait pasal 359 Naskah Akademik RUU KUHP | 246 KUHP WvS yang diterapkan terhadap tindak pidana kecelakaan lalulintas. Selain frekuensi kecelakaan lalulintas makin meninggi, perlu dipersoalkan: 1. apakah tidak lebih baik di samping pasal 359 KUHP, dirumuskan pasal baru untuk kecelakaan lalu lintas, sebab sopir-sopir yang ngebut dengan taruhan jiwa berpuluh manusia dalam bus, bukan lagi kealpaan. 2. hal yang sama berlaku secara mutatis mutandis untuk pengebut dan tabrak lari. 3. sehubungan dengan butir a dan b diatas mungkin dapat dipertimbangkan lebih lanjut untuk memasukkan unsur “strict liability dan vicarious liability” dalam tindak pidana lalu lintas. Tentang jenis pidana yang mana akan dijatuhkanditerapkan terhadap si pelanggar, dapat dipertimbangkan agar memberi manfat kepada korban pelanggaran hukum pidana. Dalam rangka menanggulangi abortus provocatus criminalis dan menjamin para dokter secara resmi bekerja dengan lebih tenteram, tanpa rasa takut kemungkinan dituntut, perlu dipikirkan jaminan perlindungan hukum terhadap para dokter yang melakukan abortus provocatus medicalis. Meskipun hal ini sudah diatur dalam undang-undang kesehatan dan praktek kedokteran, sebagai asas umum dokter yang menjalankan tugas profesinya yang professional dan beriktikad baik perlu memperoleh perlindungan hukum dimuat dalam bagian tindak pidana terhadap nyawa ini. Diadakan pasal mendorong orang lain untuk bunuh diri, didasarkan atas pertimbangan penghormatan terhadap kehidupan manusia. Apabila orang yang didorong atau yang ditolong untuk bunuh diri itu tidak mati, maka yang mendorong atau yang menolong tidak kena ancaman pidana. Hal tidak dikenai ancaman pidana, didasarkan atas pertimbangan bahwa bunuh diri bukanlah suatu kejahatan. Oleh karena itu, percobaan yang bertalian dengan kualifikasi tindak pidana ini, tidak diancam dengan pidana.

2.24. Tindak Pidana Penganiayaan