oleh tindak pidana; dan pembebasan rasa bersalah pada terpidana.
3. Perkembangan Pidana dan Pemidanaan
a.
Jenis-Jenis Pidana Pokok
Berkaitan dengan jenis-jenis pidana pokok yang harus ada dalam pengaturan KUHP ke depan sebagai berikut:
a.1. Pidana penjara
Pidana perampasan kemerdekaan berasal dari pandangan hidup individualistis dan melalui Wethoek van Strafrecht sejak 1
Januari 1918 pidana ini berlaku di Indonesia. Baik secara universal maupun secara pembaharuan, baik praktis teoritis
untuk mengurangi daya lakunya. Namun merupakan suatu kenyataan, bahwa di satu pihak pidana perampasan kemerdekaan
akan tetap ada sekalipun namanya berbeda-beda dan di lain pihak tanpa mengurangi penghargaan atas pembaharu-pembaharu
pidana perampasan kemerdekaan, pada pidana tersebut akan selalu melekat kerugian-kerugian yang kadang-kadang sulit untuk
diatasi, bilamana ditinjau dari segi tujuan yang hendak dicapai.
Ditinjau dari segi filosofis, terdapat hal-hal yang saling bertentangan antara lain :
46
1
tujuan penjara sebagai sarana penjamin pengamanan terpidana; dan
2
memberikan kesempatan-kesempatan kepada narapidna untuk direhabilitasi.
Hal ini akan mengakibatkan dehumanisasi pelaku tindak pidana dan pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi
narapidana yang terlalu lama di dalam lembaga, berupa ketidakmampuan
untuk melanjutkan
kehidupannya secara
produktif di dalam masyarakat. Dalam hal ini Bottomley
47
menyatakan sebagai berikut: “an explicit recognition that the main conflict in prisons is between securitycontrol and rehabilitation has
been surprisingly slow to emerge and disentangle itself from the view that the main problem is the conflicting claims of rehabilitation
versus deterrence andor punishment”.
Namun demikian,
keberadaan pidana
perampasan kemerdekaan sulit dihindari karena untuk menggantikan sarana
46
Lihat Makalah Muladi, Op Cit Hlm. 13-10.
47
Muladi, op. cit. hlml. 141
Naskah Akademik RUU KUHP | 46
primitis ini dengan yang lebih baik belum dapat dilakukan.
48
Sehubungan dengan ini pula Moeller menyatakan, bahwa :“We have taken the postion throgh that prisons as we know them ini our
culture have failed ini rehabilitation and, in fact, have been the instruments in hardening meny of their victims in antisocial
attitudes. But we are not prepared to abolish the all at this time, though we are convinced that the awing eventually be in that
direction”.
Sehubungan dengan kanyataan-kenyataan di atas, perlu kiranya dihayati prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh baik di
dalam pengaturan maupun di dalam pelaksanaan pidana perampasan kemerdekaan yang antara lain adalah: menetapkan
preferensi pada alternatif pidana perampasan kemerdekaan alternatives to imprisonment seperti denda dan pidana bersyarat
pidana pengawasan, jangan menggunakan pidana perampasan kemerdekaan jangka pendek, sejauh mungkin diusahakan untuk
menerapkan The Standard Minimum Rules for The Treatment Of Prisoners SMR yang telah diadopsi oleh Kongres PBB I tentang
Pencegahan Kejahatan dan Pembinaan Para Pelaku pada tahun 1955 dengan perubahan-perubahannya, selalu berusaha untuk
mengembangkan alternatif pidana perampasan kemerdekaan dan program-program pembinaan narapidana di luar lembaga the
institutionalization of corrections.
a.2. Pidana Tutupan