the law”.
Apabila dipermasalahkan
demikian, semua
perbedaan jenis tindak pidana yang didasarkan pada statuskualifikasi yang berbeda seperti terdapat dalam jenis-
jenis penghinaan, pembunuhan, penganiayaan, dsb. juga berarti harus ditiadakan karena dipandang bertentangan
dengan prinsip “equality before the law”.
2.3. Tindak Pidana Terhadap Negara Sahabat
Dalam pembukaan UUD 1945, antara lain telah dinyatakan bahwa negara Indonesia mempunyai fungsi menjadi tujuan,
yaitu:”…ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Fungsi yang
demikian itu tentunya mempengaruhi sikap negara dan bangsa Indoensia terhadap negara-negara itu, khususnya negara-negara
sahabat, termasuk kepala negara dan perwakilannya. Jadi dasar pengaturan hal tersebut tidak terletak pada suatu kewajiban atau
peradaban internasional, akan tetapi terletak pada kesadaran akan kenyataan, bahwa antara penguasa yang sah di dunia ini
ada solidaritas kepentingan.
Pengaturan mengenai tindak pidana terhadap negara sahabat dalam KUHP yang sekarang berlaku masih relevan untuk
digunakan. Perbuatan yang diancam pidana hal ini adalah : a. makar untuk melepaskan wilayah negara sahabat dari
pemerintahan yang sah, b. makar untuk merubah pemerintahan negara sahabat,
c. permufakatan jahat untuk melakukan pidana tersebut pada a dan b
d. makar pembunuhan kepala negara sahabat, e. penyerangan terhadapa diri kepala negara sahabat
f. penghinaan terhadap kepala negara sahabat g. penodaan, bendera, lagu kebangsaan, lambang negara dari
negara sahabat h. penghinaan terhadap wakil negara asing yang bertugas di
Indonesia i. tindak pidana penyiaran hal-hal yang berupa penghinaan
terhadap kepala negara atau wakil negara sahabat di Indonesia j. pidana tambahan.
Naskah Akademik RUU KUHP | 218
2.4. Tindak Pidana Terhadap Kewajiban dan Hak Kenegaraan
Dalam negara yang berkedaulatan rakyat seperti negara Indonesia,
keberadaan lembaga
perwakilan rakyat
dan pelaksanaan pemilihan umum merupakan hal yang penting. Oleh
karena itu,
berfungsinya badan-badan
yang mewujudkan
kedaulatan rakyat harus dijamin. Terkait dengan hal ini, pengaturan mengenai tindak pidana masih relevan apabila
mengacu pada KUHP yang berlaku sekarang dengan perlu menyebut dengan tegas nama-nama perwakilan rakyat itu, seperti
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Demikian pula perujukan
terhadap tindak pidana yang diatur dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Karena faktanya dalam proses politik
tersebut masih terjadi perilaku pemaksaan dan penyuapan pada waktu pemilihan,melakukan perbuatan curang atau perbuatan
lain yang mengakibatkan suara seseorang dalam pemilihan tidak berharga merupakan tindak pidana. Pengaturan perilaku ini selain
untuk menjaga proses pemilihan yang lebih berkualitas dan bermartabat, juga diharapkan mengendalikan perilaku politik yang
manipulatif dan anti demokrasi, sehingga tujuan pemilu sebagai proses bernegara dalam negara hukum dan demokrasi dalam
membangun bangsa yang sejahtera.
2.5. Tindak Pidana Terhadap Ketertiban Umum