a menjatuhkan pidana penjara saja yang dapat diganti dengan pidana pengawasan, atau
b menjatuhkan pidana denda saja, atau c menjatuhkan pidana penjara dan pidana denda dengan batas:
separuh dari jumlah maksimum masing-masing, atau d pidana pengawasan maksimum 3 tahun dan denda separuh
dari maksimum.
5. Alasan Penghapus Pidana APP a Alasan Pembenar
Jenis-jenis alasan pembenar masih mengacu pada KUHP lama, dimana alasan pembenar dirumuskan sebagai berikut :
1. orang yang melakukan perbuatan yang dilarang, tetapi dilakukan
untuk melaksanakan
ketentuan peraturan
perundang-undangan, tidak dipidana. 2. setiap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang, tetapi
perbuatan tersebut untuk melaksanakan perintah jabatan, tidak dipidana.
3. setiap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang karena keadaan darurat, tidak dipidana.
4. setiap orang yang terpaksa melakukan perbuatan yang dilarang karena pembelaan terhadap serangan atau ancaman
serangan seketika yang melawan hukum terhadap diri sendiri atau orang lain, kehormatan kesusilaan, harta benda sendiri
atau orang lain, tidak dipidana karena melaksanakan UU; melaksanakan perintah jabatan yang sah; keadaan darurat;
atau pembelaan terpaksa.
Walaupun demikian, alasan pembenar lainnya yang tidak diletakkan
di bawah
judul alasan
pembenar, tetapi
tersimpultersirat dalam pasal lain, adalah tidak adanya sifat melawan hukum secara materiel asas AVAW – Afwezigheid Van
Alle Materiele Wederrechtelijkheid. b Alasan Pemaaf
Alasan pemaaf terdiri dari kesalahan mengenai fakta dan kesalahan mengenai hukumnya error facti error iuris; daya
paksa relaktif; pembelaan terpaksa yang melampaui batas noodweer exces; dengan iktikat baik melaksanakan perintah
jabatan yang tidak sah. Terdapat alasan pemaaf lainnya yang tidak
diletakkan di
bawah judul
alasan Pemaaf, tetapi
tersimpultersirat dalam pasal lain, yaitu tidak adanya kesalahan
Naskah Akademik RUU KUHP | 76
asas geen straf zonder schuld; tidak mampu bertanggung jawab; dan anak dibawah umur 12 tahun.
Ke depan perlu dipikirkan agar ketiga alasan pemaaf lainnya yang tidak dimasukkan secara eksplisit ke dalam sub-judul
“alasan pemaaf” itu, kemudian di masukkan dalam sub-judul “alasan pemaaf”.
Perubahan lain dalam pemidanaan adalah sbb: a. Reformulasi pedoman pemidanaan dengan menambahkan
faktor permaafan dari korbankeluarganya; b. Pidana mati ditegaskan sebagai pidana yang bersifat khusus;
c. Istilah pidana nominal untuk anak, diubah menjadi pidana verbal;
d. ada penegasan prinsip, bahwa pidana penjara terhadap anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir.
e. dimasukkannyaditegaskannya ide “diversi” diver-sion di dalam Rule 17.4 Beijing Rules yang mengandung prinsip bahwa
demi kepentingan anak dengan mempertimbangkan tujuan dan pedoman pemidanaan, haklim setiap saat dapat
menghentikan atau tidak melanjutkan proses pemeriksaan.
f. dalam hal pidana denda untuk anak, ditambahkan ayat yang menegaskan bahwa minimum khusus pidana denda tidak
berlaku terhadap anak. g. Pidana tambahan dapat dijatuhkan sebagai pidana yang
berdiri sendiri atau bersama-sama dengan pidana pokok, dan dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana tambahan
lainya.
h. diadakan pedomanaturan
pelaksanaan pidana
denda terhadap korporasi;
6. Tindak Pidana Terhadap Penyelenggaraan Peradilan