Sebagai perbandingan dapat dikemukakan di sini pengaturan tentang “probation” di Amerika Serikat, yang dapat dikenakan
pada semua tindak pidana, kecuali yang menyangkut tindak pidana berat :
54
crime of violence, crime against morals, crime invoving The Use of deadly wespons, mercenary crime, crime
against the goverment, dan crime carrying a certain penalty.
a.4. Pidana Denda
Berbeda dari
sistem-sistem sosial
yang lain,
sistem penyelenggaraan
hukum pidana
criminal justice
system menampakkan
dirinya sebagai
sistem yang
menghasilkan unwelfare secara luas. Produk tersebut antara lain berupa pidana
perampasan kemerdekaan, dan stigmatisasi. Untuk itu harus dicari
usaha-usaha lain
dalam bentuk
alternatif pidana
perampasan kemerdekaan
yang dapat
menghasilkan less
unwelfare. Dalam konteks ini pidana denda menempati posisi yang sangat penting. Hulsman
55
dalam hal ini menyatakan, bahwa dewasa ini pidana denda merupakan pidana yang paling penting.
Pasal 24 dan Pasal 14a KUHP Belanda menunjang pendapat ini. Pasal 24 memungkinkan pengadilan untuk menerapkan pidana
denda terhadap pelaku tindak pidana yang dapat dipidana tidak lebih dari 6 tahun penjara, bahkan sekalipun bilamana ketentuan
tersebut tidak secara eksplisit menyatakan bahwa pidana denda dapat dijatuhkan. Selanjutnya dalam pasal 14a dinyatakan,
bahwa terhadap tindak-tindak pidana yang ancaman pidananya lebih daripada 6 tahun, denda masih mungkin diterapkan
bilamana
dikombinasikan dengan
pidana bersyarat,
baik seluruhnya maupun sebagian.
Hal di atas sesuai dengan pendapat Sudarto
56
yang menyatakan, bahwa di Eropa Barat pidana ini bahkan menjadi
lebih penting daripada pidana pencabutan kemerdekaan, dan dipandang sebagai tidak kalah efektifnya, khususnya bagi orang-
orang
tertentu menurut
keadaannya. Selanjutnya
beliau menyatakan, bahwa keuntungan dari pidana denda ini adalah
bahwa ia tidak begitu mendatangkan stigma bagi terhukum.
54
Lihat Barnes and Teeters, New Horizons in Criminlogy Prentice, Hall of India Private LTD, New Delhi, 1966.hlm. 560
55
Hulsman, op.cit, hlm. 289.
56
Sudarto, Pemidanaan, Pidana dan Tindakan, op.cip, hlm 18
Naskah Akademik RUU KUHP | 54
Mengingat kedudukannya yang semakin penting sebagai alternatif pidana perampasan kemerdekaan, maka banyak timbul
reaksi terhadap pengaturan pidana perampasan kemerdekaan pengganti denda, dalam hak terpidana denda tidak membayar
dendanya. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini pernyataan The Constitutional Court di Italia dalam rangka revisi terhadap
KUHP Italia. Dalam hal ini dinyatakan, bahwa penggantian pidana perampasan kemerdekaan terhadap yang tidak memenuhi
pembayaran denda merupakan tindakan diskriminasi terhadap orang yang tidak mampu.
57
Prof. Manuel Lopez Rey dari Bolivia di dalam Kongres PBB keempat tentang Pencegahan Kejahatan dan
Pembinaan Narapidana 1970 menyatakan, bahwa “transformation of the nonpayment of fines into imprisonment” merupakan “a
significant source of criminal ijnjustice throughout the world.”
58
Dari segi filosofis, pengutamaan pidana denda sebagai alternatif pidana perampasan kemerdekaan merupakan hasil
pengaruh dari aliran modern dalam hukum pidana, yang antara lain mendasarkan diri pada doktrin “let the punishment fit the
criminal”. Pencerminan bahwa dalam pengaturan dan penerapan pidana denda tidak hanya memperhatikan hakekat dari tindak
pidana yang dilakukan, nampak pula dalam Article 7.02 American Law Institute’s Model Penal Code yang mengatur “criteria for
imposing fines dhi.protection of the public dengan penjatuhan pidana denda didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan the
nature and circumstance of the crime dan the history and character of the defendant.
59
Di samping asas dari Model Penal Code di atas dapat digali asas-asas penerapan pidana denda yang antara lain:
1 terdakwa memperoleh sejumlah uang dari kejahatan yang dilakukan;
2 pidana denda dapat menunjang usaha pencegahan kejahatan dan perbaikan terpidana;
3 terdakwa akan mampu membayar denda perbaikan terpidana tersebut tidak menghambat terdakwa dalam rangka membayar
ganti rugi perbaikan kepada korban tindak pidananya.
57
Jescheck, op, cit, hlm. 487.
58
United Nations, Departement of Economic and Social Affairs, Fourt UNO Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders, New York,
1976, hlm..40
59
Rupert Cross, op. cit, hlm. 25
Naskah Akademik RUU KUHP | 55
Selanjutnya dari laporan Akhir 1972 yang dibuat oleh The Property Penalties Commission di Negara Belanda dapat digali asas-
asas sebagai berikut: 1 denda tidak boleh lebih berat daripada yang diperlukan untuk
mendukung tujuan-tujuan sanksi tersebut. Hal ini antara lain dijadikan dasar untuk menolak berlakunya “day-fine system”
yang berasal dari negara-negara Skandinavia:
2 dimungkinkannya sistem cicilan untuk membayar denda; 3 kemungkinan untuk memperoleh jumlah denda tersebut dari
rekening bank terpidana; 4 apabila terpaksa dipilih pidana perampasan kemerdekaan
pengadilan harus menjelaskan alasan-alasan khusus mengapa tidak dijatuhkan “non-custodial sentence”.
60
b. Pidana Mati : Alasan dan kriteria