2.33. Tindak Pidana Pelayaran
Dalam rangka mempergunakan sarana perhubungan lewat sungai maupun laut tentu tidak luput dari gangguan-gangguan
dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum, seperti perampokan
baik dalam perairan dalam, pantai maupun laut territorial kita dan laut bebas. Tindakan-tindakan melanggar hukum tersebut
sangat merugikan keamanan di perairan dalam negeri kita maupun laut bebas, terutama gangguan dalam perhubungan laut
antar Negara sangat merugikan keamanan demi kepentingan dunia sehingga dirasa perlu untuk mengadakan usaha bersama
pemberantasan tindakan-tindakan yang dilakukan di laut dengan membuat konvensi-konvensi antar Negara tentang pengamannan
laut bebas, seperti Convention on the high seas tahun 1958 di mana Indonesia pun telah menjadi peserta. Dalam konvensi
tersebut
antara lain
dirumuskan tentang tindak
pidana pembajakan laut, sebagai kejahatan internasional
Oleh karena itu hal-hal yang terkait dengan pelayaran perlu memperoleh perlindungan hukum pidana guna mencegah dari
gangguan keamanan atau tindak pidana. Tindak pidana di bidang pelayaran dirumuskan secara lebih lengkap yang diambil dari
konvensi-konvensi antar negara tentang pengamanan laut bebas, seperti Convention on the High Seas tahun 1958 dimana Indonesia
menjadi negara peserta.
Di samping diatur dalam bab tersendiri, pada bagian lain juga diatur mengenai tindak pidana terkait dengan pelayaran, yaitu
terkait dengan kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang”, yang terdapat pasal-pasal yang mengatur
mengenai keselamatan pelayaran, yakni pasal 196 kuhp ialah tindakan-tindakan menghancurkan, merusak, mengambil atau
memindakan
tanda untuk
keselamatan pelayaran,
atau menggagalkan pekerjaannya atau memasang tanda secara salah.
Persoalannya, apakah dikumpulkan menjadi dalam satu bab tersendiri atau tersebar dalam pasal-pasal dalam bab-bab lain
perlu dilakukan pertimbangan yang matang dalam memilih model pengaturannya yang paling tepat dan cocok dalam hukum pidana
Indonesia.
Naskah Akademik RUU KUHP | 254
Adapun jenis-jenis tindak pidana pelayaran yang tetap perlu dipertahankan mengingat pentingnya pengamanan pelayaran
melalui sungailaut, baik secara domestik maupun internasional seperti: perompakan dan perampasan kapal, pemalsuan surat
keterangan kapal dan laporan palsu, pembangkangan dan pemberontakan
di kapal,
penyalahgunaan wewenang
oleh nakhoda kapal, perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban
nakhoda kapal, penggunaan bendera indonesia, pemakaian tanda- tanda kapal perang, pengangkutan orang atau barang untuk
kepentingan, penyelenggaraan
peradilan, perusakan barang
muatan dan keperluan kapal, menjalankan profesi sebagai awak kapal, dan penandatanganan konosemen dan tiket perjalanan
Selain itu perlu juga dicermati, tindak pidana pelayaran juga terkait dengan perbuatan dalam kejahatan yang membahayakan
keamanan umum bagi orang atau barang, yang didalamnya mengatur mengenai keselamatan pelayaran, yakni pasal 196
KUHP
ialah tindakan-tindakan
menghancurkan, merusak,
mengambil atau
memindakan tanda
untuk keselamatan
pelayaran, atau menggagalkan pekerjaannya atau memasang tanda secara salah.
Selain pasal tersebut, perlu dicermati pasal 198 KUHP yang memidanakan
tindakan melawan
hukum yang
berupa menenggelamkan, mendamparkan, menghancurkan, membuat
tidak dapat dipakai atau merusak kendaraan air. Perkembangan pengaturan lainnya adalah tindak pidana nakhoda kapal,
pengangkutan
orang atau
barang untuk
kepentingan penyelenggaraan peradilan, perusakan barang muatan dan
keperluan kapal, menjalankan profesi sebagai awak kapal, serta penandatanganan konosemen dan tiket perjalanan.
Persoalannya, apakah dikumpulkan menjadi dalam satu bab tersendiri atau tersebar dalam pasal-pasal dalam bab-bab lain
perlu dilakukan pertimbangan yang matang dalam memilih model pengaturannya yang paling tepat dan cocok dalam hukum pidana
Indonesia.
2.34. Tindak Pidana Penerbangan dan Tindak Pidana Terhadap Sarana Serta Prasarana Penerbangan