2.25. Tindak Pidana Yang Mengakibatkan Mati Atau Luka Karena Kealpaan
Dalam KUHP pasal 359-361 sudah mengatur mengenai tindak pidana yang mengakibatkan mati atau luka karena
kealpaa. Ketentuan ini mengatur akibat dari kealpaan sehingga menyebabkan orang lain luka, luka berat, dan mengakibatkan
mati. Penyebab luka juga harus dapat menimbulkan akibat yang mempengaruhi korban, baik berupa penyakit atau halangan
menjalankan jabatan, profesi, atau mata pencaharian selama waktu tertentu perlu menjadi penekanan. Secara substansi
pengaturan ini masih perlu dipertahankan dalam KUHP yang baru.
2.26. Tindak Pidana Pencurian
Hal-hal yang dipertahankan dari semua jenis tindak pidana yang tercantum dalam Bab XXII KUHP dapat dipertahankan untuk
tetap diatur. Perluasan tindak pidana pencurian, misalnya pencurian suatu benda suci keagamaan atau benda yang dipakai
untuk kepentingan keagamaan atau benda-benda purbakala. Pencurian benda-benda keagamaan dapat menimbulkan
keresahan yang luas dalam umat agama yang bersangkutan dan karena itu perlu diatur tersendiri di samping tindak pidana
pencurian. Begitu pula pencurian benda-benda purbakala yang mempunyai arti yang sangat penting untuk sejarah dan budaya
bangsa perlu diatur tersendiri. Dalam tindak pidana ini, perbuatan mengambil barang, hanya sasaran atau obyek dari pencuriannya
adalah benda khusus, yaitu setiap benda keagamaan, yang seringkali menjadi obyek pencurian. Perluasan tindak pidana
pencurian
benda purbakalacagar
budaya tersebut diatur
tersendiri.
2.27. Tindak Pidana Pemerasan dan Pengancaman
Pengaturan dari semua jenis tindak pidana yang tercantum dalam BAB XXIII KUHP dapat dipertahankan untuk tetap diatur.
Perbuatan yang diatur adalah perbuatan memaksa orang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan dalam hal
pertama, memberikan suatu barang, yang sebagian atau seluruhnya milik
orang tersebut atau milik orang lain; kedua, membuat pengakuan utang atau menghapuskan piutang.
Naskah Akademik RUU KUHP | 249
2.28. Tindak Pidana Penggelapan