3. Tatalaksana Pneumonia Balita MTBS
Kegiatan yang terpenting dalam penemuan kasus pneumonia balita adalah tatalaksana kasusnya atau saat ini lebih dikenal dengan MTBS.
Melalui MTBS tersebut dapat diketahui seorang balita menderita pneumonia
atau tidak.
Oleh karena
kegiatan tatalaksana
pneumoniaMTBS adalah ujung tombak dari penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas. Berikut ini adalah hasil penelitian,
mengenai tatalaksana pneumonia balitaMTBS yang dilakukan di Puskesmas.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, diketahui bahwa semua Puskesmas melakukan kegiatan tatalaksana pneumonia
balita. Kegiatan tersebut di Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional dilakukan di MTBS dengan penatalaksananya adalah dokter
yang dibantu dengan perawat atau bidan. Akan tetapi, jika dokter tersebut tidak ada maka penatalaksananya adalah perawat atau bidan
yang sudah mendapatkan pelatihan atau mengetahui tatalaksana pneumonia balita. Selain itu tatalaksana pneumonia balita juga
dilakukan di Posyandu untuk mencapai cakupan penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas tersebut. Berikut ini adalah hasil
wawancara dengan beberapa informan yang mendukung informasi tersebut.
Informan 1
“ya dokter sama bidan atau perawat yang membantunya, balita sakit kan, iya biasanya kalau pemeriksaan petugas yang sudah
paham atau sudah dilatih sebentar kalau petugas belum dilatih kan lama ya meriksanya, kalau dia enggak begitu lama meriksanya”
Informan 2 “MTBS itu saya mengerti MTBS itu seharusnya ada, saya ngerti
dan itu sangat patuh bagaimana kita lebih detail dalam temuan iya kan
” “iya petugas di bagian anak, seharusnya dia berdekatan juga
dengan gizi makanya ruangan gizi saya taro berdekatan dengan anak”
“kita kekurangan tenaga disini,saya rasa tidak selalu dokter tapi kadang-
kadang”
Informan 5 “kan didalam MTBS itu kan ada standarnya, ada bayibalita yang
di MTBS itu kan semua kita tanyain dia sudah kategori bahaya atau tidak. Terus ada optionnya juga mengenai anak ada batuk
sukar bernapas atau tidak. Kalau memang sukar bernapas, kan kita hitung napasnya ddalam satu menit ada berapa napasnya,
sudah berapa lama iya kan jadi kita bisa lihat disitu dia sebenarnya sakit apa. Kita bisa liat apa batuk, apa diare, apa
demam, campak atau malaria, disitu ada tu optionnya di MTBS itu apa gangguan telinga,imunisasi, kurang gizi cacing, apa
pneumonia kan ada semua. tapi Kalau pneumonia paling kita disini optionnya apakah anak batuk atau sukar bernapas. Nah
jadikan nanti kita hitung napasnya. dari situ Ketauan dia pneumoni atau tidak gitu”
“Dokter umum yang periksa, kalau memang dia kesulitan bernapas misalnya baru pneumonia ringan saja biasanya di kasih
obat untuk meredakan batuk, bahkan kalau misalnya itu pun antibiotik yang sesuai dengan gejalanya dia, iya terus lanjut lagi”
Informan 6 “ya dua-duanya kadang dokter atau bidan, seharusnya emang
dokter ya tapi enggak selalu ada dokter di Puskesmas kadang- kadang kan ada dinas malam nya pagi-pagi libur, yang pasti
dijelaskan menurut prosedur gitu”
“kan pasien datang harus ditanya, datang suruh duduk lalau ditimbang duduk ditanya kenapa kan pasti dia jawabkan sakit
batuk apa sesak atau panas dan batuk nah diperiksa dilihat kan, dilihat apakah ada napas cepat kalau kita lihat memang ada napas
cepat otomatis harus dihitung napasnya iya kan, kita kan target juga sehari minimal 3 ya menemukan penderita pneumonia,
minimal 3 kalau lagi banyak mah banyak, kalau sekarang menurun, dulu banyak banget ada 4 , karna mereka datangnya
dari luar wilayah mungkin kalau dari penduduk serpongnya sendiri dia banyaknya kan ke dokter karena udah pada apa
namanya, bukan SDM nya ya, mungkin golongannya udah menengah ke atas ya jadi dia banyaknya ke dokter praktek yang
swasta gitu ya jadi penduduknya yang ada di serpong sendiri itu enggak banyak yang berobat kesini padahal mungkin ada
pneumonia yang enggak bisa ditemukan yang enggak datang ya itulah jadi kita dilihatnya di posyandu kita pasti kalau di posyandu
kan balita yang ditimbang pas ditanya kenapa anaknya enggak datang atau kenapa enggak disuntik kan , anak demam sakit atau
apa pasti sama bidannya diperiksa, saya sebagai petugasnya sering mensosialisasikan tentang penyakit ISPA untuk penjaringan
pneumonia kan, yang pneumonia itu seperti apa gejalanya tanda- tandanya dan seperti apa gitu kalau misalnya yang bukan
pneumonia seperti apa gitu kan mereka, minimalnya kan sudah tahu yang ke posyandu pasti dilihat, oh iniada napas cepat ini
pneumonia, nah itu yang apa kata neng tadi aktif ya”
Menurut informasi yang diperoleh dari beberapa informan yaitu
kepala Puskesmas, penanggung jawab P2 ISPA dan petugas MTBS. Diketahui bahwa, Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target
nasional dalam penemuan kasus pneumonia, juga melakukan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas dengan menggunakan
pedoman MTBS. Sedangkan untuk penatalaksananya adalah dokter yang dibantu oleh perawat atau bidan. Akan tetapi, sebagaimana yang
telah dijelaskan di Puskesmas tersebut hanya ada satu kasus dalam
setahun. Adapun informasi tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut ini :
Informan 3 “tatalaksananya dari MTBS, dokter umum yang melakukannya”
”selama ini sesuai aja, kalau banyak pasien kan tatalaksana itu cukup rumit ya”
Informan 4 “Kalau dari MTBS ini ya lebih diketahui ya deteksi dininya .
karena kan kadang ada batuk yang buka pneumoni, ya pokoknya banyak lah. Saya kan juga pernah ini lah MTBS, seperti itu”
“oleh dokter”
“ya dari anamnesis ,terus diagnosa. Misalnya kan batuk. Nah batuk kan ada klasifikasinya seperti batuk bukan pneumoni. Jadi
ya itu, berdasarkan anamnesis dan klasifikasi itu” Informan 7
“iya MTBS kan hanya penyakit-penyakit tertentu saja yang kita masukan ke MTBS misalnya kayak ada pasien demam diare
yaudah kita masukin ke form”
“kebetulan kalau disini yang meriksa dokter” “kalau pneumonia beratkan harus di rujuk ya kan disini kita
tindakannya udah batuk pilek ada sesak napas itu kita uab aja”
Informan 8 “Paling diperiksa sama dokter, nanti kan ada kasus pneumonia
diagnosanya sama dokter , jadi kita tahunya dari dokter” “iya dokter”
“paling ditanya batuknya dari kapan?terus udah berobat kemana, nanti kan kita lihat ada inian apa sih penarikan dinding
pernapasannya”
Informan 9 “di MTBS, sebelum masuk ke penyakitnya kan ada tuh didalam
form nya MTBS apa coba,tahu penyakit berat atau tidak gimana caranya, sebelum kita melakukan MTBS syarat mutlaknya adalah
apa, tahu kan?hehe”
“nomor satu kalau MTBS itu pneumonia dibawah lima tahun ya” “terus untuk MTBS sendiri nomor satu yang paling banyak itu kan
batuk pilek kan, yang nomor satu ini kalau ada penyakit beratnya enggak bisa diwawancara di MTBS karena harus dirujuk segera,
kalau yang kedua ada
batuk misalnya apa yang ditanya” “berapa hari dilihat lagi batuknya dihitungnya pas sudah dihitung,
dihitung sama kita pakai apa, alatnya?” “sound timer, pas sudah di hitung, lanjut yang berikutnya apa lagi,
tahu enggak kalau yang pneumonia”
Infroman 10 “kalau tatalaksananya ya sesuai prosedur saja, konsultasi sama
dokter kita punya ini apa namanya” “pedoman dari MTBS”
“Dokter dibantu sama asisten bisa bidan atau perawat, tapi biasanya dokter”
Sedangkan menurut pendapat informan ahli dalam penemuan kasus pneumonia balita boleh siapa saja yang melakukan asalkan dalam
penatalaksanaanya diserahkan kepada yang berwenang. Adapun pernyataanya adalah sebagai berikut:
Infroman 11 “sebetulnya urusan yang menemukan pneumonia adalah semuanya
termasuk kader, yang jadi perdebatan kan menentukan ini sesak napas sering itu semuanya kan berstandar pada itu pada waktu
mengobati menetapkan diagnosa nya menurut saya kewenangan tidak selalu bidan sama perawat boleh petugas kesehatan
lingkungan walaupun petugas kesehatan lingkungan bisa menemukan penderita pneumonia dan diserahkan kepada yang
berwenang dalam pelanatalaksanaanya”
Berdasarkan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa, kegiatan tatalaksana pneumonia balita atau MTBS di Puskesmas
dilakukan di semua Puskesmas dengan penatalaksananya adalah dokter
umum. Akan tetapi, jika dokternya tidak ada, tatalaksana tersebut diserahkan kepada bidan atau perawat yang sudah memahami
pneumonia. Pernyataan yang disampaikan informan 6 dan 7 puskemas yang berhasil mencapai target nasional penjelasannya sangat detail
dan jelas berbeda dengan pernyataan dari petugas Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional. Menurut informan ahli
penemuan kasus pneumonia balita dapat dilakukan oleh siapa saja asalkan pada saat penatalaksanaannya diserahkan kepada yang
berwenang yaitu dokter atau petugas yang sudah terlatih dalam tatalaksana pneumonia balita atau MTBS.
4. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan