Kerangka Pikir KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

61

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Kerangka pikir menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penemuan pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan tahun 2015. Subjek utama yang dipilih dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas. Untuk itu pertama-tama peneliti akan mengidentifikasi angka penemuan pneumonia balita pada tahun 2014 di setiap Puskesmas yang diteliti, selanjutnya peneliti mengidentifikasi perencanaan dan kegiatan penemuan pneumonia balita di Puskesmas. Penemuan pneumonia balita di puskesmas menurut beberapa hasil penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pembuatan rencana kerja tahunan, kegaiatan penemuan kasus, tatalaksana kasus di puskesmas, faktor petugas kesehatan tenaga terlatih, tingkat pendidikan, pengetahuan petugas, lama memegang program P2 ISPA, faktor motivasi petugas, kepemimpinan kepala puskesmas, faktor sarana kesehatan alat diagnostik Pneumonia, Buku pedoman P2 ISPA terbaru, bagan tata laksana, media penyuluhan dan faktor lainnya evaluasi, supervisi, pencatatan dan pelaporan Agusman, 2001; Nurcik, 2002, Warsihayati, 2002. 62 Dalam penelitian ini, peneliti membuat kerangka pikir penelitian dari pemikiran kerangka teori, dan disesuaikan dengan tujuan dalam penelitian. Adapun yang diteliti yaitu angka penemuan kasus pneumonia balita, perencanaan kegiatan tahunan, kegiatan penemuan kasus pneumonia balita, kegiatan tatalaksana pneumonia balita, kegiatan pencatatan dan pelaporan, faktor petugas kesehatan, ketersediaan saran dan prasarana, kegiatan evaluasi. kegiatan penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan dilakukan secara pasif yaitu menunggu balita yang sakit berobat ke puskesmas, seharusnya kegiatan penemuan kasus pneumonia balita dilakukan secara aktif. kegiatan tatalaksana pneumonia balita dapat mempengaruhi cakupan penemuan kasus pneumonia balita, tatalaksana yang tidak sesuai prosedur dapat menyebabkan laporan kasus tidak valid dan reliable. sehingga menyebabkan kesalahan pada saat kegiatan pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia balita. Faktor peran petugas kesehatan meliputi jenis kelamin, pelatihan petugas; Pendidikan petugas, lama memegang program P2 ISPA, pengetahuan petugas, hal ini mempengaruhi cakupan program penemuan pneumonia balita, jika tenaga kesehatan tidak terlatih dalam program P2 ISPA maka pada saat mendiagnosis balita yang sakit akan mengalami kesulitan. Tingkat pendidikan atau latar belakang pendidikan petugas kesehatan, lama memegang program P2 ISPA. Teorinya semakin lama maka semakin terampil dan tahu kondisi wilayah kerja dan bagaimana 63 upaya yang harus dilakukan untuk mencapai target cakupan penemuan pneumonia balita. Selanjutnya yaitu pengetahuan petugas kesehatan mengenai pneumonia seperti klasifikasi pneumonia, gejala dan tanda-tanda penderita pneumonia serta tatalaksana penderita ISPA, petugas MTBS manajemen terpadu balita sakit harus mengetahui hal tersebut. Faktor motivasi petugas dan kepemimpinan kepala puskesmas juga mempengaruhi penemuan pneumonia balita di suatu puskesmas. Motivasi petugas dan kepemimpinan kepala puskesmas berperan penting dalam pencapaian angka penemuan pneumonia balita, karena semakin termotivasi petugas kesehatan dengan program kesehatan yang dijalankan maka semakin baik program tersebut dilaksanakan begitu pula dengan kepemimpinan kepala puskesmas. Selain itu tidak cukupnya sarana dan prasarana dalam program penemuan pneumonia balita juga mempengaruhi cakupan penemuan penderita pneumonia balita, seperti media cetakbuku cetakan dan media penyuluhan sebagai sarana dan prasarana penunjang program. Selanjutnya kegiatan pencatatan dan pelaporan mempengaruhi cakupan penemuan pneumonia balita. Kegiatan evaluasi pada umumnya dilakukan sebulan sekali untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas. Hal ini jika evaluasi dilakukan secara rutin perbulan dan dilakukan dengan baik dan benar akan mempengaruhi cakupan penemuan penderita pneumonia. Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA yang 64 dilakukan penanggungjawab P2 ISPA mempengaruhi jumlah cakupan penemuan pneumonia balita. Adapun beberapa faktor yang peneliti tidak teliti yaitu beban kerja, alat diagnostik dan bagan tatalaksana. Faktor beban kerja tidak diteliti karena di setiap puskesmas petugas puskesmas mempunyai beban kerja ganda karena keterbatasan sumber daya manusia sehingga bersifat homogen untuk diteliti. Alat diagnostik dan bagan tatalaksana tidak diteliti karena setiap puskesmas pasti mempunyai alat diagnostik dan bagan tatalaksana karena sarana tersebut disediakan oleh Dinas Kesehatan, sehingga bersifat homogen untuk diteliti. Kegiatan supervisi yang dilakukan Dinkes tidak diteliti karena kegiatan supervisi tidak dilakukan di semua puskesmas, hanya pada beberapa puskesmas, seperti puksemas yang mempunyai masalah, misalnya terjadi KLB pneumonia balita atau adanya kematian balita yang disebabkan oleh pneumonia. Berikut gambaran kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 65 Gambar 3.1 Kerangka Pikir Faktor petugas kesehatan - Jenis kelamin petugas - Pelatihan petugas - Pendidikan Petugas - Lama memegang program P2 ISPA - Pengetahuan petugas Penemuan Penderita Pneumonia Balita - Perencanaan \ penemuan pneumonia balita - Kegiatan Evaluasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana - Media cetakbuku cetakan - Media Penyuluhan - tatalaksana pneumonia balitaMTBS - Motivasi Petugas - Kegiatan Pencatatan dan pelaporan - Kepemimpinan Kepala Puskesmas - Kegiatan penemuan pneumonia balita 66

B. Definisi Istilah