Perencanaan Program Penemuan Kasus Pneumonia Balita

hasil penelitian analisis faktor yang mempengaruhi penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.

1. Perencanaan Program Penemuan Kasus Pneumonia Balita

Kegiatan penemuan kasus pneumonia balita yang dilaksanakan di puskesmas dimulai dengan perencanaan program terlebih dahulu, agar kegiatan yang dilakukan terarah dan sesuai pencapaian program yang diinginkan. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui informasi mengenai perencanaan program di Puskesmas, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Adapun pertanyaan yang ditanyakan meliputi, ada tidaknya perencanaan program, kapan perencanaan program dibuat dan siapa saja yang terlibat dalam perencanaan program tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan pada saat penelitian diketahui bahwa, semua Puskesmas membuat perencanaan program penemuan kasus pneumonia balita, tetapi Puskesmas tersebut tidak mempunyai bukti telah melakukan perencanaan program tersebut. Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional pada umumnya membuat perencanaan program tahun 2014 pada akhir tahun 2013. Hal tersebut dibenarkan oleh informan 5 dan 6, adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut. Informan 1 “dilakukan dong. awal januari, januari, februari lah” “kan kemarin saya juga baru, dari sini kan februari pertengahan. Sebelumnya tuh januari, februari, maret, Cuma itu harus ada profil P uskesmasnya baru dibuat perencanaan” Informan 2 “ya rata-rata sih hampir sama dengan di Puskesmas lain, misalnya pendataan kemudian temuan-temuan di Posyandu pertemuan di dalam gedung,tapi apa yang dilakukan disini saya enggak tahu persis terutama tahun 2014, karena ibu baru masuk Februari 12- 13” Informan 5 “POA itu” “ POA itu dibuat sebelum akhir tahun, Desember-november lah ” Informan 6 “iya ada, bulan Desember biasnya diakhir tahun” “ iya buatnya dibantu sama dokter yang mimpinnya, kerja sama kesling, iya” Rencana program penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional, dibuat oleh penanggung jawab program tersebut. Dalam perencanaannya penanggung jawab program bekerjasama dengan petugas kesehatan lingkungan kesling, promosi kesehatan promkes, petugas MTBS dan dokter umum di Puskesmas. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan kepala Puskesmas dan penanggung jawab P2 ISPA, untuk mendukung informasi tersebut. Informan 1 “yang buat perencanaan penanggung jawab P2 ISPA” Informan 2 “Semuanya terlibat, terutama yang megang program mbak” Informan 5 “oh iya kita namanya masing-masing program itu pasti bekerja sama dengan promkes, kalau berhubungan dengan pneumonia bisa promkes bisa kesling, MTBS bisa juga dengan apa namanya binwil- binwil” Informan 6 “ iya buatnya dibantu sama dokter yang mimpinnya, kerja sama kesling, iya” Perencanaan program penemuan kasus pneumonia balita, juga dibuat di Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional. Menurut informasi yang diperoleh dari informan 7 dan 8, selaku penanggung jawab P2 ISPA, diketahui bahwa pembuatan perencanaan di Puskesmas tahun 2014 dilakukan pada awal tahun 2014. Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh beberapa informan untuk mendukung informasi tersebut. Informan 3 “dibuat Dibuat, oh kita ada sistem laporan, semua program sama dibuat, ada laporan mingguan bulanan tahunan di rangkum dalam satu laporan” “perencanaan setahun sebelumnya, em, awal bulan ya” Informan 4 “disini pasti ada perencanaan. Tapi jujur disini saya baru 5 bulan, kalau rencana program sih setiap bulan. kalau cakupan pencapaian target MTBS sih saya targetkan minamal 1- 5 MTBS” Informan 7 “ada, biasanya bulan Desember atau Januari lah” Informan 8 “Ada buat 1 tahun, pas awal tahun” “bulan, paling bulan Januari-februari, yaa desember akhir lah , Rencana program penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional, tidak berbeda jauh dengan Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional. Perencanaan tersebut dibuat oleh penanggung jawab program P2 ISPA. Berdasarkan informasi dari informan 7 dan 8, diketahui bahwa dalam perencanaannya penanggung jawab program bekerjasama dengan petugas kesehatan lingkungan kesling, dokter umum di Puskesmas dan kader posyandu. Berikut ini adalah hasil wawancara yang mendukung informasi tersebut. Informan 3 “yang buat bidan Septi, penanggung jawab pneumonia untuk anak ya ”, “program itu misalnya ada kaitan dengan posyandu dengan bina wilayah bidan-bidan, kalau lintas program em lintas sektoral itu bisa dengan BP-BP swasta atau klinik-klinik untuk meminta laporan” Informan 4 “MTBS belum berjalan maksimal, dan petugasnya pun belum pernah ikut pelatihan MTBS.tapi saya coba terapkan, kalau yang buat perencanaan yang megang programnya, melibatkan seluruhnya. Terutama dokter. Ya dokter, soalnya yang menentukan diagnosa itu kan dokter. Tidak ada lagi bidan atau perawat yang memeriksa” Informan 7 “yang buat saya sendiri” Informan 8 “yang buat perencanaannya saya sendiri, jadi kan kayak perencanaan untuk satu tahun kedepan kan, kerjasama sama sama kesling pasti sama kader sama dokter di P uskesmas itu aja” Informasi yang diperoleh dari informan, mengenai perencanaan program di Puskesmas, sesuai dengan pendapat informan ahli bahwa, suatu organisasi dalam hal ini Puskesmas, harus membuat perencanaan program jika akan melakukan kegiatan untuk mencapai target program. Sebelum prencanaan program dibuat, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat peta masalah kemudian mengidentifikasi masalah tersebut di wilayah Puskesmas. Selain itu, Puskesmas juga harus membuat rencana atau agenda dalam periode bulanan dah harian. Informasi ini didukung dengan hasil wawancara berikut ini: Informan 11 “em, jadi organisasi mau melaksanakan kegiatan suka atau tidak dia harus menyusun rencana kerja untuk mencapai targetnya, berarti di jelas punya target punya peta masalah yang menjadi apa namanya upaya yang mau dicari sesuai dengan targetnya kemudian dia mengidentifikasi masalahnya, Puskesmas itu punya jeda lima tahun dan dia bedah dalam lima tahun agendanya mau berapa, kemudian dia bedah lagi dalam peroide bulanan, pengalaman kita di Puskesmas, kita harus punya rencana harian lebih opreasional misalnya tempat itu ada sepuluh, sepuluh itu kira- kira gimana mulai diharian” Rencana program penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas Baktijaya, Serpong 1, Pisangan dan Kranggan, bekerjasama atau melibatkan semua staf Puskesmas dalam penyusunan rencana tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan ahli, bahwa dalam pembuatan perencanaan program harus melibatkan semua staf Puskesmas terutama kepala Puskesmas. Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh informan ahli mengenai hal tersebut. Informan 11 “untuk pneumonia itu, mau tak mau harus ada kontribusi dari semua staf, terutama kepala Puskesmas harus menggabungkan pneumonia sendiri, imunisasi sama ibu dan anak, terutama lingkungan, apa lagi dalam upaya penemuan program pneumonia menginginkan penemuan pneumonia dan peran kader semakin dekat kan gitu, apa lagi petugas” Berdasarkan informasi-informasi tersebut dapat diketahui bahwa, semua Puskesmas membuat perencanaan program penemuan kasus pneumonia balita tahun 2014, akan tetapi waktu penyusunananya berbeda-beda. Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional, membuat perencanaan program tersebut pada akhir tahun 2013 dengan melibatkan penanggung jawab program, petugas kesling, promkes dan petugas MTBS serta dokter umum . Sedangkan Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional, penyusunan rencananya dilakukan pada awal tahun 2014, adapun petugas yang terlibat yaitu petugas kesling, dokter umum dan kader posyandu. Hal ini sesuai dengan pendapat informan ahli bahwa, perencanaan dalam suatu organisasi harus dibuat untuk mencapai target program dengan melibatkan semua staf Puskesmas.

2. Kegiatan Program Penemuan Kasus Pneumonia Balita