Kegiatan Evaluasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penemuan Kasus Pneumonia

Dengan demikian. seharusnya setiap petugas puskesmas yang mengalami pergantian penanngung jawab program, memindah tangankan media cetak dan media penyuluhan terkait program tersebut kepada penanggung jawab program yang baru, serta adanya pencatatan mengenai ketersediaan sarana tersebut dan jika tidak ada segera melaporkannya ke Dinkes. Selain itu, sebaiknya Dinkes mengadakan evaluasi dengan Puskesmas mengenai pengadaan sarana dan prasarana penunjang program penemuan kasus pneumonia balita di puskesmas.

9. Kegiatan Evaluasi

Kegiatan evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian yang dilakukan dengan suatu standar tertentu, untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh Umar, 2002. Kegiatan evaluasi pada dasarnya wajib dilakukan oleh suatu organisasi, dalam hal ini misalnya puskesmas, adapun waktu kegiatannya dilaksanakan berbeda-beda sesuai dengan kebijakan di puskesmas tersebut, tapi pada umunya dilakukan setiap bulan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kegiatan evaluasi yang dilakukan di puskesmas yang berhasil maupun yang tidak berhasil mencapai target nasional. Gambaran kegiatan evaluasi di puskesmas yang berhasil mencapai target nasional, dilakukan setiap bulan dalam kegiatan loka karya mini Lokminatau loka karya bulanan Lokbul. Akan tetapi, jika ada masalah yang darurat maka kegiatan tersebut bisa dilakukan lebih dulu dari jadwal yang sudah ditentukan, dengan intruksi dari kepala puskesmas. Dalam kegiatan tersebut, semua petugas puskesmas terlibat mulai dari office boy OB. Hal ini dilakukan agar semua staf mengetahui sejauh mana pencapaian program yang dilakukan di puskesmas. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh puskesmas yang berhasil mencapai target nasional, dalam kegiatannya membahas pencapaian program, hambatan atau kendala selama menjalankan program dan membahas kebijakan di Dinkes terkait program puskesmas. Namun tidak semua program dibahas dalam kegiatan evaluasi tersebut, karena keterbatasan waktu yang dimiliki petugas, dan untuk program puskesmas selanjutnya, akan dibahas di evaluasi mendatang. Selain itu, petugas puskesmas juga melakukan sharing dengan sesama petugas, agar pencapaian atau tujuan program tercapai. Sehingga setiap program dapat bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan programnya, seperti program penemuan kasus pneumonia balita dapat bekerjasama dengan kesling dan promkes. Gambaran kegiatan evaluasi di puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional dalam penemuan kasus pneumonia balita, dilakukan setiap bulan, seperti Lokmin dan Lokbul, karena kegiatan tersebut sudah ditetapkan oleh Dinkes, sehingga semua puskesmas melakukan kegiatan tersebut. Adapun yang dibahas dalam evaluasi yaitu pencapaian hasil program, permasalahan atau kendala yang dihadapi, seperti tidak ditemukannya kasus pneumonia balita di puskesmas tersebut. Dengan demikian, kegiatan evaluasi di puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional, tidak berbeda dengan puskesmas yang berhasil mencapai target nasional, kerena puskesmas melakukan evaluasi sesuai dengan kebijakan dari Dinkes. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Warsihayati 2002 menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi di puskesmas tidak memberikan pengaruh terhadap cakupan penemuan kasus pneumonia balita. Hal ini terjadi karena semua puskesmas setiap bulannya melakukan evaluasi program untuk melihat sejauh mana tujuan dari program dapat tercapai. Menurut informan ahli kegiatan evaluasi juga berfungsi sebagai pembangun motivasi petugas dalam bekerja, sehingga kegiatan evaluasi harus selalu dilakukan oleh puskesmas. Dengan demikian, seharusnya setiap program melakukan kegiatan evaluasi, karena pada saat evaluasi yang dilakukan setiap bulan tidak semua program puskesmas dibahas. 184

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN