e. Motivasi Petugas
Motivasi menurut Walgito 2002 adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organisme itu bertindak atau
berbuat dan dorongan ini biasanya tertuju pada suatu tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suryabrata
2000 menyatakan motivasi suatu keadaan dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh
tersebut, dapat disimpulkan pengertian motivasi yaitu suatu dorongan dalam diri individu karena adanya suatu
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar untuk memenuhi kebutuhan individu dan tercapainya tujuan
individu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Agusman 2001 mengenai cakupan penemuan pneumonia balita,
menemukan bahwa faktor motivasi p=0,040 mempunyai hubungan yang bermakna dengan cakupan penemuan
pneumonia balita. Selain itu hasil penelitan Sabuna 2011 dan
Dharoh, dkk 2014 menyebutkan bahwa motivasi petugas p=0,020
mempunyai hubungan
dengan cakupan
penemuan penderita pneumonia balita atau tatalaksana
pneumonia balita. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa motivasi kerja p=0,02 berhubungan dengan kinerja tenaga
kesehatan di puskesmas Rosita, dkk, 2013.
f. Kepemimpinan Kepala Puskesmas
Terry dalam azwar, 2002 menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya
pengaruh yang dimilki oleh seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinanan yang ditetapkan oleh seorang pemimpin dalam organisasi dapat menciptakan integrasi
yang serasi dan mendorong semangat kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal Hasibuan, 2001.
Pelaksanaan kepemimpinan cenderung menumbuhkan kepercayaan partisipasi, loyalitas dan internal motivasi para
bawahan dengan cara persuasif. Hasil penelitian Sinora 2005, menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara kepemimpinan pada puseksmas pelaksana MTBS dengan cakupan
penemuaan penderita pneumonia balita. Sedangkan hasil penelitian Rosita, dkk 2013 menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan p=0,04 berhubungan dengan kinerja
tenaga kesehatan di puskesmas. penelitian ini juga didukung dengan penelitian Ivantika 2001 menyebutkan
bahwa kepemimpinan kepala puskesmas p=0,034 mempunyai hubungan yang bermakna dengan cakupan
penemuan penderita pneumonia balita. Selain itu setiap kepala puskesmas mempunyai gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Adapun gaya
kepemimpinan kepala puskesmas yaitu gaya kepemimpinan partisipasi,
gaya kepemimpinan
konsultasi, gaya
kepemimpinan instruksi dan gaya kepemimpinan delegasi. Menurut Thoha 2009 gaya kepemimpinan
konsultasi memilki esensi dimana pimpinan dan bawahan saling bergantian dalam hal pemecahan masalah. Pemimpin
yang mempunyai gaya kepemimpinan instruksi berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa isi perintah,
bagaimana cara mengerjakan perintah, bilamana waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya, dan
dimana tempat mengerjakan perintah agar keputusan dapat diputuskan secara efektif. Kepemimpinan partisipasi
dalam menjalankan fungsi partisipasi, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Sedangkan kepemimpinan delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang dalam membuat atau menetapkan
keputusan Dimyati, 2014. Berdasarkan hasil penelitian Salam, dkk 2013
diketahui bahwa
terdapat hubungan
antara gaya
kepemimpinan instruktif, konsultasi, partisipasi dan delegasi dengan kinerja di puskesmas. Selain itu penelitian
Parawangsyah 2012 menyebutkan bahwa terdapat hubungan
antara gaya
kepemimpinan berdasarkan
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dengan disiplin kerja.
g. Evaluasi