umum. Akan tetapi, jika dokternya tidak ada, tatalaksana tersebut diserahkan kepada bidan atau perawat yang sudah memahami
pneumonia. Pernyataan yang disampaikan informan 6 dan 7 puskemas yang berhasil mencapai target nasional penjelasannya sangat detail
dan jelas berbeda dengan pernyataan dari petugas Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional. Menurut informan ahli
penemuan kasus pneumonia balita dapat dilakukan oleh siapa saja asalkan pada saat penatalaksanaannya diserahkan kepada yang
berwenang yaitu dokter atau petugas yang sudah terlatih dalam tatalaksana pneumonia balita atau MTBS.
4. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan dalam penemuan kasus pneumonia balita harus dilakukan secara rutin, untuk memantau jumlah kasus
pneumonia balita di Puskesmas dan melakukan kunjungan rumah penderita pneumonia. Kegiatan pencatatan dan pelaporan sebaiknya
dilakukan oleh penanggung jawab program tersebut, hal ini dilakukan untuk mengetahui pencapaian target program yang telah dibuat. Dalam
penelitian ini, dilakukan wawancara mendalam dan observasi media pencatatan dan pelaporan lihat gambar 5.2 dan gambar 5.3 untuk
mendukung informasi yang didapatkan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala Puskesmas dan
penanggung jawab P2 ISPA di Puskesmas yang berhasil mencapai
target nasional, diketahui bahwa kegiatan pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh penanggung jawab P2 ISPA. Pencatatan dilakukan
setelah jam pelayanan secara rutin, hal ini dapat diketahui dari register P2 ISPA pada saat observasi. Berikut ini adalah hasil wawancara
dengan kepala Puskesmas dan penangung jawab P2 ISPA yang mendukung informasi tersebut.
Informan 1 “iya yang melakukannya penanggung jawab program, kan nanti
ada di LB3, dicatat setelah pelayanan ”
Informan 2
“ iya petugasnya” “ dilaksanakannya pastinya sesudah dong, sesudah selesai pasien
pelayanan lalu pencatatan register, iya setelah pelayanan. Saya berharap setiap hari harus sudah dilakukan, ada tidaknya form
MTBS pneumonia harus di lakukan di register anak selesai hari itu juga di bagian umum juga gitu, Cuma kadang terkendala kalau
petugas anaknya ada rapat diganti sama orang lain, kadang- ka
dang itu yang sedikit hambatan”
Informan 5 “disini kan pencatatanya ada pneumonia ada form
sendiri,misalnya kita periksa terus kalo kita curiga pneumonia ya sudah kita masukin aja ada registernya”
“iya setiap hari” Informan 6
“setiap hari, di register”
“register ISPA ada yang bukan ISPA ada harus dicatat kalau yang khusus p
neumonia ada lagi dibukunya”
Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional tidak hanya mencatat dari kasus yang datang ke Puskesmas, tetapi juga mencatat
dari laporan klinik swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas menggunakan
formulir MTBS, sedangkan di klinik swasta tidak menggunakan formulir tersebut. Berikut ini adalah hasil wawancara yang mendukung
informasi tersebut.
Informan 1
“ iya ada laporan kasus , dari klinik swasta
pencatatannya dilakukan sama penangung jawab P2 ISPA tapi kadang mereka saling bantu
”
Informan 2 “sebetulnya harus ada tapi biasanya temuan di klinik swasta di
laporin jarang paling ada ISPA pneumonia ringan, tapi itupun mereka ngerjainnya tanpa MTBS”
Informan 5 “dari klinik swasta itu tiap bulannya itu dia yang kasus pneumonia
sejauh ini kita paling dari bidan-bidan prakter, mantri kaya perawat balai pengobatan ya
ada sih” Informan 6
“ada kalau lagi ada, pasti kalau swasta harus kaya jemput bola aja, kalau yang oran
gnya ini apa” Kegiatan pelaporan kasus pneumonia balita di Puskesmas yang
berhasil mencapai target nasional yaitu Puskesmas Baktijaya dan Serpong 1, dilakukan setiap bulan, jika laporannya sudah lengkap.
Pelaporan kasus tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, adapun
formulir pelaporannya sudah disediakan. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan informan yang mendukung informasi tersebut.
Informan 1
“kalau laporan ke dinkes setiap bulan
Informan 2
“saya berharap kalau laporan bulanan sudah lengkap ya dilaporkan ke Dinkes
”
Informan 5
“iya nanti data kasus tersebut, baru dilaporkan ke dinke, sesuai dengan ketentuan Dinkes”
Informan 6
“itu mah pasti neng, kan dinkes juga puya target penemuan kasus, jadi P
uskesmas harus lapor setiap bulannya” Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas yang tidak
berhasil mencapai target nasional dalam penemuan kasus pneumonia balita, menurut informasi yang didapat, diketahui bahwa di wilayah
kerjanya tidak terdapat kasus pneumonia balita sehingga targetnya tidak tercapai. Dengan demikian, petugas hanya melakukan kegiatan
pencatatan penyakit ISPA saja, adapun kegiatan pencatatan dilakukan di Puskesmas oleh penanggung jawab programnya tetapi ada juga
dokter yang melakukannya. Adapun informasi tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini:
Informan 3 “yang biasanya dokternya”
“iya, tapi ada juga tuh petugas P2 ISPA nya bantu” “em rutin-rutin, biasanya setelah jam pelayanan”
Informan 4 “ada di laporan W2. Kita setiap hari senin, yang mencatat
laporannya penanggung jawab program”
Informan 7 “setiap bulan dari tanggal 25 ketemu tanggal 25 itu kita salin”
Informan 8
“habis pelayanan paling kita ngerekap, ada di register ISPA nya” “Ada paling itu juga ISPA dewasa, ISPA yang sudah dewasa
yang ringan juga. Paling bukan pneumonia. kalau disini kan pneumonia jarang, bukan jarang bahkan enggak ada pneumonia
kan”
Tidak berbeda jauh dengan Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional, Puskesmas yang tidak mencapai target nasional juga
memperoleh laporan dari klinik swasta mengenai kasus pneumonia. Pelaporan dari klinik swasta sudah ditentukan oleh kebijakan Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, bahwa klinik swasta yang di Wilayah kerja Puskesmas harus melaporkan kunjungan pasiennya ke
Puskesmas tersebut. Sejauh ini, kegiatan tersebut belum maksimal, sehingga belum ada kasus pneumonia yang dilaporkan oleh klinik
swasta ke Puskesmas Pisangan dan Kranggan. Berikut ini adalah hasil wawancara yang mendukung informasi tersebut.
Informan 3
“kebanyakan kita sih yang jemput bola ya. iya kadang klinik swasta ini langsung ke dinas enggak melalui kita dipikirnya kita
minta ke dinas padahal kita sendiri harus mencari gitu” Informan 4
“hmmm kalo klinik swasta paling dari BPS. Tapi disini mah enggak maksimal ya”
Informan 7
“iya nerima laporan dari klinikswasta, tapi paling ISPA dewas, jarang y
ang pneumonia, malah enggak ada”
Informan 8
“dilaksanakan juga”
Kegiatan pelaporan kasus pneumonia balita di Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional, dilakukan setiap bulan.
Prosedurnya dimulai dari register anak lalu dipindahkan ke register ISPA baru kemudian dilaporkan ke Dinkes. Kasus pneumonia di
Puskesmas ini tidak ditemukan, sehingga hanya kasus ISPA saja yang dilaporkan ke Dinkes setiap bulannya, Berikut ini adalah hasil
wawancara dengan informan yang mendukung informasi tersebut
Informan 3
“pelaporan ke Dinkes pasti ada, karena itu sudah tugas P
uskesmas”
Informan 4
“ya.. kita punya register tersendiri dan itu dilakukan setiap hari ispa, diare, dan itu dilakukan setiap hari terus petugasnya
melaporkan ke dinas kesehtan seminggu sekali setiap hari senin. Via email”
Informan 7
“ada, di register anak itu kita pindahin lagi ke register ISPA baru kita laporin ke dinas”
Informan 8
“iya disini setiap bulan”
Menurut informan ahli kegiatan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas seharusnya tidak dilakukan berkali-kali. Sehingga beban
kerja penanggung jawab program tidak banyak, selain itu, untuk pelaporan dari klinik swasta hanya bersifat sukarela saja. Adapun
informasi dari informan dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini:
Informan 11 “enggak, sehingga kalau dia enggak lapor enggak bisa dipaksa-
paksa yang bisa adalah meminta kesukarelaan”
“nah itu yang dibuat oleh aturan teman-teman di ISPA, nah kemaren
kita menyelasiakan
pencatatan dan
pelaporan diPuskesmas yang peacatatan seperti itu aku minta hilang karena
di catat di bagian umum dari situ datanya diambil boleh nah jangan buat pencatatan lagi nanti tugasnya banyak”
Berdasarkan informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pencatatan dan pelaporan di lakukan di Puskesmas. Akan tetapi untuk
Puskesmas yang tidak berhasil mencapai target nasional, berdasarkan pernyataan informan 8 kasus pneumonia tidak ditemukan di
Puskesmas tersebut dan tidak ada pelaporan dari klinik swasta, sehingga kasus pneumonia balita di Puskesmas tersebut tidak ada.
Berbeda dengan Puskesmas yang berhasil mencapai target nasional, berdasarkan pernyataan informan 5 dan 6 mengakui bahwa, Puskesmas
Baktijaya dan Serpong 1 menerima laporan dari klinik swasta jika ada kasus pneumonia balita. Sedangkan menurut Informan ahli kegiatan
pencatatan di puskesmas seharusnya tidak dilakukan berkali-kali dan pelaporan dari klinik swasta bersifat sukarela.
5. Faktor Petugas Kesehatan