Angka cakupan penemuan pneumonia Balita di Indonesia pada tahun 2000, berkisar antara 20-36. Angka cakupan tersebut masih jauh
dari target nasional yaitu periode 2000-2004 adalah 86, sedangkan pada periode 2005-2009 pencapaian target cakupan sebesar 46-86, Masih
jauh dari target cakupan yang ditetapkan oleh Kemenkes. Tujuan khusus pengendalian pneumonia balita yaitu tercapainya cakupan penemuan
pneumonia balita pada tahun 2010 sebesar 60, tahun 2011 sebesar 70, tahun 2012 sebesar 80, tahun 2013 sebesar 90 dan tahun 2014 sebesar
100 Kemenkes, 2012.
F. Program P2 ISPA untuk Pengendalian Pneumonia Balita
Program P2 ISPA adalah suatu program pemberantasan penyakit menular yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian akibat ISPA, terutama pneumonia infeksi paru akut pada usia di bawah lima tahun. Program P2 ISPA dikembangkan dengan mengacu
pada konsep menajemen terpadu pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan berbasis wilayah. Konsep terpadu meliputi
penanganan pada sumber penyakit, faktor risiko lingkungan, faktor risiko perilaku dan kejadian penyakit dengan memperhatikan kondisi lokal
Kemenkes, 2012.
1. Arah dan Tujuan Pengendalian ISPAPneumonia
Pelaksanaan program P2 ISPA ditujukan pada kelompok usia Balita, yaitu bayi 0-
12 bulan dan anak balita 1 tahun ≤ 5
tahun dalam bentuk upaya penanggulangan penyakit pneumonia. Pemilihan kelompok balita sebagai target populasi program
didasarkan pada kenyataan bahwa angka mortalitas dan morbiditas ISPA pada kelompok umur balita masih tinggi di Indonesia. Di
samping itu keberhasilan upaya program P2 ISPA dapat mempunyai daya ungkit dalam penurunan angka kematian bayi di
Indonesia Kemenkes, 2012. Dengan menitikberatkan pelaksanaan upaya pada penanggulangan penumonia maka program P2 ISPA
dapat disebut sebagai program P2 ISPA untuk penanggulangan Balita Rita, 2002.
2. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan Umum
Tujuan umum
pengendalian penyakit
ISPA adalah
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia. b.
Tujuan Khusus 1
Pengendalian Pneumonia Balita a
Tercapainya cakupan penemuan balita sebagai berikut tahun 2010: 60, tahun 2011:70, tahun
2012:80, tahun 2013: 90, tahun 2014: 100 b
Menurunkan angka kematian pneumonia balita sebagai kontribusi penurunan angka kematian bayi
dan balita, sesuai dengan tujuan MDGs 44 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup dan
indikator nasional angka kematian bayi 34 menjadi 23 per 1.000 kelhiran hidup.
2 Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza
serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah.
a Tersusunnya
dokumen rencana
kontijensi kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi
influenza di 33 provinsi pada akhir tahun 2014. b
Tersusunnya pedoman dan petunjuk pelaksanaan penanggulangan pandemi influenza pada akhir
tahun 2014. c
Tersosialisasinya pedoman-pedoman yang terkait dengan
kesiapsiagaan dan
respon pandemi
influenza pada akhir tahun 2014. d
Tersusunya pedoman latihan Exercise dalam kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza pada
akhir tahun 2014. 3
Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun Terlaksananya kegiatan Surveilans Sentinel Pneumonia
di rumah sakit dan puskesmas dari 10 provinsi pada tahun 2007 menjadi 33 provinsi pada akhir tahun 2014.
4 Faktor risiko ISPA
Terjalinnya kerjasamakemitraan dengan unit program atau institusi yang kompeten dalam pengendalian faktor
risiko ISPA khususnya pneumonia Kemenkes, 2012. c.
Sasaran 1
Pengendalian Pneumonia Balita a
Balita ≥ 5 tahun 2
Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi
wabah. a
Pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan terkait di pusat dan daerah.
b Unit-unit esensial, swasta, media massa serta lembaga
swadaya masyarakat. 3
Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun a
Kelompok umur ≥ 5 tahun di fasilitas pelayanan kesehatan.
4 Faktor risiko ISPA
a Lintas program dan lintas sektor
b Masyarakat Kemenkes, 2012.
3. Kebijakan dan Strategi Program