Banyak Melakukan Ibadah Puasa

212 Cinta, kasih sayang, dan ucapan yang baik merupakan perkara yang penting dan mendasar demi kebaikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, Rasulullah saw. telah memberikan keteladanan yang luhur dalam perilaku kehidupan beliau sehari-hari. Seluruh perilaku beliau senantiasa dihiasi dengan cinta, kasih sayang, dan sikap welas asih kepada semua makhluk Allah. Beliau adalah orang yang teramat penyayang, baik kepada orang yang dekat maupun yang jauh. Beliau merasa senang bila melihat orang senang dan bahagia. Dan beliau akan merasa susah bila orang lain mengalami penderitaan dan kesusahan. Oleh karena itu, beliau akan memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain sesuai dengan kondisi orang tersebut. Pernah suatu ketika beliau mempercepat shalat karena mendengar tangisan. Beliau tidak ingin memberatkan ibu si bayi yang tengah ikut shalat bersamanya. Itulah sebabnya, beliau menganjurkan agar seseorang yang menjadi imam hendaknya meringankan salatnya. 292 Kasih sayang Rasulullah saw. salah satunya diwujudkan dalam kemurahan dan kedermawanan beliau terhadap sesama. Beliau dikenal sebagai makhluk Allah yang paling mulia dan paling dermawan. Telapaknya bak mendung yang banyak mengandung kebaikan dan tangannya bak hujan deras yang menurunkan kemurahannya, bahkan kemurahan beliau lebih cepat daripada angin yang bertiup. 293

3. Banyak Melakukan Ibadah Puasa

292 Aidh al-Qarni, Visualisasi Kepribadian Muhammad saw., Bandung: Penerbit IBS, 2000, h.76-77 293 Ibid, h. 53 213 Sesungguhnya hal yang sangat berbahaya dan sangat merusak kehidupan manusia adalah memperturutkan syahwat perut. Tersebab syahwat perutlah nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga. Perut dapat menjadi sumber penyakit dan kerusakan. Sebab, dari syahwat perut akan muncul syahwat farji kemaluan dan syahwat makanan. Jika seorang hamba menundukkan dirinya dengan cara berlapar dan mempersempit jalan-jalan setan, niscaya ia akan menjadi ringan dalam mematuhi Allah dengan melakukan berbagai kebajikan serta tidak akan melalui jalan kesesatan yang dimurkai-Nya. 294 Atas dasar inilah Rasulullah saw. memberikan petunjuk kepada umatnya bagaimana cara mengkonsumsi makanan dan minuman secara proporsional. ﷲا لﻮ ر لﺎ بﺮﻜ ﺪ ماﺪ ρ ا ﺎ لﻮ اًﺮ ءﺎ و دا , ت آأ مدا ا . نﺈ و اﺮ و ﺎ ﺔ ﺎ نﺎآ 295 Dari Miqdâm bin Ma’dîkarib ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang anak Adam memenuhi sebuah wadah yang lebih buruk daripada memenuhi perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang belakangnya. Maka tidak memungkinkan, maka hendaknya ia gunakan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk bernafas.” H.R. al-Tirmidzî dan Ibn Mâjah. Sesungguhnya Hadis di atas merupakan prinsip umum dalam dunia kedokteran, sehingga menurut Ahmad Farîd yang mengutip ungkapan seorang dokter, seandainya manusia merealisasikan kandungan Hadis di atas, niscaya mereka akan terhindar dari berbagai macam penyakit dan toko-toko obat akan ditinggalkan. Sebab, sumber segala penyakit adalah banyak makan. Inilah manfaat 294 Ahmad Farîd, Al-Bahr al-Râ’iq fî al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 93-94 295 al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 4, Abwâb al-Zuhd Bâb Mâ Jâ’a fî Karâhiyah Katsrah al-Akl, no. Hadis 2486, h. 18; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-At’imah Bâb al-Iqtisâd fî al-Akl wa Karâhah al-Syab’, h. 1111; al-Tirmidzî mengatakan bahwa hadis ini sahih. al-Dzahabî dan al-Albânî juga mensahihkannya 214 sedikit makan dari sisi kesehatan jasmani. Adapun manfaatnya dari sisi kesehatan ruhani adalah bahwa sedikit makan akan melahirkan kelembutan hati, kecerdasan, nafsu terkendali, dan melemahkan amarah. 296 Dalam upaya mewujudkan hal di atas, al-Qur’an dan Hadis banyak mengingatkan keutamaan berlapar dan tercelanya kenyang. ا اﻮ ﺎ أ هﺪ ﻮ فﻮ تاﻮﻬ ا اﻮ او ة ﺎً نﻮ . إ ﺔ ا نﻮ ﺪ ﻚ وﺄ ﺎ ﺎ و اءو بﺎ و ﺎ نﻮ Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang jelek yang menyia- nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya dirugikan sedikitpun.Q.S. Maryam19:59-60 ﺪ لا ﺎ ﺎ ﺎﻬ أ ﺎﻬ ﷲا ر ﺔ ﺎ ρ ﺰ ﷲا لﻮ ر ﻰ ﺎ ﻮ ﺮ ρ 297 Dari ‘Aisyah r.a. sesungguhnya ia berkata: “Tidak pernah keluarga Muhammad saw. kenyang dengan roti yang terbuat dari gandum selama dua hari berturut-turut sampai Rasulullah saw. meninggal dunia.” Muttafaq ‘alaih ا آأ ﺎ لﺎ زﺎ ﺪ و ﷲا ر أ ρ ﺔ ﻮ ةﺎ و ﺎ ﺮ اﺰ ﷲا ﻰ 298 Dari Anas r.a. ia berkata: Tidak pernah Nabi saw makan roti yang halus dan juga daging kambing yang telah siap dihidangkan sampai ia meninggal dunia.” H.R. al- Bukhârî ا لﺎ سﺎ ا لﺎ ρ ﻮﻜ ﺪ تاﻮ ا ت 299 296 Ahmad Farîd, Al-Bahr al-Râ’iq fî al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 93-94 297 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 6, Kitâb al-At’imah Bâb Mâ Kâna al-Nabî saw. wa Ashâbuh Ya’kulûna, h. 205; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 2, Kitâb al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 588 298 Al-Bukh ārī, Sahîh al-Bukhârî, Juz 6, Kitâb al-At’imah Bâb al-Khubâ al-Muraqqaq wa al-Akl ‘alâ al-Khiwâr wa al-Sufrah, h. 199 299 Al-Ghaz ālī, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn, Juz3, h. 78 lam yujad aslan 215 Ibn ‘Abbâs berkata: Nabi saw. bersabda: “Kerajaan langit tidak dapat dimasuki oleh orang selalu memenuhi perutnya.” ق ا لﺎ ا لا ρ ه مﺎ ا ﺔ و ةدﺎ ا ﺮﻜ ا دﺎ ا ة 300 al-Hasan berkata: Nabi saw. bersabda: “Berpikir itu setengah ibadah, sedang sedikit makan adalah ibadah itu sendiri.” Para ulama telah menetapkan sepuluh manfaat lapar, di antaranya adalah: a. Menjernihkan hati, menyalakan kebijakan, dan menajamkan penglihatan hati. Sementara kenyang dapat menyebabkan hati menjadi buta dan mempertebal asap dalam otak. Asy-Syibli mengtaakan: “Tidak pernah aku lapar karena Allah dalam satu hari, kecuali akan aku temukan sebuah pintu dari hikmah dan pelajaran yang belum pernah aku lihat sama sekali sebelumnya.” b. Tidak lupa akan cobaan dan azab dari Allah. Sebab, kenyang seringkali menyebabkan orang tidak jeli melihat dan memahami cobaan dan azab Allah. Hamba yang cerdas akan selalu ingat terhadap bencana akhirat ketika melihat kesulitan orang lain, sebuah sikap yang tidak dimiliki oleh orang yang selalu kenyang. Inilah salah satu sebab mengapa para nabi dan wali diistimewakan oleh Allah dengan berbagai cobaan. nabi Yûsuf pernah ditanya: “Mengapa engkau harus lapar, sedang di tanganmu terdapat simpanan kekayaan bumi?” Nabi Yusuf menjawab: “Aku khawatir kalau aku kenyang, aku lupa terhadap orang yang sedang lapar.” 300 Ibid 216 c. Mematahkan keinginan nafsu untuk berbuat berbagai kemaksiatan dan kejahatan. Karena sesungguhnya sumber kemaksiatan itu adalah nafsu dan kekuatan, sedang bahan dari kesenangan nafsu dan kekuatan adalah makanan. Aisyah r.a. berkata: “Bid’ah pertama kali sepeninggal Rasulullah saw. adalah kenyang. Sesungguhnya manusia itu ketika kenyang perutnya, akan menjadi liarlah nafsunya dalam menghadapi dunia ini.” d. Memudahkan untuk tekun beribadah. Orang yang memperturutkan nafsu perut, tentu akan banyak menyita waktunya untuk makan, dan ini juga akan menyebabkan dirinya berat jika diajak beribadah. Diceritakan bahwa Ar-Rasyid pernah mengumpulkan empat orang dokter, yaitu dokter berkebangsaan Hindi, Romawi, Irak, dan Sawwad. Ar- Rasyid berkata: “Aku minta agar setiap orang dari kalian menerangkan obat yang tidak mengandung efek samping yang berupa penyakit lain selain penyakit yang dapat diobati oleh obat tersebut.” Maka dokter yang berkebangsaan Hindi, Romawi, dan Sawwadpun menyampaikan jenis obat yang menurut mereka tidak menimbulkan efek samping apa-apa. Namun, oleh dokter berkebangsaan Sawwad yang paling terkenal dan mahir di antara mereka, semua jenis obat yang mereka tawarkan ditolak. Dokter-dokter itupun berkata: “Lalu menurutmu obat apa?” Dia menjawab: “Obat yang tidak mengandung penyakit lain efek samping adalah kalau engkau memakan sesuatu makanan saat engkau betul-betul menginginkan dan mengangkat tanganmu dari makanan itu padahal engkau masih menginginkannya.” Dokter- dokter lain serentak berkata: “Engkau benar.” 217 e. Memungkinkan seseorang mengutamakan orang lain dan bersedekah lebih kepada anak-anak yatim dan fakir miskin, lalu ia berada di bawah naungan sedekahnya pada hari kiamat. 301 Rasulullah saw. pernah memandang seorang laki-laki yang gendut perutnya, lalu ditunjuknya perut itu dengan jari tangannya sambil bersabda: “Seandainya ini tidak berada dalam perut ini, tentu hal itu akan lebih baik bagimu.” H.R. Ahmad, al-Hâkim, al-Baihaqî dari Ja’dah al-Habsyi. Sanadnya jayyid. Demi melahirkan kesehatan hati dan fisik inilah agama mensyariatkan puasa sîyâm minimal satu bulan dalam satu tahun. Puasa ibarat rem bagi perut dalam menghadapi kehidupan. Ia mutlak dibutuhkan dalam kehidupan setiap manusia. Hal ini dapat dipahami dari redaksi yang digunakan dalam surat al- Baqarah ayat 183 tentang kewajiban puasa. Dalam ayat tersebut Allah tidak menggunakan kata “kataba” dalam bentuk aktif binâ fâ’il, melainkan yang digunakan adalah redaksi “kutiba” dalam bentuk pasif binâ maf’ûl. Hal ini memberikan pemahaman bahwa kalaupun Allah tidak mewajibkan, niscaya akal sehat manusia sendiri yang akan mewajibkannya demi kemaslahatan mereka sendiri. Abû Hurairah r.a w. 57 H. menyampaikan bahwa Rasulullah saw. bersabda: ﷲا لﻮ ر لﺎ لﻮ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ ﺰ ﷲا لﺎ مدا ا آ و يﺰ أ ﺎ أو ﺈ مﺎ ا إ 301 Rincian yang lebih lengkap dapat dilihat: Ibrahim M. Jamal, Penyakit Hati, Bandung: Pustaka Hidayah, 1997, Cet. II, h. 154-164 218 نﺈ و ﺬ ﻮ ﺮ آﺪ أ مﻮ نﺎآ اذﺈ ﺔ مﺎ او ﺎ ؤﺮ ا إ ﺎ وأ ﺪ أ ﺎ 302 Dari Abû Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Allah azza wajalla berfirman: ‘Semua amal anak Adam adalah miliknya, kecuali ibadah puasa. Sesungguhnya ibadah puasa itu adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa hendaknya ia tidak berkata kotor dan juga tidak bertindak bodoh. Apabila ada orang yang mengganggunya, hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” H.R. al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd, al-Nasâ’î, dan Ibn Mâjah Dalam riwayat Imam al-Bukhârî w. 256 H. digunakan redaksi sebagai berikut: يﺰ أ ﺎ أو مﺎ ا أ ﻮﻬ و اﺮ و ﺎ كﺮ ﺎﻬ ﺎ أ ﺮ ﺔ او 303 “Allah berfirman: ‘Dia meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya karena Aku. Ibadah puasa adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Amal kebaikan itu akan digandakan sebanyak sepuluh kali lipat.’” H.R. al-Bukhârî Dalam Hadis tersebut dinyatakan bahwa puasa itu adalah ibarat perisai. Ia dapat berfungsi sebagai pemelihara seseorang dari dorongan syahwatnya. Orang yang berpuasa akan mampu mengekang nafsunya sehingga diapun memutuskan untuk tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual, dan selalu berperilaku baik.dia tidak akan berkata kotor, bertindak bodoh, mencela dan mencaci orang lain, maupuin tindakan-tindakan lain yang dapat menimbulkan murka Allah. Dalam ibadah puasa terkandung latihan untuk mengendalikan motivasi dan emosi, serta memperkuat kehendak untuk mengalahkan dorongan 302 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al- Saum Bâb Hal Yaqûlu Innî Sâ’im idzâ Syutima, h. 228; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Fadl al-Siyâm, h. 465; Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 2, Kitâb al-Saum Bâb al-Ghîbah lî al-Sâ’im, no. Hadis 2363 h. 307; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Siyâm, Bâb Dzikr al-Ikhtilâf ‘alâ Abî Sâlih fî Hâdzâ al- Hadîts, no. Hadis 2213, h. 370; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Mâ Jâ’a fî al-Ghîbah wa al-Rafats lî al-Sâ’im, no. Hadis 1691, h. 539-540 303 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al- Saum Bâb Fadl al-Saum, h. 226 219 hawa nafsu dan syahwat. Rasulullah saw. telah memberikan nasehat kepada para pemuda yang belum mampu untuk menikah agar mereka berpuasa. Ibadah puasa dapat membantu mereka meredam dan mengendalikan motivasi seksual yang tengah menggebu-gebu. Dalam ibadah puasa terdapat unsur latihan bersabar. Dengan latihan bersabar, seseorang akan mampu menanggung berbagai beban berat kehidupan. Manakala seseorang yang menunaikan ibadah puasa merasa terhalangi untuk makan dan minum, maka akan tumbuh dalam dirinya rasa empati, ikut merasakan penderitaan kaum papa. Sebagai biasnya dia akan mengasihani dan membantu saudaranya yang bernasib kurang beruntung secara ekonomi. Dia akan selalu membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Dia akan selalu peka dengan segala perkembangan yang terjadi di tengah masyarakatnya sehingga tumbuh rasa tanggung jawab sosial. Hal ini tentunya akan menciptakan hubungan sosial yang baik antara dirinya dengan orang-orang lain. Hubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitarnya akan melahirkan kedamaian dan ketentraman dalam hatinya. 304 Rasulullah saw. senantiasa memotivasi umatnya untuk menunaikan ibadah puasa yang sangat bermanfaat ini melalui sabda-sabdanya: ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ مﺎ و لﺎ ذ مﺪ ﺎ ﺮ ﺎ ﺎ او ﺎ ﺎ إ نﺎ ر 305 ` Dari Abû Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menunaikan puasa Ramadhan dengan dilandasi iman dan keikhlasan, maka dosa- 304 M. Usman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadist Nabi saw., h. 410 305 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al- Saum Bâb Sâma Ramadân Îmânan wa Ihtisâban wa Niyyatan, h. 228 220 dosanya yang telah lalu akan diampuni.” H.R. al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd, al-Tirmidzî, al-Nasâ’î, dan Ahmad ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر يرﺪ ا ﺪ أ ρ ﺎ لﺎ ﺪ ﻬ و مﻮ ا ﻚ ﺬ ﷲا ﺪ ﺎ إ ﷲا ﺎ ﻮ مﻮ ﺎ ﺮ رﺎ ا 306 Dari Abû Sa’îd al-Khudrî r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak seorang hambapun yang menunaikan ibadah puasa satu hari saja di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh jarak perjalanan tujuh puluh tahun lantaran ibadah puasa tersebut.” H.R. al-Bukhârî , Muslim, al-Nasâ’î, dan Ibn Mâjah ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ أ ﺔ أ ρ إ ﻰ ﺎ و كرﺎ ﷲا ن ﺎ و ﺎ ﺎ ﻜ و ﻜ نﺎ ر مﺎ ضﺮ أ ﺪ و مﻮ آ ﻮ ذ جﺮ ﺎ ﺎ او ﺎ ﺎ إ 307 Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala mewajibkan puasa Ramadhan kepada kalian. Dan aku telah menyunnahkan salat pada malam harinya untuk kalian. Maka siapa saja yang berpuasa Ramadhan dan melakukan shalat pada malam harinya dengan didasari keimanan dan keikhlasan, maka dia akan keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari dia baru dilahirkan oleh ibunya.” H.R. An- Nas ā’ī Menurut Imam al-Ghazâlî w.505 H., ada enam hal yang harus diperhatikan dalam upaya menyempurnakan ibadah Puasa, yaitu: 308 a. Menundukkan pandangan dan menahannya dari memandang segala hal yang dibenci dan dicela. Rasulullah saw. bersabda: إ مﺎﻬ مﻮ ﻬ ةﺮ ا _ ﷲا _ ﺎﻬآﺮ و ﺪ ﺎ ﺎ إ و ﺰ ﷲا ﺎ ا ﷲا ﺎ ﻮ 306 Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Fadl al-Siyâm fî Sabîl al-Lâh liman yutîquh bilâ Darar walâ Tafwît Haqq h. 466; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Siyâm Bâb Tsawâb Man Sâma Yauman fî Sabîl al-Lâh ‘Azza wa Jalla wa Dzikr Ikhtilâf ‘alâ Suhail ibn Abî Sâlih, no. Hadis 2242, h. 373; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb fî Siyâm Yaum fî Sabîl al-Lâh, no. Hadis 1717, h. 547-548 307 al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb Siyâm Bâb Dzikr Ikhtilâf Yahyâ ibn Abî Katsîr wa al-Nadr ibn Syaibân fîh, no. hadis 2207, h. 369 308 al-Ghazâlî, Ihyâ ‘ulûm al-Dîn, Juz 1, h. 235-237 221 “Memandang adalah salah satu anak panah iblis. Siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan menganugerahkan kepadanya keimanan yang ia dapat rasakan manisnya di kalbunya.” H.R. al-Hâkim 309 b. Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran, dan perdebatannya, mengendalikannya dengan diam, sibuk dengan zikrullah dan tilawah al-Qur’an. Nabi saw. bersabda: ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ لﺎ ﺔ مﺎ ا إ ﺎ إ ﺎ وأ ﺎ ؤﺮ ا نإو ﻬ و ﺮ ﺎ 310 Dari Abû Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:“Sesungguhnya puasa itu merupakan perisai. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka hendaklah ia tidak berkata kotor dan bertindak bodoh. Jika seseorang menyerangnya atau mencaci makinya, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” H.R. al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd, al-Nasâ’î, dan Ibn Mâjah c. Menahan pendengaran dari hal-hal yang dibenci. d. Menahan anggota badan lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan kaki dan tangan dari hal-hal yang dibenci dan menahan perut dari hal-hal yang syubhat. e. Tidak memperbanyak makan makanan yang halal pada saat berbuka, karena tidak ada yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal. f. Hendaknya setelah iftar, hatinya senantiasa berada dalam kondisi cemas khauf dan harap rajâ, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima 309 al-Hâkim mensahihkan sanadnya 310 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al-Saum Bâb Fadl al-Saum, h. 226; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Siyâm, Bâb Fadl al-Siyâm, h. 465; Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 2, Kitâb al-Saum Bâb al-Ghîbah lî al-Sâ’im, no. Hadis 2363, h. 307; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Siyâm Bâb Dzikr al-Ikhtilâf ‘alâ Abî Sâlih fî Hâdzâ al-Hadîts, no. Hadis 2214, h. 370; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Mâ Jâ’a fî al-Ghîbah wa al- Rafats lî al-Sâ’im, no. Hadis 1691, h. 539-540 222 sehingga termasuk ke dalam golongan muqarrabîn atau ditolak dan masuk ke dalam golongan yang dimurkai? Diriwayatkan bahwa suatu ketika al-Hasan bin Abû al-Hasan al-Basrî melewati suatu kaum yang sedang tertawa. Beliaupun kemudian berkata: “Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk-Nya. Kemudian ada orang-orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa. Tetapi yang sangat mengherankan adalah pemain yang tertawa-tawa di saat orang-orang lain berpacu meraih kemenangan.”

4. Menunaikan Ibadah Haji