212 Cinta, kasih sayang, dan ucapan yang baik merupakan perkara yang
penting dan mendasar demi kebaikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, Rasulullah saw. telah memberikan keteladanan yang
luhur dalam perilaku kehidupan beliau sehari-hari. Seluruh perilaku beliau senantiasa dihiasi dengan cinta, kasih sayang, dan sikap welas asih kepada semua
makhluk Allah. Beliau adalah orang yang teramat penyayang, baik kepada orang yang
dekat maupun yang jauh. Beliau merasa senang bila melihat orang senang dan bahagia. Dan beliau akan merasa susah bila orang lain mengalami penderitaan dan
kesusahan. Oleh karena itu, beliau akan memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain sesuai dengan kondisi orang tersebut.
Pernah suatu ketika beliau mempercepat shalat karena mendengar tangisan. Beliau tidak ingin memberatkan ibu si bayi yang tengah ikut shalat
bersamanya. Itulah sebabnya, beliau menganjurkan agar seseorang yang menjadi imam hendaknya meringankan salatnya.
292
Kasih sayang Rasulullah saw. salah satunya diwujudkan dalam kemurahan dan kedermawanan beliau terhadap sesama. Beliau dikenal sebagai makhluk Allah
yang paling mulia dan paling dermawan. Telapaknya bak mendung yang banyak mengandung kebaikan dan tangannya bak hujan deras yang menurunkan
kemurahannya, bahkan kemurahan beliau lebih cepat daripada angin yang bertiup.
293
3. Banyak Melakukan Ibadah Puasa
292
Aidh al-Qarni, Visualisasi Kepribadian Muhammad saw., Bandung: Penerbit IBS, 2000, h.76-77
293
Ibid, h. 53
213 Sesungguhnya hal yang sangat berbahaya dan sangat merusak kehidupan
manusia adalah memperturutkan syahwat perut. Tersebab syahwat perutlah nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga. Perut dapat menjadi sumber penyakit
dan kerusakan. Sebab, dari syahwat perut akan muncul syahwat farji kemaluan dan syahwat makanan. Jika seorang hamba menundukkan dirinya dengan cara
berlapar dan mempersempit jalan-jalan setan, niscaya ia akan menjadi ringan dalam mematuhi Allah dengan melakukan berbagai kebajikan serta tidak akan
melalui jalan kesesatan yang dimurkai-Nya.
294
Atas dasar inilah Rasulullah saw. memberikan petunjuk kepada umatnya bagaimana cara mengkonsumsi makanan dan minuman secara proporsional.
ﷲا لﻮ ر لﺎ بﺮﻜ ﺪ ماﺪ
ρ ا ﺎ لﻮ
اًﺮ ءﺎ و دا ,
ت آأ مدا ا .
نﺈ و اﺮ و ﺎ
ﺔ ﺎ نﺎآ
295
Dari Miqdâm bin Ma’dîkarib ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang anak Adam memenuhi sebuah wadah yang lebih
buruk daripada memenuhi perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang belakangnya. Maka tidak
memungkinkan, maka hendaknya ia gunakan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk bernafas.” H.R. al-Tirmidzî
dan Ibn Mâjah.
Sesungguhnya Hadis di atas merupakan prinsip umum dalam dunia kedokteran, sehingga menurut Ahmad Farîd yang mengutip ungkapan seorang
dokter, seandainya manusia merealisasikan kandungan Hadis di atas, niscaya mereka akan terhindar dari berbagai macam penyakit dan toko-toko obat akan
ditinggalkan. Sebab, sumber segala penyakit adalah banyak makan. Inilah manfaat
294
Ahmad Farîd, Al-Bahr al-Râ’iq fî al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 93-94
295
al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 4, Abwâb al-Zuhd Bâb Mâ Jâ’a fî Karâhiyah Katsrah al-Akl, no. Hadis 2486, h. 18; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-At’imah Bâb
al-Iqtisâd fî al-Akl wa Karâhah al-Syab’, h. 1111; al-Tirmidzî mengatakan bahwa hadis ini sahih. al-Dzahabî dan al-Albânî juga mensahihkannya
214 sedikit makan dari sisi kesehatan jasmani. Adapun manfaatnya dari sisi kesehatan
ruhani adalah bahwa sedikit makan akan melahirkan kelembutan hati, kecerdasan, nafsu terkendali, dan melemahkan amarah.
296
Dalam upaya mewujudkan hal di atas, al-Qur’an dan Hadis banyak mengingatkan keutamaan berlapar dan tercelanya kenyang.
ا اﻮ ﺎ أ هﺪ
ﻮ فﻮ تاﻮﻬ ا اﻮ او ة
ﺎً نﻮ .
إ ﺔ ا نﻮ ﺪ ﻚ وﺄ ﺎ ﺎ
و اءو بﺎ و
ﺎ نﻮ
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang jelek yang menyia- nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal salih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya dirugikan
sedikitpun.Q.S. Maryam19:59-60
ﺪ لا ﺎ ﺎ ﺎﻬ أ ﺎﻬ ﷲا
ر ﺔ ﺎ ρ
ﺰ ﷲا لﻮ ر
ﻰ ﺎ ﻮ ﺮ
ρ
297
Dari ‘Aisyah r.a. sesungguhnya ia berkata: “Tidak pernah keluarga Muhammad saw. kenyang dengan roti yang terbuat dari gandum selama dua hari
berturut-turut sampai Rasulullah saw. meninggal dunia.” Muttafaq ‘alaih
ا آأ ﺎ لﺎ زﺎ ﺪ و ﷲا ر أ
ρ ﺔ ﻮ
ةﺎ و ﺎ ﺮ اﺰ ﷲا ﻰ
298
Dari Anas r.a. ia berkata: Tidak pernah Nabi saw makan roti yang halus dan juga daging kambing yang telah siap dihidangkan sampai ia meninggal
dunia.” H.R. al- Bukhârî
ا لﺎ سﺎ ا لﺎ ρ
ﻮﻜ ﺪ تاﻮ ا ت
299
296
Ahmad Farîd, Al-Bahr al-Râ’iq fî al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 93-94
297
al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 6, Kitâb al-At’imah Bâb Mâ Kâna al-Nabî saw. wa Ashâbuh Ya’kulûna, h. 205; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 2, Kitâb al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 588
298
Al-Bukh ārī, Sahîh al-Bukhârî, Juz 6, Kitâb al-At’imah Bâb al-Khubâ al-Muraqqaq wa
al-Akl ‘alâ al-Khiwâr wa al-Sufrah, h. 199
299
Al-Ghaz ālī, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn, Juz3, h. 78 lam yujad aslan
215 Ibn ‘Abbâs berkata: Nabi saw. bersabda: “Kerajaan langit tidak dapat
dimasuki oleh orang selalu memenuhi perutnya.”
ق
ا لﺎ ا لا
ρ ه مﺎ ا ﺔ و ةدﺎ ا
ﺮﻜ ا دﺎ ا
ة
300
al-Hasan berkata: Nabi saw. bersabda: “Berpikir itu setengah ibadah, sedang sedikit makan adalah ibadah itu sendiri.”
Para ulama telah menetapkan sepuluh manfaat lapar, di antaranya adalah: a. Menjernihkan hati, menyalakan kebijakan, dan menajamkan penglihatan hati.
Sementara kenyang dapat menyebabkan hati menjadi buta dan mempertebal asap dalam otak. Asy-Syibli mengtaakan: “Tidak pernah aku lapar karena
Allah dalam satu hari, kecuali akan aku temukan sebuah pintu dari hikmah dan pelajaran yang belum pernah aku lihat sama sekali sebelumnya.”
b. Tidak lupa akan cobaan dan azab dari Allah. Sebab, kenyang seringkali menyebabkan orang tidak jeli melihat dan memahami cobaan dan azab Allah.
Hamba yang cerdas akan selalu ingat terhadap bencana akhirat ketika melihat kesulitan orang lain, sebuah sikap yang tidak dimiliki oleh orang yang selalu
kenyang. Inilah salah satu sebab mengapa para nabi dan wali diistimewakan oleh
Allah dengan berbagai cobaan. nabi Yûsuf pernah ditanya: “Mengapa engkau harus lapar, sedang di tanganmu terdapat simpanan kekayaan bumi?” Nabi
Yusuf menjawab: “Aku khawatir kalau aku kenyang, aku lupa terhadap orang yang sedang lapar.”
300
Ibid
216 c. Mematahkan keinginan nafsu untuk berbuat berbagai kemaksiatan dan
kejahatan. Karena sesungguhnya sumber kemaksiatan itu adalah nafsu dan kekuatan, sedang bahan dari kesenangan nafsu dan kekuatan adalah makanan.
Aisyah r.a. berkata: “Bid’ah pertama kali sepeninggal Rasulullah saw. adalah kenyang. Sesungguhnya manusia itu ketika kenyang perutnya, akan
menjadi liarlah nafsunya dalam menghadapi dunia ini.” d. Memudahkan untuk tekun beribadah. Orang yang memperturutkan nafsu perut,
tentu akan banyak menyita waktunya untuk makan, dan ini juga akan menyebabkan dirinya berat jika diajak beribadah.
Diceritakan bahwa Ar-Rasyid pernah mengumpulkan empat orang dokter, yaitu dokter berkebangsaan Hindi, Romawi, Irak, dan Sawwad. Ar-
Rasyid berkata: “Aku minta agar setiap orang dari kalian menerangkan obat yang tidak mengandung efek samping yang berupa penyakit lain selain
penyakit yang dapat diobati oleh obat tersebut.” Maka dokter yang berkebangsaan Hindi, Romawi, dan Sawwadpun menyampaikan jenis obat
yang menurut mereka tidak menimbulkan efek samping apa-apa. Namun, oleh dokter berkebangsaan Sawwad yang paling terkenal dan mahir di antara
mereka, semua jenis obat yang mereka tawarkan ditolak. Dokter-dokter itupun berkata: “Lalu menurutmu obat apa?” Dia menjawab: “Obat yang tidak
mengandung penyakit lain efek samping adalah kalau engkau memakan sesuatu makanan saat engkau betul-betul menginginkan dan mengangkat
tanganmu dari makanan itu padahal engkau masih menginginkannya.” Dokter- dokter lain serentak berkata: “Engkau benar.”
217 e. Memungkinkan seseorang mengutamakan orang lain dan bersedekah lebih
kepada anak-anak yatim dan fakir miskin, lalu ia berada di bawah naungan sedekahnya pada hari kiamat.
301
Rasulullah saw. pernah memandang seorang laki-laki yang gendut perutnya, lalu ditunjuknya perut itu dengan jari tangannya sambil bersabda:
“Seandainya ini tidak berada dalam perut ini, tentu hal itu akan lebih baik bagimu.” H.R. Ahmad, al-Hâkim, al-Baihaqî dari Ja’dah al-Habsyi. Sanadnya
jayyid. Demi melahirkan kesehatan hati dan fisik inilah agama mensyariatkan
puasa sîyâm minimal satu bulan dalam satu tahun. Puasa ibarat rem bagi perut dalam menghadapi kehidupan. Ia mutlak dibutuhkan dalam kehidupan setiap
manusia. Hal ini dapat dipahami dari redaksi yang digunakan dalam surat al- Baqarah ayat 183 tentang kewajiban puasa. Dalam ayat tersebut Allah tidak
menggunakan kata “kataba” dalam bentuk aktif binâ fâ’il, melainkan yang digunakan adalah redaksi “kutiba” dalam bentuk pasif binâ maf’ûl. Hal ini
memberikan pemahaman bahwa kalaupun Allah tidak mewajibkan, niscaya akal sehat manusia sendiri yang akan mewajibkannya demi kemaslahatan mereka
sendiri. Abû Hurairah r.a w. 57 H. menyampaikan bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
ﷲا لﻮ ر لﺎ لﻮ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ
ρ ﺰ ﷲا لﺎ
مدا ا آ و
يﺰ أ ﺎ أو ﺈ مﺎ ا إ
301
Rincian yang lebih lengkap dapat dilihat: Ibrahim M. Jamal, Penyakit Hati, Bandung: Pustaka Hidayah, 1997, Cet. II, h. 154-164
218
نﺈ و ﺬ ﻮ ﺮ آﺪ أ مﻮ نﺎآ اذﺈ ﺔ مﺎ او
ﺎ ؤﺮ ا إ ﺎ وأ ﺪ أ ﺎ
302
Dari Abû Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Allah azza wajalla berfirman: ‘Semua amal anak Adam adalah miliknya, kecuali ibadah
puasa. Sesungguhnya ibadah puasa itu adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Oleh karena itu, jika salah seorang di
antara kalian sedang berpuasa hendaknya ia tidak berkata kotor dan juga tidak bertindak bodoh. Apabila ada orang yang mengganggunya, hendaklah ia berkata,
‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” H.R. al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd, al-Nasâ’î, dan Ibn Mâjah
Dalam riwayat Imam al-Bukhârî w. 256 H. digunakan redaksi sebagai berikut:
يﺰ أ ﺎ أو مﺎ ا أ ﻮﻬ و اﺮ و ﺎ كﺮ
ﺎﻬ ﺎ أ ﺮ ﺔ او
303
“Allah berfirman: ‘Dia meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya karena Aku. Ibadah puasa adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang
akan membalasnya. Amal kebaikan itu akan digandakan sebanyak sepuluh kali lipat.’” H.R. al-Bukhârî
Dalam Hadis tersebut dinyatakan bahwa puasa itu adalah ibarat perisai. Ia dapat berfungsi sebagai pemelihara seseorang dari dorongan syahwatnya. Orang
yang berpuasa akan mampu mengekang nafsunya sehingga diapun memutuskan untuk tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual, dan selalu
berperilaku baik.dia tidak akan berkata kotor, bertindak bodoh, mencela dan mencaci orang lain, maupuin tindakan-tindakan lain yang dapat menimbulkan
murka Allah. Dalam ibadah puasa terkandung latihan untuk mengendalikan motivasi dan emosi, serta memperkuat kehendak untuk mengalahkan dorongan
302
al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al- Saum Bâb Hal Yaqûlu Innî Sâ’im idzâ Syutima, h. 228; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Fadl al-Siyâm, h. 465; Abû
Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 2, Kitâb al-Saum Bâb al-Ghîbah lî al-Sâ’im, no. Hadis 2363 h. 307; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Siyâm, Bâb Dzikr al-Ikhtilâf ‘alâ Abî Sâlih fî Hâdzâ al-
Hadîts, no. Hadis 2213, h. 370; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Mâ Jâ’a fî al-Ghîbah wa al-Rafats lî al-Sâ’im, no. Hadis 1691, h. 539-540
303
al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al- Saum Bâb Fadl al-Saum, h. 226
219 hawa nafsu dan syahwat. Rasulullah saw. telah memberikan nasehat kepada para
pemuda yang belum mampu untuk menikah agar mereka berpuasa. Ibadah puasa dapat membantu mereka meredam dan mengendalikan motivasi seksual yang
tengah menggebu-gebu. Dalam ibadah puasa terdapat unsur latihan bersabar. Dengan latihan
bersabar, seseorang akan mampu menanggung berbagai beban berat kehidupan. Manakala seseorang yang menunaikan ibadah puasa merasa terhalangi untuk
makan dan minum, maka akan tumbuh dalam dirinya rasa empati, ikut merasakan penderitaan kaum papa. Sebagai biasnya dia akan mengasihani dan membantu
saudaranya yang bernasib kurang beruntung secara ekonomi. Dia akan selalu membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Dia akan selalu peka
dengan segala perkembangan yang terjadi di tengah masyarakatnya sehingga tumbuh rasa tanggung jawab sosial. Hal ini tentunya akan menciptakan hubungan
sosial yang baik antara dirinya dengan orang-orang lain. Hubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitarnya akan melahirkan kedamaian dan ketentraman
dalam hatinya.
304
Rasulullah saw. senantiasa memotivasi umatnya untuk menunaikan ibadah puasa yang sangat bermanfaat ini melalui sabda-sabdanya:
ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ
ρ مﺎ و لﺎ
ذ مﺪ ﺎ ﺮ ﺎ ﺎ او ﺎ ﺎ إ نﺎ ر
305
`
Dari Abû Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menunaikan puasa Ramadhan dengan dilandasi iman dan keikhlasan, maka dosa-
304
M. Usman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadist Nabi saw., h. 410
305
al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al- Saum Bâb Sâma Ramadân Îmânan wa Ihtisâban wa Niyyatan, h. 228
220 dosanya yang telah lalu akan diampuni.” H.R. al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd,
al-Tirmidzî, al-Nasâ’î, dan Ahmad
ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر يرﺪ ا ﺪ أ
ρ ﺎ لﺎ
ﺪ ﻬ و مﻮ ا ﻚ ﺬ ﷲا ﺪ ﺎ إ ﷲا
ﺎ ﻮ مﻮ ﺎ ﺮ
رﺎ ا
306
Dari Abû Sa’îd al-Khudrî r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak seorang hambapun yang menunaikan ibadah puasa satu hari saja di jalan Allah,
melainkan Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh jarak perjalanan tujuh puluh tahun lantaran ibadah puasa tersebut.” H.R. al-Bukhârî , Muslim, al-Nasâ’î,
dan Ibn Mâjah
ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ أ ﺔ أ ρ
إ ﻰ ﺎ و كرﺎ ﷲا ن
ﺎ و ﺎ ﺎ ﻜ و ﻜ نﺎ ر مﺎ ضﺮ
أ ﺪ و مﻮ آ ﻮ ذ جﺮ ﺎ ﺎ او ﺎ ﺎ إ
307
Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala mewajibkan puasa Ramadhan kepada kalian. Dan aku telah menyunnahkan salat pada malam harinya untuk
kalian. Maka siapa saja yang berpuasa Ramadhan dan melakukan shalat pada malam harinya dengan didasari keimanan dan keikhlasan, maka dia akan keluar
dari dosa-dosanya seperti pada hari dia baru dilahirkan oleh ibunya.” H.R. An- Nas
ā’ī Menurut Imam al-Ghazâlî w.505 H., ada enam hal yang harus
diperhatikan dalam upaya menyempurnakan ibadah Puasa, yaitu:
308
a. Menundukkan pandangan dan menahannya dari memandang segala hal yang dibenci dan dicela. Rasulullah saw. bersabda:
إ مﺎﻬ مﻮ ﻬ ةﺮ ا
_ ﷲا
_ ﺎﻬآﺮ
و ﺪ ﺎ ﺎ إ و ﺰ ﷲا ﺎ ا ﷲا ﺎ ﻮ
306
Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Fadl al-Siyâm fî Sabîl al-Lâh liman yutîquh bilâ Darar walâ Tafwît Haqq h. 466; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Siyâm Bâb Tsawâb
Man Sâma Yauman fî Sabîl al-Lâh ‘Azza wa Jalla wa Dzikr Ikhtilâf ‘alâ Suhail ibn Abî Sâlih, no. Hadis 2242, h. 373; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb fî Siyâm Yaum fî Sabîl
al-Lâh, no. Hadis 1717, h. 547-548
307
al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb Siyâm Bâb Dzikr Ikhtilâf Yahyâ ibn Abî Katsîr wa al-Nadr ibn Syaibân fîh, no. hadis 2207, h. 369
308
al-Ghazâlî, Ihyâ ‘ulûm al-Dîn, Juz 1, h. 235-237
221 “Memandang adalah salah satu anak panah iblis. Siapa yang
meninggalkannya karena takut kepada Allah, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan menganugerahkan kepadanya keimanan yang ia dapat rasakan manisnya
di kalbunya.” H.R. al-Hâkim
309
b. Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran, dan perdebatannya, mengendalikannya dengan diam, sibuk
dengan zikrullah dan tilawah al-Qur’an. Nabi saw. bersabda:
ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ
ρ لﺎ
ﺔ مﺎ ا إ ﺎ إ
ﺎ وأ ﺎ ؤﺮ ا نإو ﻬ و ﺮ ﺎ
310
Dari Abû Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:“Sesungguhnya puasa itu merupakan perisai. Oleh karena itu, jika
salah seorang di antara kalian berpuasa, maka hendaklah ia tidak berkata kotor dan bertindak bodoh. Jika seseorang menyerangnya atau mencaci makinya,
maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” H.R. al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd, al-Nasâ’î, dan Ibn
Mâjah
c. Menahan pendengaran dari hal-hal yang dibenci. d. Menahan anggota badan lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan kaki dan
tangan dari hal-hal yang dibenci dan menahan perut dari hal-hal yang syubhat. e. Tidak memperbanyak makan makanan yang halal pada saat berbuka, karena
tidak ada yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal.
f. Hendaknya setelah iftar, hatinya senantiasa berada dalam kondisi cemas khauf dan harap rajâ, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima
309
al-Hâkim mensahihkan sanadnya
310
al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al-Saum Bâb Fadl al-Saum, h. 226; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Siyâm, Bâb Fadl al-Siyâm, h. 465; Abû Dâwûd, Sunan Abî
Dâwûd, Juz 2, Kitâb al-Saum Bâb al-Ghîbah lî al-Sâ’im, no. Hadis 2363, h. 307; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Siyâm Bâb Dzikr al-Ikhtilâf ‘alâ Abî Sâlih fî Hâdzâ al-Hadîts, no. Hadis
2214, h. 370; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 1, Kitâb al-Siyâm Bâb Mâ Jâ’a fî al-Ghîbah wa al- Rafats lî al-Sâ’im, no. Hadis 1691, h. 539-540
222 sehingga termasuk ke dalam golongan muqarrabîn atau ditolak dan masuk ke
dalam golongan yang dimurkai? Diriwayatkan bahwa suatu ketika al-Hasan bin Abû al-Hasan al-Basrî melewati suatu kaum yang sedang tertawa.
Beliaupun kemudian berkata: “Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk-Nya.
Kemudian ada orang-orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa. Tetapi yang sangat mengherankan
adalah pemain yang tertawa-tawa di saat orang-orang lain berpacu meraih kemenangan.”
4. Menunaikan Ibadah Haji