Tangisan Orang yang Berhalangan Berjihad

79 yakin bahwa Muhammad saw. adalah nabi yang dijanjikan dalam kitab-kitab yang mereka baca. Mereka menyungkurkan wajah mereka, bersujud, menangis, dalam keadaan khusyu’ dan rendah diri karena takut kepada Allah, serta karena beriman dan membenarkan kitab dan Rasul-Nya. 77 Tangisan yang mereka tunjukan adalah tangisan terpuji yang disukai Allah dan rasul-Nya. dalam salah satu sabdanya, Rasulullah saw. bersabda: ﷲا لﻮ ر لﺎ سﺎ ا ρ نﺎ لﻮ ﷲا ﺔ ﻜ رﺎ ا ﺎ ﻬ سﺮ ﺎ و ﷲا 78 Dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka, yaitu: mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang begadang menjaga kemanan kaum muslimin di jalan allah.” HR al-Tirmidzî.

4. Tangisan Orang yang Berhalangan Berjihad

Dalam pandangan Islam, jihad adalah perbuatan yang amat mulia. Oleh karena itu, jihad menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup seorang mukmin. Tanpanya, keimanan seseorang patut untuk dipertanyakan. Seorang pakar al-Qur’an, al-Râghib al-Isfahânî w. 502 H., dalam kitab “Mu’jam Mufradât Alfâz al-Qur’ân” menegaskan bahwa jihad dan mujahadah adalah mengerahkan segala tenaga untuk mengalahkan musuh. Jihad terdiri dari tiga macam: 1 Menghadapi musuh yang nyata, 2 Menghadapi setan, 77 Wahbah Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr, Juz 15, hal.186 78 Ibid; Nilai Hadis ini hasan garib. Lihat al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 3, Abwâb al- Jihâd Bâb Mâ Jâ fî Fadl al-Hars fî Sabîl al-Lâh, no. hadis 1690, h. 96 80 3 Menghadapi nafsu yang terdapat dalam diri masing-masing. Ketiga makna jihad ini, menurut Al-Isfahani w. 502 H., dicakup oleh ayat berikut ini: 79 ﷲا اوﺪهﺎ و اوﺮ ﺎه ﺬ او اﻮ اء ﺬ ا نإ ﻚ وأ ﷲا ﺔ ر نﻮ ﺮ ﷲاو ر رﻮ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS.al-Baqarah2:218 ﷲا اوﺪهﺎ و ﻜ ﺎ و آﺎ ا ﻮه دﺎﻬ ا آﺎ ﻮه هاﺮ إ ﻜ أ ﺔ جﺮ ﺪ ا ﻰ ءاﺪﻬ اﻮ ﻮﻜ و ﻜ اﺪ ﻬ لﻮ ﺮ ا نﻮﻜ اﺬه و ا اﻮ ﺄ سﺎ ا ﻮ آﺰ ا اﻮ اءو ة ﻮ ﷲﺎ اﻮ او ة ﻮه ﻮ ﺮ ا و ﻰ ﻮ ا آ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar- benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. Ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Dia Allah telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan begitu pula dalam al-Qur’an ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. QS.al-Hajj22:78 Dalam kehidupan seorang mukmin, jihad tidak dapat dipisahkan. Seorang mukmin akan senantiasa berusaha untuk berjihad dengan harta dan jiwanya sekuat kemampuannya. Allah menegaskan: ﻜ ﻬ أو ﻬ اﻮ ﺄ اوﺪهﺎ اﻮ اء ﺬ او لﻮ ﺮ ا نﻮ ا ه ﻚ وأو تاﺮ ا ﻬ ﻚ وأو ﷲا ﺪ أ ﻬ ا ﺎﻬ يﺮ تﺎ زﻮ ا ﻚ ذ ﺎﻬ ﺪ ﺎ رﺎﻬ ا Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah pula orang-orang yang beruntung. Allah telah 79 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h.506-507 81 menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. QS.al-Taubah9:88- 89 Sebagai Zat Yang Mahabijaksana, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatan hamba-Nya yang ikhlas, semata-mata mencari keridhaan-Nya. Dia akan mencintai dan melindungi hamba yang berjihad dengan hati bersih dan niat yang tulus. Perhatikanlah firman Allah berikut ini: ﷲا نإ نﺎ ﻬ ﺄآ ﺎً نﻮ ﺎ ﺬ ا صﻮ ﺮ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.QS.al-Saff61:4 Kecintaan merupakan tingkatan tertinggi dari ridha-Nya. Semua kaum mukmin mendapatkan predikat ini. Semua berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta dari-Nya, sehingga hamba yang takwa senantiasa mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya demi mendapatkan kasih sayang dan cinta dari-Nya. Hamba yang ikhlas mengadakan transaksi yang mulia ini kepada Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Taubah ayat 111 berikut ini: ﷲا نإ ﺔ ا ﻬ نﺄ ﻬ اﻮ أو ﻬ أ ﺆ ا ىﺮ ا ﷲا نﻮ ﺎ ا ﺎً اﺪ و نﻮ و نﻮ ةارﻮ او ﷲا ﺪﻬ ﻰ وأ و ناءﺮ او ﻜ اوﺮ ﺎ ا زﻮ ا ﻮه ﻚ ذو ﺎ يﺬ ا Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. 82 Dalam berbagai hadisnya, Rasulullah saw. acapkali memberikan pernyataan bahwa jihad adalah suatu aktivitas mulia demi meraih predikat mulia dalam kehidupan seorang mukmin. Itulah sebabnya, beliau juga memotivasi umatnya untuk merealisasikannya dalam kehidupan nyata. ﺪ ﷲا ر دﻮ ﷲا لﻮ ر ﺄ ﷲا ρ ﷲا لﻮ ر ﺎ ا لﺎ أ ا يأ ﻰ ة ﺎﻬ ﺎ ﷲا دﺎﻬ ا لﺎ يأ ﺪ اﻮ ا ﺮ لﺎ يأ ا لﻮ ر ﻜ ρ داﺰ دﺰ ا ﻮ و 80 Dari Abdullâh bin Mas’ûd r.a. ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Perbuatan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Shalat pada waktunya.” Saya bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua Birrul walidain.” Saya bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “Berjihad di jalan Allah.” HR.al-Bukhârî ﷲا لﻮ ر ﻰ إ ر ءﺎ لﺎ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ ه لﺎ ﺪ أ لﺎ دﺎﻬ ا لﺪ ﻰ د لﺎ ﺮ و مﻮ كﺪ ﺪ نأ ﺪهﺎ ا جﺮ اذإ و لﺎ ﺮ و مﻮ و 81 Dari Abû Hurairah ra. Ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. kemudian berkata: “Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang nilainya seimbang dengan jihad” Beliau menjawab: “Aku tidak menemukannya.” Orang itu berkata: “Dapatkah seorang mujahid yang keluar rumah menuju masjid, kemudian ia beribadah terus-menerus, berpuasa terus tanpa berbuka?” Beliau berkata: “Siapakah yang mampu melakukan hal itu?” HR.al-Bukhârî أ ﺮ ﺮه ة لﺎ لﺎ لﻮ ر ﷲا ρ ﺔ ور وأ ةوﺪ ﺎﻬ ﺎ و ﺎ ﺪ ا ﺮ ﷲا 82 80 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 3, Kitâb al-Jihâd Bâb Fadl al-Jihâd wa al-Siyar, h. 200 81 Ibid 82 al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Jihâd Bâb Fadl Ghadwah, no. hadis 3115, h. 506; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-Jihâd Bâb Fadl al-Ghadwah, hal.921 83 Dari Abû Hurairah ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Pergi berjuang di jalan Allah lebih baik daripada dunia dengan segala isinya.” HR. al-Nasâ’î dan Ibn Mâjah Melalui penjelasan Allah dan Rasul-Nya di atas, seorang mukmin semakin paham bahwa jihad betul-betul bagian dari amal shalih yang utama menuju kemuliaan hidup. Para sahabat berlomba-lomba untuk membuktikan cinta mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dengan berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka. Mereka hanya mempunyai dua pilihan, hidup sebagai orang mulia atau mati dalam keadaan syahid ‘isy karîman aw mut syahîdan. Para sahabat berkompetisi secara sehat untuk membela agama Islam melalui jihad. Apapun yang mereka miliki, itulah yang mereka serahkan dan kerahkan demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin izzah al-Islâm wa al-muslimîn. Ada kebahagiaan yang mereka rasakan ketika mampu bersama-sama Rasul maju berjihad di medan juang, sesuatu yang amat kontradiktif yang terjadi dengan orang-orang munafik. Para sahabat yang setia akan merasakan kegundahan dan kesedihan ketika mereka tidak dapat ikut berpartisipasi menegakkan agama melalui aktivitas mulia tersebut. Inilah yang Allah gambarkan dalam surat al-Taubah ayat 91-92: و ءﺎ ا ﻰ و ﻰ ﺮ ا ﻰ ﺬ ا ﻰ اﻮ اذإ جﺮ نﻮ ﺎ نوﺪ ﷲ ﻰ ﺎ ﻮ رو ﷲاو ا ر رﻮ و ﺎ اذإ ﺬ ا ﻰ ﻬ كﻮ أ ﻬ أو اﻮ ﻮ ﻜ أ ﺎ ﺪ أ أ ﺎ ﺰ ﺪ ا نﻮ ﺎ اوﺪ Tiada dosa lantaran tidak pergi berjihad atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan 84 Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan tiada pula dosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu, lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. Menurut riwayat Ibn Abî Hâtim w, 328 H. dari Zaid bin Tsâbit w. 45 H. disebutkan bahwa ketika Zaid bin Tsâbit sedang menulis surat Bara’ah sampai ayat perintah berperang, ia meletakkan penanya di telinga. Rasulullah saw. menunggu wahyu kelanjutannya. Datanglah seorang yang buta dan bertanya: “Bagaimana dengan saya yang buta ini, ya Rasulullah?” Maka, turunlah ayat 91 di atas. 83 Ayat 91 di atas memberikan dispensasi kepada orang-orang yang lemah, sakit, atau tidak memiliki apa-apa untuk tidak ikut berjihad. Mereka tidak ikut berjihad bukan karena alasan yang dibuat-buat, tetapi karena itulah kondisi sesungguhnya yang ada dalam diri mereka. Akan tetapi, keinginan yang kuat dalam jiwa mereka untuk berjihad di jalan Allah menimbulkan kesedihan dan tangisan tersendiri, ketika mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukannya. Itulah yang digambarkan pada ayat berikutnya 92 “…lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan…” Imam al-Wâhidî w. 427 H. menyebutkan dalam kitab “Asbâb al-Nuzûl” bahwa ayat 92 ini turun berkenaan dengan para sahabat yang berlinang air mata mereka karena tidak bisa ikut berjihad. Jumlah mereka ada tujuh, yaitu: Ma’qal bin Yasâr w.60 H., Sakhr bin Khunais, ‘Abdullâh bin Ka’b al- 83 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azîm, Juz 2, h. 381; Wahbah Zuhaili, Tafsîr al-Munîr., Juz 10, h. 348 85 Ansâri w. 30 H., Salim bin ‘Umair, Tsa’labah bin Ghanîmah, dan ‘Abdullâh bin Mughaffal w. 60 H.. Ketika mereka datang kepada Rasulullah dan berkata: “Ya Nabiyyallah, sesungguhnya Allah azza wajalla menganjurkan kami untuk keluar bersamamu. Bawalah kami untuk berperang bersamamu” Nabi menjawab: Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu Mendengar ucapan Nabi ini, merekapun kembali sambil menangis berlinang air mata. Sedangkan menurut Mujahid w.101 H., ayat ini turun kepada Bani Muqrin, yaitu: Ma’qil, Suwaid, dan Nu’mân bin Muqrin. 84 Pendapat Mujahid w. 101 H. inilah yang kemudian menjadi pendapat mayoritas ulama. Demikian yang dikatakan oleh Dr. Wahbah Zuhaili. 85 Dalam riwayat lain dari Ibn ‘Abbâs w.68 H. dikemukakan, bahwa ketika Rasulullah saw. memerintahkan orang-orang untuk berangkat jihad bersamanya, datanglah sekelompok sahabat, di antaranya Abdullah bin Mughaffal bin Muqrin al-Muzanni w.60 H.. Lalu mereka berkata: “Ya Rasulullah, bawalah kami untuk berjihad” Nabi menjawab: “Demi Allah, saya tidak memperoleh kendaraan untuk membawa kalian.” Merekapun akhirnya kembali sambil menangis menyesali diri mereka karena tidak memiliki tunggangan dan bekal untuk berperang. Maka, Allahpun menurunkan: Dan tiada pula dosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu, lalu mereka 84 Dalam riwayat yang disampaikan Al-Wahidi kurang satu. Lihat al-Wâhidî, Asbâb al- Nuzûl, h. 144; Sedangkan dalam al-Tafsîr al-Munîr disebutkan bahwa orang-orang tersebut adalah: Sâlim bin ‘Umair, ‘Ali bin Zaid, Abû Lailâ Abdurrahmân bin Ka’ab, ‘Amr bin al-Hammâm, ‘Abdullâh bin Mughaffal al-Muzannî atau ‘Abdullâh bin ‘Amr al-Muzannî, Harma bin ‘Abdullâh, dan ‘Iyad bin Sariyah al-Fazzârî. Lihat: Wahbah Zuhaili, Tafsîr al-Munîr, Juz 10, h. 351 85 Ibid., Juz 10, h. 349 86 kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. QS.al- Taubah9:92 86 Itulah tangisan kesedihan yang telah ditunjukkan oleh para sahabat yang bersih hatinya, yang selalu ingin menunjukkan cinta mereka kepada Islam. Tangisan seperti inilah tangisan yang dibenarkan dan mendapatkan ridha dari Allah. Tangisan mereka adalah tangisan murni dan karenanya bernilai ibadah, bukan tangisan pembual yang diada-adakan agar terkesan memiliki niat yang baik. Dengan turunnya ayat di atas, maka kewajiban berjihad bagi orang yang berhalangan dengan uzur yang dibenarkan menjadi gugur. Tiga uzur yang dibenarkan sebagaimana yang tergambar dari ayat 91-92 di atas adalah: karena lemah, karena sakit, dan karena fakir. Bagi orang yang memiliki salah satu di antara tiga uzur di atas, maka mereka tidak berhak mendapat celaan dan dosa karena tidak berangkat berperang.

5. Tangisan Para Nabi dan Keturunannya saat Mendengar Ayat-ayat Allah