Beriman kepada Allah dan hari akhir

183 puncak ibadah. 250 Sehingga menurut Abû ‘Abdurrahman, menangis adalah di antara akhlak para nabi dan para pengikutnya. Tangisan yang terjadi pada diri orang-orang salih bukanlah sebuah aktivitas yang terhenti pada tetesan air mata yang jatuh di atas pipi mereka. Namun, tangisan mereka mampu mempengaruhi kuatnya keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dan bertaqarrub kepada Allah swt. Oleh karena itu, dapatlah dinyatakan bahwa tangisan yang benar dapat menghantarkan pelakunya kepada kebaikan. Tentang tradisi menangis di kalangan para sahabat Rasulullah saw., Imam ‘Ali k.w. berkata: “ Demi Allah, telah kulihat para sahabat Rasulullah saw. Pada saat ini tidak kulihat sesuatu yang menyerupai mereka. Mereka adalah orang-orang yang kusut dan berdebu. Di antara mata mereka seakan-akan ada iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Mereka senantiasa sujud dan berdiri kepada Allah, membata Kitabullah, pergi dengan berjalan kaki dan juga mengingat Allah. Mereka tampak seperti pohon yang condong dan bergoyang-goyang pada saat angina berhembus kencang. Mereka selalu menangis hingga kain mereka basah. Demi Allah, sepertinya orang-orang saat ini sudah lalai.” 251

2. Beriman kepada Allah dan hari akhir

Iman adalah unsur asasi manusia yang harus dimiliki oleh seorang muslim dalam beramal. Tanpa iman, sebuah amal yang terlihat “salih” dalam pandangan 250 Syaikh ‘Abd al-Qâdir Jailani, Percikan Cahaya Ilahi, Penerjemah Arief B. Iskandar Bandung: Pustaka Hidayah, 2001, h. 117 251 Ibn Qudâmah al-Maqdisi, Mereka yang Kembali, h. 401 184 manusia menjadi sia-sia belaka tanpa makna di hadapan Allah. Sekian banyak ayat al-Qur’an menyebutkan secara bersamaan antara iman dan amal saleh. Lihat dalam ayat berikut ini: ﷲﺎ اء ﺎ او ىرﺎ او اودﺎه ﺬ او اﻮ اء ﺬ ا نإ ا مﻮ او و ﻬ ر ﺪ هﺮ أ ﻬ ﺎ ﺎ و ﺮ ﻬ فﻮ و نﻮ ﺰ ه Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang shabi’in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah, hari akhir, serta beramal saleh,mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. QS.al-Baqarah2:62 Lihat pula ayat-ayat berikut ini:QS.al-Baqarah2:82 277; QS.’Ali Imrân3:57; dan QS.al-‘Ankabût29:9. Iman dan amal salih laksana dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Berapapun banyaknya kebajikan yang dilakukan seseorang, jika tidak dilandasi oleh keimanan, ia hanya laksana fatamorgana. Allah menegaskan dalam al- Qur’an: مﻮ ﺮ ا تﺪ ا دﺎ ﺮآ ﻬ ﺎ أ ﻬ ﺮ اوﺮ آ ﺬ ا ﺎ ء ﻰ اﻮ آ ﺎ نورﺪ ا ﻮه ﻚ ذ ﺪ ا ل Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan di dunia. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.QS.Ibrâhîm14:18 Lihat juga dalam QS.al-Nûr24:39. Ketika seseorang beramal dengan landasan keimanan, maka itu artinya ia mengikhlaskan memurnikan amalnya semata-mata hanya karena Allah, bukan karena yang lain. Ia hanya mengharapkan ridha Allah dan ganjaran pahala dari- 185 Nya. Ia sama sekali tidak mengharapkan balasan, pujian, atau sekedar ucapan terima kasih dari manusia QS. al-Insân76:9. Imam Abû al-Qâsim al-Qusyairî w.465 H., sebagaimana dikutip oleh Imam al-Nawawî w.675 H., menjelaskan bahwa ikhlas adalah menunggalkan Zat Allah Yang Mahahaq dalam ketaatan atau kepatuhan, yaitu ketaataannya ditujukan hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena yang lain berbuat karena seseorang, ingin dipuji, dan lain-lain. 252

3. Mentaati Allah dan Rasul-Nya