Tilawah al-Qur’an sambil Merenungi Kandungannya

225 d. Hendaknya ia meninggalkan segala macam akhlak tercela; e. Diutamakan memperbanyak berjalan; f. Hendaknya ia berpakaian sederhana dan meninggalkan tanda-tanda kesombongan dan kemewahan; g. Hendaknya ia bersabar menerima musibah yang menimpa badannya atau bila ia kehilangan harta.

5. Tilawah al-Qur’an sambil Merenungi Kandungannya

Sejak manusia mengenal baca tulis al-Qur’an sekitar lima ribu tahun yang lampau, tiada satu bacaanpun yang dapat menandingi al-Qur’an. Yang dipelajari dari al-Qur’an tidak hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, melainkan juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi, dan dari sudut pandang yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kecenderungan mereka. al-Qur’an laksana permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai sudut pandang orang yang memandangnya. Ditemukan banyak tek-teks keagamaan yang menyatakan keagungan Al- Quran sehingga memotivasi umat untuk membaca, memahami, dan mengamalkan kandungannya. روﺪ ا ﺎ ءﺎ و ﻜ ر ﺔ ﻮ ﻜ ءﺎ ﺪ سﺎ ا ﺎﻬ أﺎ ﺆ ﺔ رو ىﺪهو Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS. Yûnus10:57 و ﺆ ﺔ رو ءﺎ ﻮه ﺎ ناءﺮ ا لﺰ و ﺪ ﺰ ﺎ ا إ ارﺎ 226 Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. QS. al-Isrâ17:82 ﻮ و ﺎ اءﺮ ﺎ ﻮ اﻮ ﺎ ﺎً أ أء ﺎ اء ﺬ او ءﺎ و ىﺪه اﻮ اء ﺬ ﻮه ﺮ و نﻮ ﺆ ﺪ نﺎﻜ نودﺎ ﻚ وأ ﻰ ﻬ ﻮهو ﺮ و ﻬ اذاء Dan jikalau Kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?. Apakah patut al-Qur’an dalam bahasa asing, sedang rasul adalah orang Arab? Katakanlah: al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh. QS. Fussilat40:44 ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ مﻮ اﺎ و ﺰ إ ﻬ ﻮ راﺪ و ﷲا بﺎ آ نﻮ ﷲا تﻮ ﺮ ا ﻬ و ﺔ ﻜ ا ﻬ ﷲا هﺮآذو ﺔﻜ ا ﻬ و ﺔ ﺪ 316 Dari Abû Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah sebuah kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk melantunkan bacaan kitab Allah dan saling mempelajarinya, kecuali ketentraman akan turun dalam kalbu mereka, rahmat akan menyelimuti mereka, mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” H.R. Muslim, Abû Dâwûd, dan Ibn Mâjah أ ْ ﷲا لْﻮﺳر ْ ﺳ لﺎ ﻪْ ﷲا ر ﺔ ﺎ أ ْ ρ لْﻮ ﺔ ﺎ ْا مْﻮ ْ ْﺄ ﻪ ﺈ ناْﺮ ْا اؤﺮْ إ ﻪ ﺎ ْﺻ ﻻ ﺎ ْ ﺷ 317 Dari Abû Umâmah r.a. dia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat pertolongan bagi orang-orang yang membaca dan mengamalkan kandungannya.” H.R. Muslim ﷲا لﻮ ر لﺎ ﺎ ﺎﻬ ﷲا ر ﺔ ﺎ ρ ﺮهﺎ ا اﺎ و ناﺮ ا أﺮ يﺬ او ةرﺮ ا ماﺮﻜ ا ةﺮ ا ناﺮ ناﺮ أ قﺎ ﻮهو 318 316 Muslim, Sahîh Muslim, Juz 2, Kitâb al-Dzikr wa al-Du’â wa al-Taubah wa al-Istighfâr Bâb Fadl al-Ijtimâ’ ‘alâ Tilâwah al-Qur’ân wa ‘alâ al-Dzikr, h. 473-474; Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 2, Kitâb al-Salâh Bâb Fî Tsawâb Qirâ’ah al-Qur’ân, no. Hadis 1455, h. 71; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-Âdâb Bâb Fadl al-Dzikr, no. Hadis 3791, h. 1245 317 Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Masâjid wa Mawâdi’ al-Salâh Bâb Fadl Qirâ’ah al-Qur’ân wa Sûrah al-Baqarah, , h. 321 227 Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang mahir membaca al-Qur’an, maka kelak dia di surga bersama para malaikat yang mulia dan baik. Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an dengan terbata-bata dan dia merasa berat, maka baginya dua pahala.” al-Bukhârî, Muslim, al-Tirmidzî, Abû Dâwûd, dan Ibn Mâjah ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ ρ ﺪ ﺎ رﺎﻬ ا و ا ءﺎ ا ﻮ ﻮﻬ ناﺮ ا ﷲا ﺎ ا ر ا ﻰ إ ﷲا ﺎ ا رو ﺎ آ اﺬه وأ ﺎ وأ ﻮ لﻮ ﺎ ﺎ آ اﺬه وأ ﺎ وأ ﻮ لﻮ 319 Dari Abû Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw., beliau bersabda: “Tidak diperkenankan bersikap dengaki kecuali dalam dua hal, yaitu: Pertama Terhadap orang yang dianugerahkan al-Qur’an oleh Allah lalu dia membacanya sepanjang siang dan malam, lalu ia yang dengki berkata, ‘Seandainya aku diberikan seperti yang diberikan kepadanya, niscaya aku akan melakukan seperti yang dilakukannya’. Dan Kedua terhadap orang yang dianugerahkan harta oleh Allah lalu dia menafkahkannya di jalan Allah sesuai dengan peruntukkannya, lalu ia yang dengki berkata, ‘Seandainya aku diberikan seperti yang diberikan kepadanya, niscaya aku akan melakukan seperti yang dilakukannya’.” H.R. al- Bukhârî dan Ahmad ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ ﺎ ﺮ أﺮ لﺎ ا لﻮ أ ﺎﻬ ﺎ أ ﺮ ﺔ ا و ﺔ ﷲا بﺎ آ فﺮ ا ﻜ و فﺮ فﺮ و فﺮ م و 320 Dari Abdullâh bin Mas’ûd r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf Kitabullah, maka dia akan mendapatkan satu kabaikan, dan satu kebaikan itu akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf. Akan tetapi ia terdiri dari alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” H.R. al-Tirmidzî 318 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 6, Kitâb Tafsîr al-Qur’ân Bâb Sûrah ‘Abasa, h. 80; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Masâjid wa Mawâdi’ al-Salâh Bâb Fadl al-Mâhir bi al- Qur’ân wa al-Ladzî Yatata’ta’u fîh, h. 319; al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 4, Abwâb Fadâ’il al-Qur’ân Bâb Mâ Jâ’a fî Fadl Qâri’ al-Qur’ân, no. Hadis 3068, h. 244; Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 2, Kitâb al-Salâh Bâb fî Tsawâb Qirâ’ah al-Qur’ân, no. Hadis 1454, h. 70-71; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-Âdâb Bâb Tsawâb al-Qur’ân, no. Hadis 3779, h. 1242 319 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 8, Kitâb al-Tamanni Bâb Tamannî al-Qur’ân wa al- ‘Ilm, h. 129, dan Bâb Qaul al-Nabî saw. Rajul Âtâh al-Lâh al-Qur’ân, h. 209; Ahmad, al-Musnad, Juz 2, h. 9, 36; al-Nawawî, Riyâd al- Sâlihîn, h. 388 320 al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 4, Abwâb Fadâ’il al-Qur’ân Bâb Mâ Jâ’a fî Man Qara’a Harfan min al-Qur’ân falah min al-Ajr, no. Hadis 3075, h. 248 228 ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا ر أ ρ مﻮ آ أﺮ لﺎ ﺎ نأ إ ﺔ بﻮ ذ ﺪ أ ﷲا ﻮه ةﺮ د نﻮﻜ 321 Dari Anas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa membaca qul huwallâhu ahad sebanyak dua ratus kali setiap hari, maka dosa-dosanya selama lima puluh tahun akan diampuni kecuali kalau dia memiliki tanggungan hutang.” H.R. al-Tirmidzî Keagungan yang dimiliki al-Qur’an sebagaimana yang tergambar dalam teks-teks di atas inilah salah satu hal yang menyebabkan bahwa tilawah al-Qur’an dipandang sebagai dzikir paling utama afdal al-dzikr, terlebih jika diringi dengan merenungi tadabbur maknanya. Apalagi salah satu tujuan diturunkannya al-Qur’an adalah membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan. 322 Tilawah al-Qur’an sebagaimana ditegaskan oleh Sa’id Hawa, dapat menghaluskan jiwa, menerangi hati, menyempurnakan fungsi salat, zakat, puasa, dan haji dalam mencapai maqam ubudiyah kepada Allah swt. 323 Tilawah al-Qur’an adalah obat yang cukup manjur untuk menghilangkan rasa gundah yang timbul karena perasaan berdosa. Bahkan ia mampu mengobati semua ketidakstabilan jiwa dan kegoncangan psikis maupun mental. Rasulullah saw. sendiri pernah mengobati penyakit gila melalui al-Qur’an sebagaimana riwayat berikut ini: ا ﺪ آ لﺎ ﷲا ر آ أ ρ ءﺎ لﺎ و ﺎ و لﺎ و و ﺎ أ نإ ﷲا ﺎ لﺎ اﺮ أ 321 Ibid, Juz 4, Abwâb Fadâ’il al-Qur’ân Bâb Mâ Jâ’a fî Sûrah al-Ikhlâs, no. Hadis 3062, h. 241-242 322 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h. 12 323 Sa’id Hawa, Mensucikan Jiwa, h. 86 229 ﺄ لﺎ ا ذﻮ ﺪ ﻮ ρ بﺎ ﻜ ا ﺔ ﺎ ا ﺎهو ةﺮ ا ةرﻮ لوأ تﺎ ا رأو إ ﻜﻬ إو ﺪ او ا ةرﻮ ﺮ ا تﺎ ا ث و ﺮﻜ ا ﺔ او ﺔ او ةﺮ ناﺮ لا ﻮه إ ا أ ﷲا ﺪﻬ فاﺮ ا ﺔ او ﻜ ر نإ ضر او تاﻮ ا يﺬ ا ﷲا ﺆ ا ةرﻮ ﺮ او ﻰ ﺎ ا ﻚ ا ﷲا ا ةرﻮ ﺔ او ﺎ ر ﺪ ﻰ ﺎ أو ﺮ و و ﺮ ا ةرﻮ ﺮ ا تﺎ ا ث و تﺎ ﺎ ا لوأ تﺎ ا ﻚ ﺄآ ﺮ ا مﺎ ذﻮ او ﺪ أ ﷲا ﻮه . 324 Dari Ubay bin Ka’ab r.a. dia berkata: “Aku pernah berada di sisi Nabi saw.. lantas ada seorang badui seraya berkata: ‘Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku mempunyai seorang saudara yang sedang sakit..’ Rasulullah bertanya, ‘Apa sakit yang dideritanya?’ Orang badui itu menjawab, “Dia itu gila.’Rasulullah bersabda, ‘Bawalah dia kepadaku’ Maka orang badui itu membawa saudaranya ke hadapan Rasulullah. Lalu Nabi saw. membacakan doa perlindungan untuknya dengan surat al-Fatihah, empat ayat awal surat al-Baqarah, dua ayat: wa ilâhukum ilahuw wâhid Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Mahaesa. QS.2:163 dan ayat kursi, tiga ayat terakhir dari surat al-Baqarah, sebuah ayat pada surat Ali ‘Imrân: Syahidallâhu annahû lâ ilâha illâ huw Allah menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia. QS.3:18, sebuah ayat dari surat al-A’râf: inna rabbakumul ladzî khalaqa al-samâwâti wa al-ard Sesungguhnya Tuhan kamu adalah yang menciptakan langit dan bumi. QS.7:54, akhir surat al-Mu’minûn Fata’âlallâh al-malik al-haq: Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya., satu ayat dari surat al-Jinn wa annahû ta’âla jaddu rabbinâ; Bahwasanya Mahatinggi kebesaran Tuhan kami. QS.72:3, sepuluh ayat awal surat al-Saffât, tiga ayat akhir surat al-Hasyr, al-Ikhlash dan al- Mu’awwidzatain.’ Lantas lelaki gila itu berdiri seperti tidak pernah mengeluhkan apapun sebelumnya.” H.R. Ibn Mâjah 325 Oleh karena itu, tepatlah ketika As-Sayyid Ibrahim Al-Khawwash r.a. berkata: ﺎ ا ﺔ ﺎ و ﺮ ا ﺪ عﺮ او ا مﺎ و ا ء و ﺮ ﺪ ﺎ ناﺮ ا ةءاﺮ ءﺎ أ ﺔ ءاود . Obat hati itu ada lima macam, yaitu: 1 Membaca al-Qur’an sambil merenungi kandungannya, 2 perut yang kosong, 3 Qiyamullail atau shalat 324 Ibn M ājah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-Tibb Bâb al-Faza’ wa al-‘Araq wa mâ Yuta’awwadzdzu minh, no. Hadis 3549, h. 1175; 325 Menurut M. Usman Najati, hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Abdullah bin Imam Ahmad dalam al-Zawâ’id dengan kualitas hasan. Lihat M. Usman najati, op.cit., h. 426 230 malam, 4 Berdoa atau bermunajat pada dini hari, dan 5 Bergaul dengan orang- orang yang salih. 326 Selain itu, al-Qur’an dapat pula digunakan untuk pengobatan fisik sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abî Syaibah berikut ini: ﷲا لﻮ ر ﺎ لﺎ ﷲا ر دﻮ ﷲا ﺪ ρ ﺎً عﺪ ﺎ بﺮ ا ﷲا لﺎ و بﺮ ﺪ ﺪ ذإ و ءﺎ ءﺎ ﺈ ﺎ د لﺎ ﺮ و ﻮ ذﻮ او ﺪ أ ﷲا ﻮه أﺮ و او ءﺎ ا ﻰ ﺔ ﺪ ا Dari Abdullâh bin Mas’ûd r.a. dia berkata: “Ketika Rasulullah saw. sedang salat, tepatnya ketika sujud, ada seekor kalajengking yang menyengat beliau. Beliaupun bersabda, ‘Semoga Allah melaknat kalajengking. Bahkan dia tidak membiarkan seorang nabi maupun orang lain untuk disengatnya.’ Kemudian beliau minta diambilkan sebuah wadah yang berisi air dan garam. Beliau meletakkan anggota tubuh yang terkena sengatan ke dalam larutan air dan garam tersebut, dan beliau membaca qul huwallâh ahad dan al-Mu’awwidzatain.” H.R. Ibn Abî Syaibah 327 Ada pula Hadis yang benar-benar mengisyaratkan bahwa al-Qur’an dapat digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit psikis. ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ ﷲا ر ρ ءاوﺪ ا ﺮ ناﺮ ا 328 Dari Ali r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Obat yang paling baik adalah al-Qur’an.” H.R. Ibn Mâjah Menurut Imam al-Ghazâlî w.505 H., ada sepuluh adab atau amalan batin yang harus diperhatikan dalam tilawah al-Qur’an, yaitu: 329 326 al-Nawawî, al-Adzkâr, h. 100 327 M. Usman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadist Nabi saw., h. 427-428 328 Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-Tibb Bâb al-Istisyfâ bi al-Qur’ân, no. Hadis 3501, h. 1158 329 Al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn, Juz 1, h. 281-289 231 a. Memahami kandungan dan ketinggian firman, karunia, dan kasih saying-Nya kepada makhluk-Nya dalam menurunkan al-Qur’an dari ‘arsy kemuliaan-Nya ke derajat pemahaman makhluk-Nya; b. Mengagungkan Mutakallim Allah; c. Menghadirkan hati dan meninggalkan bisikan jiwa; d. Mentadabburinya. Imam Ali berkata: ﺎﻬ ﺮ ﺪ ةءاﺮ و ﺎﻬ ةدﺎ ﺮ “Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak didasarkan kepada pemahaman dan membaca al-Qur’an yang tidak ditadabburi kandungannya.” e. Tafahum memahami secara mendalam, yaitu mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat; f. Meninggalkan hal-hal yang dapat menghalangi pemahaman; g. Takhsis yaitu menyadari bahwa dirinya merupakan sasaran yang dituju oleh setiap khitab nas yang ada dalam al-Qur’an h. Ta’atstsur mengimbas ke dalam hati, yaitu hatinya terimbas dengan berbagai pengaruh yang berbeda sesuai dengan beragamnya ayat yang dihayati; i. Taraqqi, yaitu meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mendengarkan kalam dari Allah bukan dari dirinya sendiri; dan j. Tabarri, yaitu melepaskan diri dari daya dan kekuatannya, dan memandang kepada dirinya dengan pandangan ri يha dan tazkiyah.

6. Zikir