Tangisan Ahli Kitab Saat Mendengar al-Qur’an

65 Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata: Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar. Mereka datang membawa baju gamisnya yang berlumuran dengan darah palsu. Ya`qub berkata: Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan yang buruk itu; maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan. Q.S. Yûsuf12:16-18 Dendam yang membara itu telah melalaikan mereka dari memperindah kebohongannya. Seandainya pikiran mereka tenang sejak pertama kali nabi Ya’qûb mengizinkan mereka membawa Yûsuf, niscaya mereka tidak akan berbuat begitu. Akan tetapi, mereka tergesa-gesa dan tidak sabar, mereka takut tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Begitulah, pembuatan cerita tentang serigala secara terang-terangan itu menunjukkan ketergesa-gesaan, padahal ayahnya kemarin sudah memperingatkan mereka tentang serigala itu. Maka, tidaklah wajar kalau mereka pergi pagi-pagi untuk meninggalkan Yusuf dimakan serigala yang kemarin mereka sudah diperingatkan oleh ayah mereka itu. Karena ketergesa-gesaan seperti ini, mereka datang dengan membawa baju gamis Yûsuf yang telah dilumuri darah secara tidak cermat. Sungguh nyata sekali dusta mereka sehingga disebut darah palsu dam kadzib, sebagaimana air mata mereka adalah air mata palsu atau dusta.

3. Tangisan Ahli Kitab Saat Mendengar al-Qur’an

al-Qur’an adalah kitab kebenaran. Seratus persen tanpa diselipi oleh keraguan sedikitpun, ia berasal dari Allah Yang Mahahaq lagi Mahabijaksana. Ia diwahyukan oleh Allah kepada Rasul dan Nabi pilihan-Nya, Muhammad saw. melalui malaikat Jibril. 66 ﺮ ﻜ نﺪ ﺎ اء ﻜ أ بﺎ آ ﺮ ا Alif Lâm Râ, inilah suatu kitab yang secara terperinci yang diturunkan dari sisi Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. QS.Hûd11:1 ﻜ نﺪ ناءﺮ ا ﻰ ﻚ إو Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi al-Qur’an dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. QS.al-Naml27:6 إ كﺎ رأ ﺎ و لﺰ ﺎ و ﺎ ﺰ أ ﺎ و اﺮ ﺬ و اﺮ Dan Kami turunkan al-Qur’an itu dengan sebenar-benarnya dan al- Qur’an itu telah turun dengan membawa kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. QS.al-Isrâ17:105 ا لﺰ نأ دﺎ ءﺎ ﻰ ﺮ أ حوﺮ ﺎ ﺔﻜ أ اورﺬ أ إ إ نﻮ ﺎ ﺎ أ Dia menurunkan para malaikat dengan membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan yang hak melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. QS.al- Nahl16:2 بﺎ ﻜ ا ﺎ يرﺪ آ ﺎ ﺎ ﺮ أ ﺎ ور ﻚ إ ﺎ وأ ﻚ ﺬآو و ا ﺎ دﺎ ءﺎ يﺪﻬ ارﻮ ﺎ ﻜ و نﺎ إ يﺪﻬ ﻚ إو طاﺮ ﻰ Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu al-Qur’an dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab Al Quran dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. QS.al-Syûrâ42:52 al-Qur’an adalah ruh Robbani yang dengannya, akal dan hati menjadi hidup. Ia juga merupakan dustur Ilahi yang mengatur kehidupan individu dan bangsa- bangsa. 67 Allah menurunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian- kejadian yang berlangsung, sehingga ia lebih melekat dalam hati, lebih dipahami oleh akal manusia, menuntaskan masalah-masalah dengan ayat-ayat Allah, memberikan jawaban atas pertanyaan. Juga untuk menguatkan hati Rasulullah saw. dalam menghadapi cobaan dan kesulitan yang dialami oleh beliau dan para sahabat. Allah swt. berfirman: ﻮ اوﺮ آ ﺬ ا لﺎ و ﻚ ﺬآ ةﺪ او ﺔ ناءﺮ ا لﺰ ﺮ ﺎ رو كداﺆ و إ ﻚ ﻮ ﺄ ﺎ كﺎ اﺮ أو Berkatalah orang-orang yang kafir: Mengapa al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil teratur dan benar. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. QS.al-Furqân25:32-33 Sebagai kitab kebenaran yang menjadi pedoman hidup, ia diperuntukkan bagi seluruh manusia. Allah menegaskan: تﺎ و سﺎ ىﺪه ناءﺮ ا لﺰ أ يﺬ ا نﺎ ر ﺮﻬ نﺎآ و ﺮﻬ ا ﻜ ﺪﻬ نﺎ ﺮ او ىﺪﻬ ا ﷲا ﺪ ﺮ ﺮ أ مﺎ أ ةﺪ ﺮ ﻰ وأ ﺎ ﺮ ا ﻜ و ﺮ اوﺮ ﻜ و ةﺪ ا اﻮ ﻜ و ﺮ ا ﻜ ﺪ ﺮ ﷲا آاﺪه ﺎ ﻰ نوﺮﻜ ﻜ و Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil. Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. QS.al-Baqarah2:185 68 اﺮ ﺬ ﺎ نﻮﻜ ﺪ ﻰ نﺎ ﺮ ا لﺰ يﺬ ا كرﺎ Maha Suci Allah yang telah menurunkan menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. QS.al-Furqân25:1 إ ﻮه نإ ﺎ ﺮآذ al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. QS.al- Takwîr81:27 al-Qur’an bukanlah suatu kitab yang hanya ditujukan bagi suatu bangsa, sementara yang lainnya tidak, tidak juga hanya untuk satu warna kulit manusia, atau satu wilayah tertentu, dan tidak juga hanya untuk satu jenis manusia. al-Qur’an tidak juga diperuntukkan hanya bagi kalangan rasionalis, sementara kalangan intuitif dan esoteris tidak disentuhnya, atau sebaliknya. al-Qur’an tidak hanya untuk kalangan rohaniawan, sementara kalangan materialis dibiarkan, dan begitu sebaliknya. al-Qur’an tidak hanya mementingkan kalangan individualis, sementara kalangan sosialis diabaikan. al-Qur’an tidak hanya bagi kalangan idealis, sementara kalangan realis tidak dihiraukan. al-Qur’an tidak hanya diberikan kepada kalangan penguasa, sementara rakyat banyak tidak dipedulikan. al-Qur’an tidak hanya untuk para konglomerat yang bergelimang dengan harta, sementara fakir miskin tidak disinggung. al-Qur’an tidak sekedar mementingkan kalangan pria, sedang para wanita dilepaskan. al-Qur’an adalah kitab bagi seluruh golongan manusia dan tuntunan bagi semua orang dari Allah Robbul ‘aalamiin. 69 al-Qur’an adalah cahaya yang Allah anugerahkan kepada umat manusia. Cahayanya dapat diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Mereka yang berilmu pengetahuan, boleh jadi akan mengakui kebenaran al-Qur’an 69 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Quran, Penerjemah Abdul hayyi al-Kattani Jakarta: Gema Insani Press1999, Cet. I, h. 98-99 69 dan beriman kepadanya karena ilmu yang dimilikinya. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam surat al-Hajj ayat 54: اﻮ ﺆ ﻚ ر ا أ ا اﻮ وأ ﺬ ا و نإو ﻬ ﻮ ﷲا طاﺮ ﻰ إ اﻮ اء ﺬ ا دﺎﻬ dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al- Quran itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. Allah juga menggambarkan tentang perilaku dan sikap ahli kitab terhadap al-Qur’an dan terhadap Nabi Muhammad saw. Memang banyak di antara mereka yang dikategorikan sebagai orang-orang fasik sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Maidah ayat 59 berikut ini: إ ﺎ نﻮ ه بﺎ ﻜ ا هأﺎ ﷲﺎ ﺎ اء نأ لﺰ أ ﺎ و نﻮ ﺎ آﺮ آأ نأو لﺰ أ ﺎ و ﺎ إ Katakanlah: Hai Ahli kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik? Namun, Dr.M.Quraish Shihab menjelaskan bahwa redaksi ayat di atas tidak meniscayakan bahwa semua ahli kitab memiliki karakteristik yang sama. 70 Lihat pula beberapa ayat berikut ini: ارﺎ آ ﻜ ﺎ إ ﺪ ﻜ ودﺮ ﻮ بﺎ ﻜ ا هأ ﺮ آ دو اﻮ ﺎ ا ﻬ ﺎ ﺪ ﻬ أ ﺪ اﺪ ﷲا ﺄ ﻰ اﻮ او ء آ ﻰ ا نإ ﺮ ﺄ ﺮ ﺪ Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah 70 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Penerbit Mizan, 1996, Cet. I, h. 354 70 mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS.al-Baqarah2:109 إ نﻮ ﺎ و ﻜ ﻮ ﻮ بﺎ ﻜ ا هأ ﺔ ﺎ تدو نوﺮ ﺎ و ﻬ أ Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka sebenarnya tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. QS. Ali Imran:69 بﺎ ﻜ ا اﻮ وأ ﺬ ا ﺎ ﺮ اﻮ نإ اﻮ اء ﺬ ا ﺎﻬ أﺎ ﺪ آودﺮ ﺮ ﺎآ ﻜ ﺎ إ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. QS. Ali ‘Imrân3:100 بﺎ ﻜ ا هأ و نإ ﻬ و ﻚ إ دﺆ رﺎ ﺄ نإ رﺎ ﺪ ﺄ إ ﻚ إ دﺆ ﻬ ﺄ ﻚ ذ ﺎ ﺎ د ﺎ ﺎ اﻮ ﺎ ا ﷲا ﻰ نﻮ ﻮ و ﻜ ا بﺬ نﻮ هو Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu Dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang umi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. QS.Ali Imrân3:75 أ بﺎ ﻜ ا هأ ءاﻮ اﻮ ﷲا تﺎ اء نﻮ ﺔ ﺎ ﺔ ءﺎ اء نوﺪ هو ا Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud sembahyang. QS.Ali Imrân3:113 إ ﺎ ﻜ ﻮ ﺎ رﺪ ءارو وأ ﺔ ىﺮ مﻮ ﻬ ﺄ ﻚ ذ ﻰ ﻬ ﻮ و ﺎ ﻬ ﺪ ﺪ ﻬ ﻬ ﺄ نﻮ 71 Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. QS.al- Hasyr59:14 Beberapa ayat di atas memberikan isyarat dan memberikan petunjuk kepada umat Islam bahwa kita tidak boleh menggeneralkan ahli kitab. Kita tidak boleh menganggap bahwa semua ahli kitab salah dan fasik. Bahkan dalam surat Ali Imran ayat 199 al-Qur’an menegaskan bahwa sebagian ahli kitab beriman kepada Allah dan al-Qur’an. ﷲﺎ ﺆ بﺎ ﻜ ا هأ نإو لﺰ أ ﺎ و ﻜ إ لﺰ أ ﺎ و ﷲ ﺎ ﻬ إ ﷲا تﺎ نوﺮ ﺎ ﻬ ﻚ وأ ﷲا نإ ﻬ ر ﺪ هﺮ أ بﺎ ا ﺮ Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan-nya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. QS.Ali ‘Imrân3:199 Tidak sedikit di antara ahli kitab yang secara tulus ikhlas mengakui kebenaran agama Islam dan memeluknya. Salah seorang yang populer di antara mereka adalah ‘Abdullâh bin Salâm w. 43 H.. al-Qurtûbî w. 567 H. dalam tafsirnya meriwayatkan, bahwa ketika turun firman Allah: ﺎ ﺮ نإو هءﺎ أ نﻮ ﺮ ﺎ آ ﻮ ﺮ بﺎ ﻜ ا هﺎ اء ﺬ ا نﻮ هو ا نﻮ ﻜ ﻬ Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Al Kitab Taurat dan Injil mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. QS. al-Baqarah2:146 72 Sayyidina ‘Umar r.a. w. 23 H. bertanya kepada Abdullâh bin Salâm: “Apakah engkau mengenal Muhammad sebagaimana engkau mengenal anakmu?” ‘Abdullâh menjawab: “Ya, bahkan lebih. Malaikat yang terpercaya turun dari langit kepada manusia yang terpercaya di bumi, menjelaskan sifat cirinya, maka kukenal dia; sedang anakku aku tidak tahu apa yang telah dilakukan ibunya.” 71 Sebagai Zat yang telah menurunkan al-Qur’an dan pemegang segala kekuasaan, Allah berhak untuk memberikan hidayah-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya QS.39:23, termasuk ahli kitab. Itulah sebabnya, ahli kitab yang tidak bersikap apriori kepada Nabi Muhammad saw. dan al-Qur’an, akan mengakui kebenaran yang dikandung oleh kitab suci tersebut. Bahkan, ketika sebagian rangkaian ayat-ayat kitab suci itu dibacakan, berlinanglah air mata mereka. Dalam surat al-Maidah ayat 83 Allah menyatakan: ﻬ أ ىﺮ لﻮ ﺮ ا ﻰ إ لﺰ أ ﺎ اﻮ اذإو ﺎ آﺎ ﺎ اء ﺎ ر نﻮ ﻮ ا اﻮ ﺮ ﺎ ﺪ ا ﺪهﺎ ا Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul Muhammad kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran al-Qur’an yang telah mereka ketahui dari kitab-kitab mereka sendiri; seraya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran al-Qur’an dan kenabian Muhammad saw. QS.al-Maidah5:83 Ayat di atas menjelaskan ayat sebelumnya 82 yang menyatakan bahwa orang Nasrani di zaman Rasulullah saw. lebih dekat kepada orang-orang mukmin daripada orang-orang Yahudi dan musyrik. Di antara mereka terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib yang masih bersih hatinya sehingga 71 Ibid, h. 358 73 ketika sebagian ayat al-Qur’an dilantunkan kepada mereka, merekapun menangis karena mengetahui dan menyadari bahwa itu adalah haq benar. Menurut Ibn ‘Abbâs r.a. w. 68 H., ayat ini turun berkenaan dengan Najasyi dan para koleganya ketika Ja’far bin Abî Tâlib w. 8 H. membacakan kepada mereka ayat-ayat al-Qur’an. Menurut Ibn ‘Abbâs w. 68 H., Rasulullah mengkhawatirkan para sahabatnya yang banyak menerima gangguan dari orang-orang musyrik di Mekah. Beliaupun mengutus Ja’far bin Abî Tâlib dan Ibn Mas’ûd w. 32 H.bersama rombongan untuk datang kepada Raja Najasyi. Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia Najasyi adalah seorang raja yang baik sâlih yang tidak pernah berbuat zalim terhadap seseorang. Pergilah kepadanya sehingga Allah akan memberikan kelapangan kepada kaum muslimin.” Ketika kaum muslimin ini tiba di Habsyah, Najasyi sangat menghormatinya. Najasyi bertanya kepada mereka: “Apakah kalian mengetahui sesuatu yang diturunkan kepada kalian?” Mereka menjawab: “Ya.” Selanjutnya beliau memerintahkan mereka untuk membacakan ayat- ayat al-Qur’an, sementara di sekitarnya hadir beberapa pendeta dan rahib. Setiap kali membacakan ayat al-Qur’an, berlinanglah air mata mereka karena mereka mengetahui bahwa itu adalah benar. 72 Ada pula riwayat yang diterima oleh Sa’îd bin Musayyab w.193 H., Abû Bakar bin Abdurrahmân, Hârits bin Hisyâm w. 15 H., dan ‘Urwah bin Zubair w. 94 H.. Mereka semua mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah mengutus ‘Amr bin Umayyah al-Damrî w. 59 H. membawa sepucuk surat kepada Najasyi. Ketika telah diterima oleh Najasyi, iapun membaca surat Rasulullah itu. Isi surat Rasulullah itu meminta kepada Najasyi agar berkenan memberikan perlindungan 72 al-Wâhidî, Asbâb al-Nuzûl, Beirût: Dâr al-Fikr, 1994, h.113 74 kepada sahabat-sahabat beliau yang datang ke negeri itu yang dipimpin oleh Ja’far bin Abî Tâlib w. 8 H. Setelah itu, Raja Najasyi meminta agar semua orang-orang muhajirin itu dipanggil, termasuk pimpinannya Ja’far. Kemudian, baginda meminta agar para pendeta dan rahib juga turut hadir dalam pertemuan itu. Ketika telah berkumpul, Baginda memerintahkan Ja’far agar membaca sebagian ayat-ayat al-Qur’an di hadapan para pendeta dan rahib. Ja’farpun membacakan surat Maryam. Mendengar surat Maryam yang dibacakan, berimanlah mereka semua sambil mencucurkan air mata. 73 Dalam riwayat lain yang mirip dengan riwayat di atas yang diterima dari Qatâdah w.117 H. disebutkan, bahwa orang-orang Quraisy tidak senang melihat kaum muslimin meminta perlindungan ke negeri Habsyah di bawah kekuasaan raja Najasyi. Merekapun mengutus dua orang utusan, yaitu ‘Amr bin ‘As w. 43 H. dan ‘Ummârah bin Wâlid untuk menghadap raja Najasyi. Utusan itu akan meminta kepada Baginda agar menyerahkan kaum Muhajirin kepada mereka untuk dibawa pulang ke Mekah. Akan tetapi, Najasyi tidak mau menuruti kedua utusan itu sebelum Baginda mendengar sendiri dari kaum muslimin, apa sebenarnya pendirian mereka terhadap Nabi baru itu. Ketika kaum muslimin dan kedua utusan Quraisy itu telah berkumpul di satu majlis, Najasyipun bertanya tentang Nabi baru itu. Ja’far bin Abî Tâlib w.8 H., sebagai ketua rombongan, menjawab, “Memang, kepada kami telah diutus seorang Nabi, sebagaimana yang juga pernah diutus kepada umat-umat sebelum kami. Dia telah menyeru kepada kami untuk beriman kepada Allah Yang Mahatunggal. Dia telah menyuruh kami berbuat ma’ruf. Dia telah 73 Hamka, Tafsir Al Azhar, Juzu 7, hal. 6; al-Tabarsî, Majma’ al-Bayân, , Juz 3, h. 384; Fakhruddîn al-Râzî, Mafâtîh al-Ghaib, Beirût: Dâr al-Fikr, 1985, Cet.III, Juz 12, h. 72 75 melarang kami berbuat kemunkaran. Dia telah memerintahkan kami supaya menghubungkan kasih sayang dan jangan memutuskannya. Dia telah memerintahkan kami memenuhi janji dan tidak mengingkarinya. Tetapi sayang sekali, kaum kami telah benci kepada kami lantaran itu sehingga kami diusir karena beriman kepadanya. Maka, kamipun memohon perlindungan kepada engkau. Itulah sebabnya, kami datang ke sini.” Mendengar itu, Najasyi terharu dan serta merta menyambutnya dengan baik. ‘Amr bin ‘As w. 43 H. tidak kehabisan akal. Iapun berkata dengan nada hasutan, “Mereka berkata tentang Isâ, berbeda sekali dengan yang kamu percayai.” Najasyipun bertanya kepada kaum Muhajirin. Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah, Rasul Allah, kalimat Allah, dan ruh-Nya. Ia dilahirkan oleh seorang perawan yang suci.” Najasyi menyambut: “Memang begitu, kalian tidak salah.” Lalu Baginda berkata kepada ‘Amr dan kawannya: “Kalau kalian bukan tamuku, niscaya telah aku hukum kalian.” Karena gagal, kedua utusan itu kembali ke Mekah dengan tangan hampa. Sementara Najasyi tertarik kepada Islam dan memeluknya. Ketika Ja’far akan kembali ke Madinah, karena Rasul juga telah hijrah ke Madinah, Najasyi Ashamah itu mengutus pula beberapa pendeta dan rahib dalam rangka mempererat silaturrahim dengan Rasulullah saw. Menurut riwayat Ibn Jarîr w.310 H. dan Ibn Abî Hâtim w.328 H. yang diterima dari al-Suddî w.127 H., jumlah utusan yang datang bersama Ja’far adalah dua belas orang, tujuh pendeta dan lima rahib. Ketika mereka telah hadir di majlis Rasulullah, 76 dibacakanlah sebagian ayat al-Qur’an. Mereka terharu dan menangis mendengarkannya, dan pada akhirnya memeluk Islam. 74 Riwayat-riwayat di atas, menandaskan bahwa Baginda Najasyi ataupun para pendeta dan rahib, telah menunjukkan sikap obyektif dalam menyikapi ayat-ayat al-Qur’an. Keterpesonaan kalbu mereka, tak dapat dipungkiri. Apa yang diinformasikan al-Qur’an, memang sesuai dengan kabar gembira yang mereka nanti-nanti tentang akan diutusnya Muhammad saw. Dengan linangan air mata tanda ketulusan, mereka beriman kepada al-Qur’an dan memeluk agama Islam, seraya berkata: “Robbanaa aamannaa faktubnaa ma’asy syaahidiin” Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi {atas kebenaran al-Qur’an dan kenabian Nabi Muhammad saw.}. 75 Menurut al-Syaikh ‘Ali al-Sâbûnî, tangisan yang terjadi pada diri mereka disebabkan rasa takut terhadap Allah karena kehalusan kalbu mereka serta pengaruh positif dari ayat-ayat al-Qur’an yang membekas dalam hati mereka. Tangisan seperti inilah tangisan positif yang dicintai dan diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Tangisan seperti inilah yang membuat neraka enggan untuk menyentuhnya apalagi membakarnya. Ada pula rangkaian ayat lain yang menggambarkan bahwa di antara ahli kitab ada yang mengakui kebenaran al-Qur’an. إ كﺎ رأ ﺎ و لﺰ ﺎ و ﺎ ﺰ أ ﺎ و اﺮ ﺬ و اﺮ ﺎ ﺰ و ﻜ ﻰ سﺎ ا ﻰ أﺮ ﺎ ﺮ ﺎ اءﺮ و ﺰ وأ اﻮ اء ﺬ ا نإ اﻮ ﺆ ا اﻮ وأ نوﺮ ﻬ ﻰ اذإ نﺎ ذ اﺪ نﺎآ نإ ﺎ ر نﺎ نﻮ ﻮ و ﻮ ﺎ ر ﺪ و نوﺮ و ﺎ ﻮ هﺪ ﺰ و نﻮﻜ نﺎ ذ 74 Hamka, Tafsir Al Azhar, Juzu 7, h. 7 75 Wahbah Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr, Juz 7, h. 9 77 Dan Kami turunkan al-Qur’an itu dengan sebenar-benarnya dan al- Qur’an itu telah turun dengan membawa kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanlah: Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman sama saja bagi Allah. Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,dan mereka berkata: Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. QS.al-Isrâ17:105-109 Ayat di atas juga menjelaskan bahwa ahli kitab yang berpengetahuan dan shalih yang berpegang teguh kepada kitab mereka, tidak mengganti dan mengubah-ubahnya, ketika kepada mereka dibacakan ayat-ayat al-Qur’an, maka hati mereka akan bergetar. Mereka segera sujud di atas bumi meletakkan wajah mereka, sebagai wujud pengagungan kepada Allah dan sebagai tanda syukur atas anugerah nikmat-Nya. Merekapun tidak mampu menahan deraian air mata dari bola matanya. Ayat-ayat al-Qur’an yang dibacakan itu telah menambah rasa takut khasy-yah dan rendah diri tawâ du’ mereka di hadapan Allah. 76 Menurut Mujâhid, di antara ahli kitab yang berperilaku seperti ini adalah Zaid bin ‘Amr bin Naufal dan Waraqah bin Naufal dari Mekah, serta ‘Abdullâh bin Salâm w. 43 H. dari Madinah. Mereka inilah orang-orang yang pandai dan bersih hatinya sehingga mau beriman kepada al-Qur’an. Zaid bin Naufal adalah seorang yang banyak melakukan pengembaraan, terutama ke negeri Syam, dan banyak bertanya. Meski ia belum memeluk suatu agama, namun ia mengakui dan meyakini bahwa Allah itu Esa dan ia sangat membenci penyembahan berhala. 76 ‘Ali al-Sâbûnî, Safwah al-Tafâsîr, Jilid 2, h. 179; Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azîm, Juz 3, h. 68; Wahbah Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr, Juz 15, h. 185 78 Waraqah bin Naufalpun telah mempelajari agama Nasrani sehingga ia mengetahui isi Injil. Dia telah mendapatkan intisari ajaran tauhid Nabi Isâ a.s. Oleh karena itu, ketika Siti Khadîjah keponakannya membawa Muhammad saw. menemuinya setelah mendapatkan wahyu melalui malaikat Jibril, serta merta ia mengatakan bahwa yang datang itu adalah namus, malaikat Jibril, atau Ruh Kudus, yang juga pernah datang kepada Musa dan Isa. Dia beriman kepada Muhammad saw. Dia juga mengatakan, bahwa kelak Muhammad saw. akan dimusuhi dan diusir dari negerinya. Andaikata ketika itu, dia masih ada, tentu ia akan membela Muhammad saw. Demikian tekad Waraqah bin Naufal. Sedangkan ‘Abdullâh bin Salâm w. 43 H. adalah seorang pendeta Yahudi Madinah yang berwawasan dan berpikiran luas. Ketika Rasulullah saw. mulai hijrah ke Madinah, ia menyelinap di antara kerumunan orang untuk memperhatikan dan mendengarkan pidato Rasulullah saw. yang pertama. Pidatonya tidak panjang dan tidak banyak bunga. Dia sungguh tertarik dan bersaksi “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Begitulah sikap orang-orang salih yang berilmu. Mereka dengar dan mereka sujud, sambil berkata, “Mahasuci Tuhan kami. Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.”ayat 108 Menurut Dr. Wahbah Zuhaili, sujud yang mereka lakukan ini, secara tidak langsung merupakan sindiran kepada orang-orang Jahiliyah dan orang-orang musyrik. Meskipun mereka Orang-orang Jahiliyah dan musyrikin tidak beriman kepada al-Qur’an, akan tetapi orang-orang pilihan dan para cendikiawan ahli kitab yang membaca kitab-kitab terdahulu, mengetahui tentang wahyu dan syari’at, mereka beriman dan membenarkannya. Mereka 79 yakin bahwa Muhammad saw. adalah nabi yang dijanjikan dalam kitab-kitab yang mereka baca. Mereka menyungkurkan wajah mereka, bersujud, menangis, dalam keadaan khusyu’ dan rendah diri karena takut kepada Allah, serta karena beriman dan membenarkan kitab dan Rasul-Nya. 77 Tangisan yang mereka tunjukan adalah tangisan terpuji yang disukai Allah dan rasul-Nya. dalam salah satu sabdanya, Rasulullah saw. bersabda: ﷲا لﻮ ر لﺎ سﺎ ا ρ نﺎ لﻮ ﷲا ﺔ ﻜ رﺎ ا ﺎ ﻬ سﺮ ﺎ و ﷲا 78 Dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka, yaitu: mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang begadang menjaga kemanan kaum muslimin di jalan allah.” HR al-Tirmidzî.

4. Tangisan Orang yang Berhalangan Berjihad