Menunaikan Zakat dan Gemar Bersedekah

208 besar yang membuatnya siap menerima ilmu pengetahuan dan hikmah, serta lebih memiliki jiwa patriotisme yang begitu kuat. Ritual salat memiliki pengaruh sangat penting dalam terapi perasaan bersalah atau berdosa yang menyebabkan rasa gundah dan menjadi penyebab utama penyakit jiwa. Hal ini bisa terjadi karena ritual salat bisa mengampuni dosa seseorang, membersihkan jiwa dari noda-noda kesalahan sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadis di atas, serta menimbulkan harapan mendapatkan maghfirah dan ridha Allah. 284 Untuk memperkuat pemahaman di atas, Ibn Qayyim al-Jauziyyah w. 751 H. berkata: Ritual salat bisa membuat hati menjadi bahagia dan tegar. Bahkan ritual salat juga bias membuat hati terasa lapang, bahagian, dan tentram. Dalam ritual salat terdapat interaksi hati maupun ruh dengan Allah. Hati dan ruh menjadi dekat dengan Allah ketika seseorang menegakkan salat. Dia akan merasakan nikmatnya berzikir, merasa nyaman bermunajat kepada Allah, dan merasa nikmat berada di hadapan-Nya. Dia akan menggunakan semua organ tubuhnya dan kekuatan yang dimilikinya untuk beribadah. Dia tidak akan larut dalam kesibukan dengan makhluk. Dia hanya akan memfokuskan kekuatan hatinya untuk menjalin hubungan dengan Tuhan yang telah menciptakannya. Dia akan terbebas dari bayangan musuhnya ketika sedang salat. Semua itu akan menjadi obat, jalan keluar, dan menu makanan yang sehat bagi hatinya. Tentu saja kondisi semacam itu hanya dialami oleh hati yang sehat. Adapun hati yang sakit, maka dia ibarat jasad yang sakit. Dia sama sekali tidak identik dengan hal-hal yang baik. Ibadah salat termasuk aktivitas yang paling berpotensi mendatangkan kemaslahatan dunia akhirat dan menolak kemudharatan dunia akhirat. Salat akan mencegah pelakunya dari perbuatan dosa, mendatangkan obat untuk hati, menghindarkan dari berbagai penyakit fisik, menyinari hati, menjernihkan muka, membuat organ tubuh menjadi semangat, mendatangkan rezki, menjauhkan perbuatan aniaya, akan mendorong pelakunya menolong orang yang teraniaya, berpotensi untuk meredam gejolak nafsu, memelihara kenikmatan, menjauhkan siksa, mendatangkan rahmat, dan menghilangkan kegundahan.” 285

2. Menunaikan Zakat dan Gemar Bersedekah

284 M. Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadist Nabi saw., Jakarta: Mustaqim, 2003, Cet. I, h. 403-404 285 Ibid, h. 408-409 209 Cinta terhadap harta benda sebagaimana yang disebutkan dalam surat Ali ‘Imrân ayat 14 merupakan fitrah asasi manusia. Jika naluri alamiah ini diiringi dengan pendidikan yang keliru, maka akan menumbuhkan penyakit hati yang tercela seperti bakhil atau kikir, mencemaskan masa depan, merasa kekurangan, ingin mencelakai orang lain, cinta kepada kekuasaan dan penguasa, dan sebagian penyakit seksual. Penyakit-penyakit ini terkadang berubah kea rah kebalikannya, seperti penyakit suka berlebih-lebihan atau boros. 286 Apalagi sifat kikir ini merupakan tabiat manusia sebagaimana firman Allah: ا تﺮ أو ا Manusia itu menurut tabiatnya kikir. QS. al-Nisâ4:128 Dalam berbagai teks keagamaan al-Qur’an dan Hadis ditemukan pernyataan-pernyataan yang mengecam dan mencela kekikiran ini dan sebaliknya memuji kedermawanan. Beberapa teks tersebut adalah: ﻰ او ﻰ أ ﺎ ﺄ ﻰ ﺎ قﺪ و ىﺮ ﺮ ﻰ او ﺎ أو ﻰ ﺎ بﺬآو ىﺮ ﺮ ىدﺮ اذإ ﺎ ﺎ و Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa,dan membenarkan adanya pahala yang terbaik surga, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. QS. al-Lail92:5-11 ﷲا اﻮ ﺎ اﺮ اﻮ أو اﻮ أو اﻮ او ا ﺎ ﻜ نﻮ ا ه ﻚ وﺄ قﻮ و Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang- orang yang beruntung. QS. al-Taghâbun64:16 286 Adnan Syarif, Psikologi Qurani, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002, Cet.I, ., h. 122 210 ﷲا ﺪ ﺮ ﺎ ﷲا لﻮ ر نأ ρ ا نﺈ ا اﻮ ا لﺎ ﻜ نﺎآ ﻚ هأ ا نﺈ ا اﻮ او ﺔ ﺎ ا مﻮ تﺎ ﻬ رﺎ اﻮ او هءﺎ د اﻮﻜ نأ ﻰ ﻬ 287 Dari Jâbir r.a. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kalian dengan kezaliman. Karena sesungguhnya kezaliman itu akan melahirkan kegelapan pada hari kiamat. Bertakwalah kepada Allah dengan menjauhi kikir. Karena sesungguhnya kikir itu telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian yaitu mereka menumpahkan darah-darah mereka dan menghalalkan yang diharamkan.” H.R. Muslim لﺄ ر نأ ﺎ ﻬ ﷲا ر صﺎ ا وﺮ ﷲا ﺪ ﷲا لﻮ ر ρ م ا أﺮ و مﺎ ا لﺎ ؟ﺮ م ا يأ فﺮ و ﺮ ﻰ 288 Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘As r.a. Ia berkata: Sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ajaran Islam manakah yang paling baik?” Rasul menjawab: “Engkau memberikan makan dan engkau ucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang belum engkau kenal.” H.R. al- Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd al-Nasâ’î dan Ibn Mâjah ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ مﻮ ﺎ ﺎ أ ﻬ ا ﺎ هﺪ أ لﻮ ن ﺰ نﺎﻜ إ دﺎ ا ﺎﻜ أ ﻬ ا ﺮ ا لﻮ و ﺎ ﺎ 289 Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah hamba-hamba berada di pagi hari melainkan akan tutun dua malaikat. Salah satu malaikat berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Dan malaikat yang lain berdo’a, ‘Ya Allah, berikanlah kehancuran kepada orang yang tidak berinfak.’” Muttafaq ‘alaih ا ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ ρ ﺮ ا لﺎ ا ﺪ ﺔ ا ﺮ سﺎ ا ﺮ ﷲا رﺎ . ﺪ او 287 Muslim, Sahîh Muslim, Juz 2, Kitâb al-Birr wa al-Silah wa al-Âdâb Bâb Tahrîm al- Zulm, h. 430 288 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 1, Kitâb al-Îmân Bâb It’âm al-Ta’âm min al-Islâm, h. 9 Juz 7, Kitâb al-Isti’dzân Bâb al-Salâm li al-Ma’rifah wa Ghair al-Ma’rifah, h. 128; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Îmân Bâb Bayân Tafâdul al-Islâm wa Ayy Umûrih Afdal, h. 37; Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 4, Kitâb al-Âdâb Bâb Ifsyâ al-Salâm, no. Hadis 5194, h. 350; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Îmân wa Syarâ’i’ih Bâb Ayy al-Islâm Khair, no. Hadis 5010, h. h. 801; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-At’imah Bâb It’âm al-Ta’âm, no. Hadis 3253, h. 1083 289 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 2, Kitâb al-Zakâh âb Wujûb al-Zakâh, h. 120; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitrâb al-Zakâh Bâb fî al-Munfiq wa al-Mumsik, h. 404; al- Nawawî, Riyâd al-Sâlihîn, Bâb al-karam wa al-Jûd wa al-Infâq fî Wujûh al-Khair Tsiqah bi al- Lâh, h. 245-251 211 رﺎ ا ﺮ ﺔ ا ﺪ سﺎ ا ﺪ ﷲا . هﺎ او ﺪ ﺎ ﷲا ﻰ إ أ ا 290 Dari Abû Hurairah r.a. dari Nabi saw. bersabda: Orang yang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang pemurah lebih dicintai oleh Allah ketimbang ahli ibadah yang kikir. H.R. al-Tirmidzî Kekikiran merupakan indikasi cinta dunia, sementara orang yang cinta dunia sehingga melupakan akhirat amat tercela dalam pandangan Allah dan Rasulullah. Yahyâ bin Mu’âdz pernah menyatakan: ﻰ ﻮ ا ﺮﻜ ﻰ إ ﺎﻬ ﺮﻜ نﺎ ا ﺮ ﺎ ﺪ ا ﺮ ﺎ ا ﺎ دﺎ , ﺮآذو ﷲا ﻰﻬ أ ﺎﻬ ﺎ أو ﺮ ﺎ ا ﻮﻬ ﺎ ﺎﻬ أ و . ﷲا ﺮآذ ا ﻬ اذإو دارأ ﺮ و نﺎ ا ﻜ . ا ﺮ ا ﻰ ﻬ و ﺮ ﺮ ا لﺎ أ ﺮ ﺮ ا ا . 291 Dunia adalah khamarnya setan. Siapa yang mabuk atau terbuai dengannya, maka dia tidak akan sadar kecuali saat kematian dating menjemput sambil menyesali dirinya di antara orang-orang yang merugi. Batas minimal keadaan orang cinta dunia adalah dia akan dilalaikan dari cinta kepada Allah dan mengingat-Nya. Siapa yang dilalaikan oleh hartanya maka dia termasuk kelompok orang yang merugi. Jika kalbu lalai dari mengingat Allah, maka setan akan bersemayam dan mengarahkan orang tersebut sekehendak setan.Dan di antara kecerdikankelicikan setan dalam kejahatan adalah bahwa dia membiarkan seseorang melakukan sebagian perbuatan baik untuk menumbuhkan sifat riya bangga pada orang itu bahwa ia mampu melakukan kebaikan itu. Di sinilah urgensi zakat dan infak atau sedekah memainkan peranannya dalam tazkiyatun nafs. Ia membersihkan jiwa dan hati manusia dari kekikiran dan kerakusan, serta pada saat yang bersamaan menanamkan cinta dan kasih sayang terhadap sesama. 290 al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 3, Abwâb al-Birr wa al-Silah Bâb Mâ Jâ’a fî al- Sakhâ, h. 231; Zain al-Dîn al-Malîbari, Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, Indonesia: Dâr Ihyâ al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.t, h. 40 291 Ahmad Farîd, al-Bahr al-Râ’iq fi al-Zuhd wa al-Raqâ’iq,T.tp.: Al-Maktabah at- Taufîqiyyah, t.t., h. 198 212 Cinta, kasih sayang, dan ucapan yang baik merupakan perkara yang penting dan mendasar demi kebaikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, Rasulullah saw. telah memberikan keteladanan yang luhur dalam perilaku kehidupan beliau sehari-hari. Seluruh perilaku beliau senantiasa dihiasi dengan cinta, kasih sayang, dan sikap welas asih kepada semua makhluk Allah. Beliau adalah orang yang teramat penyayang, baik kepada orang yang dekat maupun yang jauh. Beliau merasa senang bila melihat orang senang dan bahagia. Dan beliau akan merasa susah bila orang lain mengalami penderitaan dan kesusahan. Oleh karena itu, beliau akan memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain sesuai dengan kondisi orang tersebut. Pernah suatu ketika beliau mempercepat shalat karena mendengar tangisan. Beliau tidak ingin memberatkan ibu si bayi yang tengah ikut shalat bersamanya. Itulah sebabnya, beliau menganjurkan agar seseorang yang menjadi imam hendaknya meringankan salatnya. 292 Kasih sayang Rasulullah saw. salah satunya diwujudkan dalam kemurahan dan kedermawanan beliau terhadap sesama. Beliau dikenal sebagai makhluk Allah yang paling mulia dan paling dermawan. Telapaknya bak mendung yang banyak mengandung kebaikan dan tangannya bak hujan deras yang menurunkan kemurahannya, bahkan kemurahan beliau lebih cepat daripada angin yang bertiup. 293

3. Banyak Melakukan Ibadah Puasa