Tangisan Pembual Menangis dalam konsep hadis

61 dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan pasca kehidupan dunia, tidak disadari oleh mereka akan terbentang sebuah negeri luas tanpa batas dan kekal abadi. Sebagai biasnya, merekapun bertindak semau dan sekehendak mereka dengan memperturutkan ke mana hawa nafsu melangkah. Tersebab bergelimang dengan berbagai maksiat, hatinya telah tertutup sehingga tidak lagi mampu melihat dan membedakan antara yang hak dan yang batil.

2. Tangisan Pembual

59 Di dalam al-Qur’an, kisah Yûsuf a.s diceritakan cukup lengkap dalam sebuah surat yang juga dinamakan “Surat Yûsuf”. Yusuf bernama lengkap Yûsuf al-Sâdiq bin Ya’qûb al-Sâfî bin Ishâq bin Ibrâhîm. Beliau adalah seorang nabi yang kegantengannya diabadikan dalam al-Qur’an. Menurut riwayat Anas, Rasulullah saw. bersabda: “Yûsuf dan Ibunya telah diberikan sebagian dari keelokan.” Dalam riwayat lain diterangkan bahwa jika Yûsuf berjalan di jalan yang sempit di kota Mesir, terlihat wajahnya bersinar dan memantulkan cahaya ke dinding-dinding sekitarnya sebagaimana sinar mentari yang menerpa dinding. 60 Di dalam al-Qur’an, kisah Yûsuf diawali dengan mimpi yang dialaminya ketika ia berusia kurang lebih 12 tahun. 61 Dalam mimpinya itu, sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur’an, Yusuf melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, dan semuanya sujud di hadapannya. Menurut para ahli tafsir, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu Kasir, sesungguhnya ta’bir mimpi itu adalah bahwa sebelas bintang yang 59 Dalam istilah lain disebut dengan “Air Mata Buaya”. 60 al-Tsa’labî, Qisâs al-Anbiyâ, Beirût: Dâr al-Fikr, tth., Cet. IV, h.143 61 Ibid, h.147 62 dilihatnya adalah simbol saudara-saudaranya yang berjumlah sebelas orang. Sedangkan matahari dan bulan adalah simbol ibu dan ayahnya. Tafsiran seperti ini diterima dari Ibn ‘Abbâs w. 68 H., al-Dahhâk, Qatâdah w. 117 H., Sufyân al-Tsaurî w. 161 H., dan Abdurrahmân bin Zaid bin Aslam . Dan tafsir Yûsuf ini baru terwujud setelah 40 atau 80 tahun kemudian. 62 Mendengar mimpi anaknya tersebut, Nabi Ya’qûb meminta kepada Yûsuf agar tidak menceritakannya kepada saudara-saudaranya. Sebab, jika mereka mengetahui, niscaya mereka dengki dan akan berusaha mencelakakan Yûsuf. Menurut al-Tsa’labî w. 428 H., sejak mimpi itu dialami oleh Yûsuf, Nabi Ya’qûb sebagai ayahnya bertambah sayang, cinta, dan dekat dengannya. Kondisi ini menimbulkan kedengkian di hati saudara-saudaranya yang lain. Mereka berusaha memisahkan antara ayah Nabi Ya’qub dan anaknya Yûsuf agar kasih sayang mahabbah hanya ditumpahkan kepada mereka. 63 Di antara mereka ada yang mengusulkan agar Yûsuf dibunuh saja, dan setelah itu mereka akan menjadi orang-orang yang baik QS.12:9. Namun ada pula yang mengusulkan agar Yûsuf dimasukkan ke dalam sumur sehingga memungkinkan untuk dipungut oleh kafilah yang lewat dan dibawa jauh. Ternyata, usulan terakhir inilah yang disepakati. Setelah menyusun siasat busuknya, mereka pun memohon izin kepada ayah mereka, Ya’qûb, agar mengizinkan Yûsuf bermain bersama mereka. Mendengar keinginan putra-putranya, nabi Ya’qûb berkata: 62 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azîm, Juz 2, hal. 468 63 al-Tsa’labî, Qisâs al-Anbiyâ, h.143 63 ﺎ ل أو ﺬ ا آﺄ نأ فﺎ أو اﻮ هﺬ نأ ﺰ إ نﻮ ﺎ Berkata Ya’qûb; Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya. Q.S. Yûsuf12:13 Jawaban yang disampaikan Nabi Ya’qûb menambah kecemburuan mereka. Sesungguhnya mereka tidak dapat menyanggah dua alasan yang disampaikan oleh ayah mereka, yaitu kesedihan beliau karena ditinggalkan oleh putra tercinta Yûsuf, dan kekhawatiran Yusuf akan diterkam atau dimakan serigala. Untuk menjawab alasan kedua, mereka berkata: 64 نوﺮ ﺎ اذإ ﺎ إ ﺔ و ﺬ ا آأ اﻮ ﺎ Mereka berkata: Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan yang kuat, sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang- orang yang merugi. Q.S. Yûsuf12:14 Rupanya desakan anak-anaknya dapat meyakinkan Nabi Ya’qub. Merekapun pergi membawa Yûsuf untuk melaksanakan persekongkolan jahat. Namun, Allah memberitahukan ke dalam jiwa si anak Yûsuf bahwa itu hanya ujian yang akan berakhir, dan dia akan tetap hidup bahkan akan menceritakan kepada saudara- saudaranya itu tentang sikap dan tindakan mereka ini. 65 Pada ayat ke-15 tidak dijelaskan bagaimana mereka menjerumuskan Yûsuf. Namun diduga, bahwa sebelum Yusuf dilemparkan ke dalam sumur, terlebih dahulu mereka membuka bajunya .Baju itulah yang mereka bawa dan dijadikan sebagai bukti di hadapan ayah mereka. 66 64 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 1423 H.2002 M., Vol.6, h. 393 65 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: GIP, 2004, Cet.I, jilid 12, h. 229 66 Hamka, Tafsir Al Azhar, Jakarta:Pustaka Panjimas, 1985, Juzu XII, h. 195 64 al-Tabâtaba’î mengemukakan bahwa ayat 15 ketika sampai pada uraian “sepakat memasukkannya ke dasar sumur” berhenti sejenak, tidak menceritakan apa yang terjadi saat itu – sedih dan menyesal – karena telinga tidak mampu mendengar apa yang mereka lakukan terhadap anak tak berdosa itu. Padahal, merekapun tahu betapa besar cinta kasih ayah mereka terhadap Yusuf, calon nabi, putra para nabi. Sungguh terkutuk kedengkian yang membinasakan saudara di tangan saudara-saudaranya. 67 Setelah mereka melakukan kejahatan terhadap saudara mereka, maka kini mulailah mereka melakukan aksi penipuan dan kedustaan yang amat hina terhadap ayah kandung mereka sendiri, nabi Ya’qûb a.s. Setelah mereka menunggu cukup lama, merekapun datang kepada ayah mereka di malam hari saat gelap mulai tiba, sesaat setelah hilangnya mega merah, sisa-sisa cahaya matahari setelah tenggelam. Hal ini mereka lakukan agar aksi penipuan mereka melalui air muka yang dibuat-buat tidak terlihat jelas oleh ayah mereka. Demikian yang dijelaskan oleh sebagian ahli tafsir. 68 Mereka datang sambil menangis mengucurkan air mata dengan harapan ayah mereka akan mempercayai apa yang akan mereka sampaikan. Tentang hal ini, Allah menggambarkannya melalui firman-Nya: نﻮﻜ ءﺎ هﺎ أ اوءﺎ و ﺎ هذ ﺎ إ ﺎ ﺎ أﺎ اﻮ ﺎ ﻮ و ﺎ ﺆ أ ﺎ و ﺬ ا آﺄ ﺎ ﺎ ﺪ ﻮ ﺎ آﺮ و دﺎ ﺎ آ و ﻮ لﺎ بﺬآ مﺪ ﻰ اوءﺎ ﷲاو ﺮ اﺮ أ ﻜ أ ﻜ ﺎ ﻰ نﺎ ا نﻮ 67 M. Qurasih Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.6, h. 396 68 Ibid, h. 397-398; Wahbah Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr, Juz 12, h. 224 65 Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata: Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar. Mereka datang membawa baju gamisnya yang berlumuran dengan darah palsu. Ya`qub berkata: Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan yang buruk itu; maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan. Q.S. Yûsuf12:16-18 Dendam yang membara itu telah melalaikan mereka dari memperindah kebohongannya. Seandainya pikiran mereka tenang sejak pertama kali nabi Ya’qûb mengizinkan mereka membawa Yûsuf, niscaya mereka tidak akan berbuat begitu. Akan tetapi, mereka tergesa-gesa dan tidak sabar, mereka takut tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Begitulah, pembuatan cerita tentang serigala secara terang-terangan itu menunjukkan ketergesa-gesaan, padahal ayahnya kemarin sudah memperingatkan mereka tentang serigala itu. Maka, tidaklah wajar kalau mereka pergi pagi-pagi untuk meninggalkan Yusuf dimakan serigala yang kemarin mereka sudah diperingatkan oleh ayah mereka itu. Karena ketergesa-gesaan seperti ini, mereka datang dengan membawa baju gamis Yûsuf yang telah dilumuri darah secara tidak cermat. Sungguh nyata sekali dusta mereka sehingga disebut darah palsu dam kadzib, sebagaimana air mata mereka adalah air mata palsu atau dusta.

3. Tangisan Ahli Kitab Saat Mendengar al-Qur’an