Mengingat Kematian Menangis dalam konsep hadis

238 Tak ayal lagi, kegiatan memikirkan ciptaan Allah akan melahirkan ma’rifah kepada Sang Pencipta, keagungan, kemuliaan, dan kekuasaan-Nya. Semakin banyak seseorang mengetahui keajaiban ciptaan Allah, maka akan semakin sempurna pula pengetahuannya tentang kemuliaan dan keagungan-Nya. Dan pada akhirnya ia akan menyadari akan segala kelemahan dirinya sendiri sehingga tidak layak untuk bersikap angkuh dan sombong.

8. Mengingat Kematian

Suatu ketika Ibn ‘Umar r.a. w.73 H. mendatangi Rasulullah saw. bersama sepuluh orang sahabat lainnya. Lalu ada seorang sahabat dari kalangan Ansar yang datang, memberikan salam, dan bertanya: ﷲا لﻮ ر ﺎ ؟ أ ﺆ ا يأ “Siapakah orang mukmin yang paling utama?” Nabi menjawab: ﺎ ﻬ أ “Yang paling baik akhlaknya.” Lalu dia bertanya lagi: ؟ ْآأ ﻦْﻨ ْﺆ ْا يﺄ “Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Lalu Rasulullah menjawab: تﻮ هﺮ آأ اداﺪ إ ﺪ ﺎ ﻬ أو اﺮآذ . ﻚ وأ سﺎ آ ا 335 “Mukmin yang paling cerdas adalah mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapan untuk kehidupan sesudah kematian. Merekalah orang-orang yang cerdas.” H.R. Ibn Mâjah 335 Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitân al-Zuhd Bâb Dzikr al-Maut wa al-Isti’dâd lah, no. Hadis 4259, h. 1423. Al-‘Iraqi berkata: Selain diriwayatkan oleh Ibn Mâjah, Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibn Abi ad-Dunyâ dengan sanad yang bagus jayyid. Hadis ini juga disahihkan oleh al-Albânî. Lihat Ahmad Farîd, al-Bahr al-Râ’iq fî al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 194 239 Dalam hadis lain redaksinya adalah sebagai berikut: ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ سوأ داﺪ ﻰ أ ρ ناد ﻜ ا تﻮ ا ﺪ ﺎ و 336 “Orang yang cerdas adalah orang yang dapat mengendalikan nafsunya dan beramal sebagi persiapan bekal setelah kematian.” H.R. al-Tirmidzî, Ibn Mâjah, dan Ahmad Dalam realitas sehari-hari diketahui bahwa orang yang tenggelam dalam dunia, gandrung kepada tipu daya dan syahwatnya dapat dipastikan bahwa hati orang tersebut lalai dari mengingat kematian. Ia tidak mau mengingatnya, kalaupun diingatkan ia membencinya dan menghindari. Untuk orang-orang seperti ini Allah menegaskan: ﺈ نوﺮ يﺬ ا تﻮ ا نإ ﺎ ﻰ إ نودﺮ ﻜ نﻮ آ ﺎ ﻜ ةدﺎﻬ او ا Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.QS. al-Jumu’ah62:8 Ibn Qudâmah r.h. w.620 H. berkata: “Cinta dunia dan memperturutkan hawa nafsu serta kelezatannya, bila sudah membekas dalam hati, niscaya orang merasa berat meninggalkan dunia ini dan tak akan berpikir tentang mati.” Sedangkan orang yang arif senantiasa mengingat kematian karena kematian adalah janji pertemuannya dengan kekasihnya. Pecinta tidak akan pernah lupa sama sekali akan janji pertemuan dengan kekasihnya. Jadi, kematian yang tampaknya adalah kepunahan, pada hakikatnya adalah kelahiran yang kedua. Dia adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang kekal abadi. Tentang hal ini, al- Râghib al-Isfahânî w.502 H. berkata: 336 al-Tirmidzî Sunan al-Tirmidzî, Juz 4, Abwâb Sifah al-Qiyâmah, no. Hadis 2577, h. 54; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitân al-Zuhd Bâb Dzikr al-Maut wa al-Isti’dâd lah, no. Hadis 4260, h. 1423.Ahmad, al-Musnad, 4, h. 124; Ahmad Farîd, al-Bahr al-Râ’iq fî al-Zuhd wa al- Raqâ’iq, h. 150. Nilai Hadis ini hasan 240 “Kematian yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan merupakan sebab yang mengantarkan manusia menuju kenikmatan yang abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana diriwayatkan bahwa, ‘Sesungguhnya kalian diciptakan untuk hidup abadi, tetapi kalian haruslah berpindah dari satu negeri ke negeri lain, sehingga kalian menetap di satu tempat.’ 337 Untuk kehidupan jangka panjang tersebut, Allah mengingatkan bahwa kehidupan itu jauh lebih baik daripada kehidupan dunia melalui firman-firman- Nya berikut ini: او ﺎ ﺪ ا عﺎ و ﻰ ا ﺮ ةﺮ نﻮ ...Katakanlah: Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.QS.al-Nisâ4:77 ﷲا اوﺮ ا ﻜ اذإ ﻜ ﺎ اﻮ اء ﺬ ا ﺎﻬ أﺎ ﺎ ا ا ﻰ إ ا ﺎ ﺪ ا ةﺎ ﺎ رأ ضر ةﺎ ا عﺎ ﺎ ةﺮ ا ﺎ ﺪ ا إ ةﺮ Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: Berangkatlah untuk berperang pada jalan Allah kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit. QS.al-Taubah9:38 إ ﺎ ﺪ ا ةﺎ ا ﺬه ﺎ و ا راﺪ ا نإو و ﻮﻬ ﻬ ةﺮ نﻮ اﻮ ﺎآ ﻮ ناﻮ ا Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. QS. al-Ankabût29:64 و ا ﻚ ﺮ ةﺮ ﻰ و dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. QS. al- Duhâ93:4 Ayat-ayat tersebut sesungguhnya sekaligus memerintahkan kepada umat manusia untuk banyak mengingat kematian yang dapat memotivasi seseorang 337 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h. 73 241 untuk memperbanyak amal saleh. Rasulullah saw. sendiri dalam beberapa sabdanya mengingatkan: ﷲا لﻮ ر لﺎ لﺎ ةﺮ ﺮه أ ρ تاﺬ ا مذﺎه ﺮآذ اوﺮ آأ ﻮ ا ت 338 Dari Abû Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perbanyaklah untuk mengingat pemutus kenikmatan” yaitu kematian. H.R. al- Tirmidzî, al-Nasâ’î, Ibn Mâjah, dan Ahmad ا صﺎ ا وﺮ ﷲا ﺪ ρ لﺎ ﺔ تﻮ ا ﺆ ا 339 Dari Abdullâh bin ‘Amr bin al-‘As dari Nabi saw. beliau bersabda: “Hadiah orang mukmin adalah kematian.” H.R. Abu ad-Dunyâ, al-Tabarânî, dan al-Hâkim ْ ﻜ ةرﺎ آ تْﻮ ْا Kematian dapat meleburkan kafarat dosa bagi setiap muslim.” H.R. Ab ū Nu’aim dalam “al-Hilyah”, al-Baihaqî dalam “al-Syu’ab” dan al-Khatîb dalam “al-Târîkh” dari Anas r.a. Banyak mengingat kematian sebagaimana yang dianjurkan oleh agama dapat menjadi media penyucian diri. Sebab, ia dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada Allah di dunia sebagai bekal di akhirat kelak. Bukankah Allah juga menyatakan: ﺮ ﺪ ء آ ﻰ ﻮهو ﻚ ا ﺪ يﺬ ا كرﺎ يﺬ ا ﺎ او تﻮ ا أ ﻜ أ آﻮ ة رﻮ ا ﺰ ﺰ ا ﻮهو Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.QS.al-Mulk67:1-2 338 Al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 3, Abwâb al-Zuhd Bâb Mâ Jâ fî Dzikr al-Maut, no. Hadis 2409, h. 378-379; al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Kitâb al-Janâ’iz Bâb Katsrah Dzikr al- Maut, no. Hadis 1821, h. 311-312; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 2, Kitâb al-Zuhd Bâb Dzikr al-Maut wa al-Isti’dâd lah, no. Hadis 4258, h. 1422; Ahmad, al-Musnad, Juz 2, h. 293; al- Nawawî, Riyâd al- Sâlihîn, Bâb Dzikr al-Maut wa Qasr al-Amal, h. 258-259; Sa’id Hawwa, Mensucikan Jiwa, h.123; kualitas hadis ini hasan. 339 Ahmad Farid, al-Bahr al-Râ’iq fî al-Zuhd wa al-Raqâ’iq, h. 331 242 Setiap manusia harus menyadari bahwa kematian adalah misteri. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan dan di bumi belahan mana ia akan meninggalkan dunia yang fana ini QS.31:34; 7:34. Itulah sebabnya, orang-orang salih akan senantiasa mempersiapkan diri dengan selalu berzikir dan beramal salih agar tidak kaget saat kematian datang menjemput. Dari sini pula menjadi wajar, jika banyak ditemukan riwayat mengenai orang-orang shalih yang dalam hidupnya banyak mengingat kematian. al-Rabi’ bin al-Khaitsam pernah berkata: “Tidak ada hal ghaib yang dinantikan dan lebih baik bagi orang mukmin selain dari kematian.” 340 ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azîz w.101 H. biasa mengumpulkan para fuqaha setiap malam untuk mengingatkan kematian, hari kiamat, dan akhirat. Lalu mereka menangis seolah-olah di hadapan mereka terdapat jenazah. Pada suatu ketika beliau ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azîz berkata kepada sebagian ulama: “Nasehatilah aku” Ulama itu berkata: “Engkau bukanlah khalifah yang pertama kali mati.” Beliau berkata lagi: “Tambahlah nasehat lagi” Ulama itu berkata: “Dari nenek moyangmu hingga Nabi Adam, tidak ada seorangpun kecuali merasakan kematian. Sementara itu giliranmupun telah tiba.” Kemudian, Umarpun menangis mendengar nasehat tersebut. 341

9. Saling menolong dan Saling Menyayangi