196 Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan kematian ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?
Menurut Syaikh ‘Ali al-Sâbûnî, ayat di atas merupakan larangan Allah agar orang-orang mukmin tidak bersikap sama dengan orang-orang munafik yang
terpedaya oleh harta dan anak sehingga melalaikan mereka dari taat dan ibadah kepada Allah, meninggalkan kewajiban salat, zakat, dan haji.
262
Bagi orang-orang salih, apa yang ada di sisi Allah jauh lebih berharga dan tiada bandingannya. Allah berfirman:
ﺪ ﺮ تﺎ ﺎ ا تﺎ ﺎ او ﺎ ﺪ ا ةﺎ ا ﺔ ز نﻮ او لﺎ ا أ ﺮ و ﺎ اﻮ ﻚ ر
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan- amalan yang kekal lagi salih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan. QS. al-Kahfi18:46
13. Gemar BerinfakSedekah
Sebagai tindak lanjut dari poin di atas, orang-orang salehpun membuktikannya dengan gemar berinfak dan bersedekah kepada orang-orang
yang membutuhkan. Harta benda sebagai anugerah Allah adalah titipan dan amanah yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan agama dan masyarakat
umum. Nabi Muhammad saw. adalah teladan yang luar biasa dalam masalah ini.
Ia pernah memberikan ratusan ekor unta kepada beberapa orang. Seusai perang Hunain, ia melimpahkan kemurahannya yang luar biasa. Ia memberikan untuk
262
Ali al-Sâbûnî, Safwah al-Tafâsîr, Jilid 3, h. 387
197 Abû Sufyân bin Harb w.33 H. 40 kati perak dan 100 ekor unta, demikian pula
untuk Yazîd dan Mu’âwiyah. Kepada Hâkim bin Hizâm w.54 H. diberikannya sebanyak 200 ekor unta. Selanjutnya beliau memberikan untuk Nazar bin Harits
100 ekor unta. Demikian pula halnya kepada Usaid bin Jâriyah, Hârits bin Hisyâm, Safwân bin Umayyah w.42 H., Qais bin ‘Adi, Suhail bin ‘Amr w. 37
H., dan lain-lain.
263
Kedermawanan ini juga ditunjukkan oleh istri beliau, ‘Aisyah r.a. w.57 H. Suatu ketika, Mu’âwiyah ibn Abî Sufyân mengirimkan uang kepada ‘Aisyah
r.a. sebanyak 80.000 dirham. Kala itu ‘Aisyah r.a. sedang berpuasa dan mengenakan pakaian yang sudah usang. Ketika menerima uang tersebut, dia
segera memberikannya kepada fakir miskin tanpa sisa sedikitpun. Melihat kenyataan ini, pembantunya mengomentari, “Ya Ummul Mukminin, kenapa kita
tidak menyisakan uang tadi barang satu dirham untuk membeli daging yang bisa kita gunakan untuk berbuka?” ‘Aisyah r.a. menjawab, “Wahai Anakku
Seandainya dari tadi engkau mengingatkan, maka hal itu akan saya lakukan.”
264
Dan masih banyak lagi contoh-contoh seperti ini yang ditunjukkan oleh orang-orang salih dari kalangan sahabat, tabiin, tabiit tabiin, dan yang lainnya.
14. Teladan Umat yang Patuh pada Allah dan Bersikap Hanif
Ketika Allah menegaskan bahwa nabi Ibrâhîm adalah termasuk orang yang salih QS.16:122, pada ayat sebelumnya QS.16:120, Allah menegaskan
bahwa beliau adalah seorang imam yang dapat dijadikan sebagai teladan yang
263
Idrus Shahab, Sesungguhnya Dialah Muhammad, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004, Cet.III, h. 238-239
264
Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, Penerjemah Jazirotul Islamiyah Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003, Cet.VII, h. 243
198 patuh kepada Allah dan hanif selalu berpegang teguh kepada kebenaran dan tidak
pernah meninggalkannya.
آﺮ ا ﻚ و ﺎ ﺎ ﺎ ﺔ أ نﺎآ هاﺮ إ نإ اﺮآﺎ
ا طاﺮ ﻰ إ اﺪهو ﺎ
ﺎ ﺪ ا ﺎ اءو ا إو ﺔ
ﺎ ا ةﺮ ا نأ ﻚ إ ﺎ وأ
آﺮ ا نﺎآ ﺎ و ﺎ هاﺮ إ ﺔ ا
ﺎ إ ﻰ
اﻮ ﺎآ ﺎ ﺔ ﺎ ا مﻮ ﻬ ﻜ ﻚ ر نإو اﻮ ا ﺬ ا نﻮ
Sesungguhnya Ibrâhîm adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-
orang yang mempersekutukan Tuhan, lagi yang mensyukuri ni`mat-ni`mat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami
berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu
Muhammad: Ikutilah agama Ibrâhîm seorang yang hanif. dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya diwajibkan
menghormati hari Sabtu atas orang-orang Yahudi yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari
kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu. QS. al-Nahl:120-124
Menurut Imam Ibn Katsîr w.774 H., kata “ummah” pada ayat di atas bermakna “imam yang diikuti”. Atau menurut Syaikh ‘Alî al-Sâbûnî adalah imam
yang menjadi teladan qudwah yang menghimpun berbagai kebaikan. Sedang kata “qanit’ artinya “khusyu dan patuh kepada Allah serta melaksanakan segala
perintah-Nya”. Adapun “hanif” bermakna “berpaling dari syirik untuk bertauhid kepada Allah”. Atau “meninggalkan segala bentuk agama batil dan cenderung
kepada agama yang hak, yaitu Islam.
265
Pada ayat lain, ketika Allah menyatakan bahwa nabi Ibrâhîm a.s., Ishâq a.s., dan Ya’qûb a.s. adalah orang-orang salih, Allah menegaskan bahwa mereka
adalah pemimpin-pemimpin a’immah yang memberikan petunjuk:
265
Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azîm, Juz 2, h.590; ‘Ali al-Sâbûnî, Safwah al-Tafâsîr, Jilid 2, h. 148
199 Dan Kami telah memberikan kepadanya Ibrâhîm Ishâq dan Ya`qûb,
sebagai suatu anugerah daripada Kami. Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang salih. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, dan kepada Lut, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia
dari azab yang telah menimpa penduduk kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, QS. al-Anbiyâ21:72-
74
Menurut Imam al-Tabarsî w.548 H., mereka adalah pemimpin-pemimpin yang diikuti dalam perbuatan dan perkataan mereka, serta menunjukkan manusia
ke jalan yang benar dan agama yang lurus.
266
Orang-orang salih adalah teladan dan pelopor kebaikan di tengah masyarakat. Sebagai pelanjut dari risalah kenabian, orang-orang saleh harus
menunjukkan bahwa Islam adalah “rahmah li al-‘âlamîn”. Segala perkataan, perbuatan, dan tindak-tanduknya mencerminkan jati diri muslim sejati sehingga
layak untuk diteladani. Dalam realitas hidup, kebutuhan masyarakat terhadap figur seorang teladan
merupakan keniscayaan. Ketika tidak ditemukan figur teladan dalam kehidupan karena tidak seiramanya antara ucapan dengan perbuatan seseorang, betapapun
masyarakat menjadi kehilangan pegangan. Sebab, al-Qur’an akan menjadi hidup dan bermakna jika ada orang-orang yang mengamalkan atau mengimplementasikan ayat-
ayatnya dalam kehidupan. Jika demikian, maka kehidupan akan menjadi carut-marut dan tidak tentu arah. Di sinilah arti penting keberadaan orang-orang saleh yang dapat
membimbing dan mengarahkan manusia menuju jalan kebenaran yang diridhai oleh Allah swt.
B. Menyucikan Hati sebagai Upaya Membiasakan Menangis
266
al-Tabarsî, Majma’ al-Bayân, Juz 8, h. 88
200 Setelah diketahui bahwa menangis merupakan salah satu karakteristik atau
bahkan akhlak orang-orang salih, maka yang menjadi persoalan selanjutnya adalah bagaimanakah caranya agar tradisi menangis ini dapat menyatu dan menghiasi hari-
hari keberagamaan umat Islam? Maka jawabnya adalah hati atau jiwa yang bersih. Hati adalah mahkota
manusia. Suasana hatilah yang akan menggerakan segenap indera manusia untuk melakukan berbagai aktivitas. Hati akan menjadi komando bagi setiap anggota tubuh
untuk berbuat dan bertindak. Kebeningan hati akan memudahkan setiap orang untuk berada dalam suasana khusyu saat ayat-ayat al-Qur’an dilantunkan. Kebersihan hati
akan menyebabkan seseorang patuh dan pasrah secara total saat mendapatkan nasehat keagamaan. Kesucian hati akan menghantarkan seseorang untuk selalu berempati saat
melihat penderitaan saudaranya. Allah menegaskan dalam surat al-A’lâ:
ﺪ ا
ﺰ آ
ﻰ
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri dengan beriman. QS.al-‘A’lâ87:14
267
Menurut Hadis yang sahih, Nabi Muhammad saw. senantiasa membaca surat al-A’lâ pada raka’at pertama shalat ‘idain.
268
Demikian pula halnya yang dilakukan Imam ‘Ali, sehingga ada orang munafik yang menuduh beliau tidak pandai membaca
al-Qur’an. Menjawab hal ini Imam ‘Ali r.a. w.40 H. berkata: “Seandainya orang tahu apa yang terdapat dalam surat a-A’lâ, niscaya ia akan membacanya dua puluh
kali sehari.”
269
Hati atau jiwa mempunyai fitrah untuk menjadi kotor apabila manusianya melakukan kejahatan. Namun, jiwa atau hati juga siap membawa manusia untuk
267
Lihat pula dalam surat al-Syams91:7-10
268
al-Nawawî, Al-Adzkâr, hal.46
269
Jalaluddin Rakhmat, Meraih Cinta Ilahi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, Cet.III, hal.153
201 bertakwa dan menjadi manusia shalih. Dalam sebuah Hadis sahih, Rasulullah
menyatakan bahwa dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan jika ia buruk maka buruk
pula seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah qalb hati.
270
Hati adalah sebuah kuil yang ditempatkan Allah dalam diri setiap manusia, sebuah kuil untuk menampung percikan cahaya Ilahi. Hati juga bagaikan
sebuah cermin mengkilap yang dapat memantulkan rahasia-rahasia Ilahi. Kebersihan dan kebeningan hati akan memancarkan dan mewujudkan amaliah
yang menyejukkan dan menentramkan manusia. Namun sebaliknya, kekotoran hati akan menimbulkan perilaku-perilaku sesat yang meresahkan masyarakat.
Semuanya sangat tergantung dari penataan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh setiap individu.
Ketika seorang individu melakukan satu kemaksiatan, maka menurut Rasulullah saw., ia telah menciptakan satu titik hitam dalam hatinya. Jika ia tidak
bertaubat dan perbuatan dosa semakin banyak dilakukan, maka titik-titik hitam itu akan menutupi kesucian hati yang pada akhirnya ia tidak lagi dapat membedakan
antara yang hak dan yang batil, yang baik dan yang buruk. Jika ia seorang penguasa, maka dengan kekuasaaannya, ia tidak segan-
segan melakukan tindakan represif, zalim, dan tiranik demi mempertahankan kekuasaannya. Jika ia seorang yang berharta, maka ia tidak segan-segan
mengeluarkannya untuk beragam kemaksiatan, berzina, berjudi, berfoya-foya dan lain-lain, serta menumpuk-numpuk dengan cara batil dan menghitungnya laksana
Qarun yang rakus. Jika ia sebagai orang yang kuat, iapun tidak merasa risih untuk
270
Hadis diriwayatkan oleh Imam al-Bukhârî Imam Muslim. Lihat al-Nawawî, Matan al-Arba’în al-Nawawiyyah, Surabaya: Bungkul Indah, t.t., hal.19-20
202 menekan dan menindas kaum dhu’afa yang tertindas tanpa belas kasihan laksana
binatang buas. Dekadensi akhlak akibat kekeruhan dan kekotoran hati sehingga tidak
mampu menangkap pesan-pesan moral al-Qur’an telah menciptakan tatanan kehidupan yang rusak dan amburadul. Penipuan, penyuapan, kecurangan,
kelaliman, perzinaan, pergaulan bebas, dan berbagai kemaksiatan masyarakat menjadi pemandangan rutin sehari-hari. Semua orang tidak peduli dan tidak
menghiraukan dengan situasi yang terjadi. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar tidak lagi menjadi pilar hidup bermasyarakat. Situasi ini teramat menyesakkan
pandangan mata dan hati. Tidak ada lagi keadilan yang diharapkan. Tidak ada lagi penghormatan terhadap orang-orang tua dan jompo. Tidak ada lagi kepedulian
sosial terhadap orang lemah di masyarakat.
271
Di sinilah peranan al-Qur’an menjadi amat dibutuhkan. Karena di antara dimensi pokok risalah Nabi Muhammad saw. adalah membersihkan hati dan jiwa
manusia yang menjadi sumber kekuatan moral. Perhatikanlah ayat di bawah ini: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab al-Qur’an dan al-Hikmah al-Sunah serta
menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”QS.al-Baqarah2:129
272
Oleh karena itu, tugas Nabi saw. terhadap bangsa Arab ketika itu ada dua, yaitu;
1. Membersihkan akal mereka dari kemusyrikan dan kebatilan, membersihkan hati mereka dari kekerasan jahiliyah, membersihkan keinginan mereka dari
syahwat binatang, dan membersihkan perilaku mereka dari perbuatan- perbuatan kotor.
271
Harun Yahya, Moralitas Al-Qur’an, Jakarta: Robbani Press, 2002, hal.35
272
Lihat juga dalam QS.2al-Baqarah:151; QS.3Ali ‘Imrân:164; dan QS.al-Jumu’ah;2
203 2. Mengembangkan akal mereka dengan ilmu pengetahuan dan hati mereka
dengan keimanan sehingga kehendak hati mereka mengarah kepada amal saleh, kebaikan, dan akhlak karimah.
273
Orang-orang yang suci hatinya adalah orang-orang yang hanya mengabdi kepada Allah. Mereka senantiasa mensucikan dan mengagungkan-Nya seraya
berusaha untuk mencontoh sifat-sifat yang Allah miliki. Orang-orang yang suci hatinya adalah orang-orang yang mengenal hak-hak orang lain. Mereka akan
selalu berusaha bersikap adil kepada siapapun, karena adil adalah sifat Tuhan yang dijadikan sebagai idea moral dalam al-Qur’an.
274
Orang-orang yang suci hatinya adalah orang-orang yang mencintai Allah dan mencintai makhluk-Nya.
Singkatnya, Orang-orang yang suci hatinya adalah orang-orang salih yang senantiasa memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Mereka memiliki
hubungan yang baik dengan Allah silah billâh dan juga baik dengan sesama silah bi al-nâs.
Dalam pandangan al-Qur’an dan Hadis, ada beberapa hal yang menjadi sarana penyucian hati, yaitu:
1. Menegakkan salat dengan khusyu secara disiplin.
Manusia diperintahkan untuk teguh melaksanakan salat dan berdiri di hadapan Tuhan dengan khusyu
او تاﻮ ا ﻰ اﻮ ﺎ ﷲ اﻮ ﻮ و ﻰ ﻮ ا ة
ﺎ
Peliharalah segala salat mu, dan peliharalah salat wustâ. Berdirilah karena Allah dalam salatmu dengan khusyu`. QS.al-Baqarah2:238
273
Yusuf Qaradhawi, Interaksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema insani Press, 1999, cet.I, hal. 139-140
274
M.M.Syarif,M.A., Advent of Islam, Fundamental Teaching of The Qur’an terj., Bandung: Penerbit Mizan, 1997, cet.VIII, hal.42
204 Menurut al-Syaikh ‘Alî al-Sâbûnî, makna “waqûmû lillâhi qânitîn” adalah
langgengkanlah ibadah dan ketaatan yaitu shalat dengan khusyu dan tunduk.
275
Khusyu dalam salat, ditegaskan oleh Allah sebagai salah satu karakteristik orang- orang yang beruntung.
نﻮ ﺆ ا أ ﺪ ﺬ ا
ه نﻮ ﺎ ﻬ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang- orang yang khusyu` dalam salatnya, QS. al-Mu’minûn23:1-2
Salat merupakan sarana terbesar dalam tazkiyah al-nafs. Ia adalah sarana dan sekaligus tujuan. Ia mempertajam makna-makna ubudiyah, tauhid, dan
syukur. Ia adalah zikir, gerakan berdiri, ruku, sujud, dan duduk. Penegakannya dapat memusnahkan bibit-bibit kesombongan dan pembangkangan kepada Allah,
di samping merupakan pengakuan terhadap rububiyah dan hak pengaturan. Penegakkannya secara sempurna juga akan dapat memusnahkan bibit-bibit ujub
dan ghurur, bahkan semua bentuk kemungkaran dan kekejian.
276
ا أو بﺎ ﻜ ا ﻚ إ وأ ﺎ ا ﻮ
ا نإ ة ﻮ
ﻰﻬ ة ﷲا ﺮآﺬ و ﺮﻜ او ءﺎ
ا ﷲاو ﺮ آأ
نﻮ ﺎ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab al-Qur’an dan dirikanlah salat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah salat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. QS. al-‘Ankabût29:45
Salat yang berfungsi sebagai sarana tazkiyah al-nafs adalah salat yang ditegakkan dengan kekhusyuan, yaitu yang dilaksanakan dengan kesadaran dan
kehadiran hati hudûr al-qalb. Rasulullah saw. menegaskan:
إ ﷲا ددﺰ ﺮﻜ او ءﺎ ا
ﻬ اﺪ
275
‘Alî al-Sâbûnî, Safwah al-Tafâsîr, Jilid I, h. 154
276
Sa’id Hawwa, Mensucikan Jiwa, Jakarta: Robbani Press, 2003, Cet.ke-3, h. 33
205 “Siapa yang salatnya tidak dapat mencegah dari perbuatan keji dan
munkar, hal itu hanya menambah jauh dirinya dari Allah.”
277
Imam al-Ghazâlî w. 505 H. menegaskan bahwa salat orang yang lalai al-ghâfil tidak dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Berikut ini beberapa sabda Rasulullah saw. yang menyebutkan berbagai keistimewaan salat, yaitu:
لﺎ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ
ﷲا لﻮ ر ρ
لﻮ ه تاﺮ
مﻮ آ آﺪ أ بﺎ اﺮﻬ نأﻮ أرأ
ء رد ه اﻮ ﺎ
رد ﻰ لﺎ
ﻚ ﺬ ﷲا ﻮ
ا تاﻮ ا ﺎ ﺎ
ا ﻬ .
278
Dari Abû Hurairah ra. Ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana pendapatmu seandainya seseorang mandi setiap hari lima
kali di sungai yang terletak di depan rumahnya. Apakah pada tubuhnya tersisa kotoran?” Mereka menjawab: “Tidak tersisa di tubuhnya sedikitpun kotoran.”
Lalu beliau bersabda: “Itulah perumpamaan salat lima waktu. Dengan salat tersebut Allah menghapuskan segala kesalahan seseorang.” H.R. al- Bukhârî,
Muslim, al-Tirmidzî, al-Nasâ’î, Ibn Mâjah, Ahmad, dan al-Dârimî
ﷲا لﻮ ر نأ ﷲا
ر ةﺮ ﺮه أ ρ
ة ا لﺎ
ﺮ ﺎ ﻜ ا ﺎ ﺎ ﻬ ﺎ ةرﺎ آ ﺔ
ا ﻰ إ ﺔ او
ا
279
Dari Abû Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Salat lima waktu dan satu Jumat ke Jumat yang lain dapat menghapuskan dosa yang terjadi di
antaranya selama tidak melakukan dosa besar.” H.R. Muslim
ﷲا لﻮ ر لﺎ ﷲا
ر نﺎ نﺎ ρ
ﺎ لﻮ ﺮ
ئﺮ ا ﺎﻬ ﻮ و ﺎهءﻮ و
ﺔ ﻮ ﻜ ة ﻚ ذو ةﺮ آ تﺆ ﺎ بﻮ ﺬ ا ﺎﻬ ﺎ ةرﺎ آ ﺎآ إ ﺎﻬ ﻮآرو
آ ﺮهﺪ ا
277
al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn, Juz 1, h. 159
278
al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 1, Kitâb Mawâqît al-Salâh Bâb al-Salawât al-Khams Kaffârah, h. 134; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Masâjid wa Mawâdi’ al-Salâh, h. 268; al-
Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 4, Abwâb al-Amtsâl, no. Hadis 3028, h. 228; al-Nasâ’î, Sunan al- Nasâ’î, Kitâb al-Salâh Bâb Fadl al-Salawât al-Khams, no. Hadis 460, h. 83; Ibn Mâjah, Sunan Ibn
Mâjah, Juz 1, Kitâb Iqâmah al-Salâh wa al-Sunnah fîhâ, no. Hadis 1397, h. 447; Ahmad, al- Musnad, Juz 1, h. 72; al-Dârimî, Sunan al-Dârimî, Juz 1, Kitâb al-Salâh Bâb fî Fadl al-Salawât,
no. Hadis 1183, Kairo: Dâr al-Hadîts, 2000, Cet.ke-1., h. 265
279
Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Tahârah Bâb al-Salawât al-Khams wa al- Jumu’ah ilâ al-Jumu’ah wa Ramadân ilâ Ramadân Mukaffirât limâ Bainahunn mâ Ujtunibat al-
Kabâ’ir, h. 117; Ahmad Farîd, Az-Zuhd wa al-Raq’iq, Kairo: Dâr al-‘Aqîdah, 2004, h. 466
206 Dari ‘Usmân bin ‘Affân r.a. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Setiap muslim yang telah datang waktu salat kepadanya, lalu ia membaguskan wudunya, khusyunya, dan rukunya, niscaya itu semua dapat
menghapuskan dosa-dosa sebelumnya selama tidak melakukan dosa besar. Dan itu terjadi sepanjang waktu.” H.R. Muslim
280
Ritual salat memiliki pengaruh yang sangat luar biasa untuk terapi rasa galau dan gundah dalam diri manusia. Dengan menegakkan salat secara khusyu,
yaitu dengan niat menghadap dan berserah diri secara total kepada Allah, serta meninggalkan semua kesibukan maupun problematika kehidupan, maka seseorang
akan merasa tenang, tentram, dan damai. Rasa gundah dan stress yang senantiasa menekan kehidupannya akan segera sirna. Rasulullah saw. senantiasa
menegakkan salat ketika sedang tertimpa masalah yang membuat beliau merasa tegang. Seorang sahabat, Hudzaifah r.a. berkata:
ا نﺎآ لﺎ ﷲا ر ﺔ ﺬ
ρ ﻰ ﺮ أ ﺰ اذإ
281
Dari Hudzaifah ia berkata: “Jika Nabi saw. merasa gundah karena sebuah perkara, maka beliau akan segera menunaikan salat.” H.R. Abû Dâwûd dan
Ahmad Disebutkan pula bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Bilal
ketika waktu salat tiba:
ﺔ اﺰ ارأ ﺮ لﺎ ر لﺎ لﺎ ﺪ ا ﻰ أ ﺎ
ﻚ ذ اﻮ ﺎ ﺄﻜ
ﺮ ﺎ .
لﺎ ﷲا لﻮ ر
ρ ة
ﺎ ﺎ رأ ل ﺎ
282
“Wahai Bilal, istirahatkanlah diri kita dengan salat.” H.R. Abû Dâwûd dan Ahmad
Hadis-hadis di atas mengisyaratkan tentang pentingnya ritual salat untuk menciptakan rasa tenang dan damai dalam jiwa seseorang. Salat mampu
280
Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Tahârah Bâb Fadl al-Wudû wa al-Salâh al- ‘Aqibah, h. 116; al-Nawawî, Riyâd al-Sâlihîn, Bâb Fadl al-Salawâth.401-402
281
Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 2, Kitâb al-Salâh Bâb Waqt Qiyâm al-Nabî saw. Min al-Lail, no. Hadis 1318, h. 35; Ahmad, al-Musnad, Juz 5, h. 388
282
Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Juz 4, Kitâb al-Adab Bâb fî Salâh al-‘Atamah, no. Hadis 4985, h. 296; Ahmad, al-Musnad, Juz 5, h. 364, 371
207 memberikan terapi jiwa yang sedemikian berarti untuk menghilangkan
kegundahan dan kegalauan yang dihadapi seseorang. Allah swt. telah memerintahkan kita untuk meminta pertolongan melalui shalat dan kesabaran.
ﺎ اﻮ او
او ﺮ ﻮ
إ ةﺮ ﻜ ﺎﻬ إو ة ﺎ ا ﻰ
Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan mengerjakan salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-
orang yang khusyu`, QS. al-Baqarah2:45 Hubungan seseorang dengan Sang Khalik ketika salat akan menghasilkan
kekuatan mental spiritual sangat besar yang memberikan pengaruh pada perubahan penting dalam fisik dan psikisnya. Kekuatan mental spiritual ini sering
kali menghilangkan stress, menyingkirkan kelemahan, dan menyembuhkan berbagai penyakit. Para dokter menyebutkan adanya penyembuhan yang begitu
cepat untuk beberapa jenis penyakit ketika penderitanya berada di lokasi ibadah haji maupun lokasi ibadah lainnya. Abu Hurairah pernah berkata bahwa dia
mengeluihkan sakit perut yang dia derita. Maka Rasulullah saw. menoleh ke arahnya seraya bersabda:
ا ﺮ ه لﺎ ةﺮ ﺮه أ ρ
تﺮ ﻬ ا ﻰ إ
ﺎ ρ
؟درد ﻜ ا لﺎ ﷲا لﻮ رﺎ
ءﺎ ة ا ﻰ نﺈ
283
Dari Abû Hurairah ia berkata: Nabi saw. berhijrah, akupun berhijrah. Aku salat, lalu duduk, dan kemudian menoleh ke Nabi saw. beliaupun bersabda: “Apakah
kamu menderita sakit perut?” Aku berkata: “Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Berdirilah Lantas tegakkanlah salat Karena seseungguhnya di dalam
ritual salat terdapat kesembuhan untuk berbagai penyakit.” H.R. Ibn Mâjah
Kekuatan mental spiritual yang dilahirkan lewat ritual salat juga dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang. Kekuatan tersebut mampu membangkitkan
harapan, memantapkan niat, memperkokoh semangat, dan memunculkan kekuatan
283
Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah., Juz 2, Kitâb al-Tibb Bâb al-Salâh Syifâ, no. Hadis 3458, h. 1144
208 besar yang membuatnya siap menerima ilmu pengetahuan dan hikmah, serta lebih
memiliki jiwa patriotisme yang begitu kuat. Ritual salat memiliki pengaruh sangat penting dalam terapi perasaan
bersalah atau berdosa yang menyebabkan rasa gundah dan menjadi penyebab utama penyakit jiwa. Hal ini bisa terjadi karena ritual salat bisa mengampuni dosa
seseorang, membersihkan jiwa dari noda-noda kesalahan sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadis di atas, serta menimbulkan harapan mendapatkan
maghfirah dan ridha Allah.
284
Untuk memperkuat pemahaman di atas, Ibn Qayyim al-Jauziyyah w. 751 H. berkata:
Ritual salat bisa membuat hati menjadi bahagia dan tegar. Bahkan ritual salat juga bias membuat hati terasa lapang, bahagian, dan tentram.
Dalam ritual salat terdapat interaksi hati maupun ruh dengan Allah. Hati dan ruh menjadi dekat dengan Allah ketika seseorang menegakkan salat.
Dia akan merasakan nikmatnya berzikir, merasa nyaman bermunajat kepada Allah, dan merasa nikmat berada di hadapan-Nya. Dia akan
menggunakan semua organ tubuhnya dan kekuatan yang dimilikinya untuk beribadah. Dia tidak akan larut dalam kesibukan dengan makhluk. Dia
hanya akan memfokuskan kekuatan hatinya untuk menjalin hubungan dengan Tuhan yang telah menciptakannya. Dia akan terbebas dari
bayangan musuhnya ketika sedang salat. Semua itu akan menjadi obat, jalan keluar, dan menu makanan yang sehat bagi hatinya. Tentu saja
kondisi semacam itu hanya dialami oleh hati yang sehat. Adapun hati yang sakit, maka dia ibarat jasad yang sakit. Dia sama sekali tidak identik
dengan hal-hal yang baik. Ibadah salat termasuk aktivitas yang paling berpotensi mendatangkan kemaslahatan dunia akhirat dan menolak
kemudharatan dunia akhirat. Salat akan mencegah pelakunya dari perbuatan dosa, mendatangkan obat untuk hati, menghindarkan dari
berbagai penyakit fisik, menyinari hati, menjernihkan muka, membuat organ tubuh menjadi semangat, mendatangkan rezki, menjauhkan
perbuatan aniaya, akan mendorong pelakunya menolong orang yang teraniaya, berpotensi untuk meredam gejolak nafsu, memelihara
kenikmatan, menjauhkan siksa, mendatangkan rahmat, dan menghilangkan kegundahan.”
285
2. Menunaikan Zakat dan Gemar Bersedekah