Menangis saat Mendengar al-Qur’an

170 tiga belas kriteria lainnya hanya akan dipaparkan secara singkat. Keempat belas kriteria itu adalah sebagai berikut:

1. Menangis saat Mendengar al-Qur’an

Di dalam al-Qur’an, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, ada sepuluh ayat yang menegaskan bahwa para nabi dan rasul dikategorikan sebagai orang-orang salih. Kesepuluh ayat tersebut adalah QS.2:130; 3:39,46; 6:85; 16:122; 21:72,86; 29:27; 37:112, dan 68:50. Sementara itu, dalam surat Maryam setelah Allah menyampaikan kisah- kisah orang salih seperti nabi Zakariyyâ, nabi Yahyâ, nabi ‘Îsâ, nabi Mûsâ, nabi Ibrâhîm, dan Maryam, maka pada ayat 58 dalam surat tersebut Allah menyatakan: ﷲا أ ﺬ ا ﻚ وأ ﺎ و مداء ﺔ رذ ا ﻬ اذإ ﺎ او ﺎ ﺪه و اﺮ إو هاﺮ إ ﺔ رذ و حﻮ اوﺮ ﺮ ا تﺎ اء ﻬ ﻰ ﺎًﻜ و اﺪ “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” QS.Maryam19:58 Selain itu, Allah juga menggambarkan dalam dua tempat di al-Qur’an tentang tangisan Ahli Kitab ketika mereka mendengar lantunan kalam Ilahi yang penuh hikmah dan kebenaran, yaitu dalam surat al-Mâ’idah ayat 83 dan surat al- Isrâ ayat 105-109. 235 وا ذ ا ﻮ ا اﺎ ﺰ ل ا ﺮ ا ﻰ ﻮ ل ﺮ ا ى ﻬ ﺪ ا ﺎ ﺮ ﻮ ا ا ﻮ ﻮ ن ر ا ﺎ ﺎ آﺎ ﺎ ا هﺎ ﺪ 235 Penjelasan tentang ayat ini telah dipaparkan secara panjang lebar pada Bab II dalam pembahasan “Menangis dalam Perspektif al-Qur’an”. 171 Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul Muhammad, kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran al-Quran yang telah mereka ketahui dari kitab-kitab mereka sendiri; seraya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran al-Qur’an dan kenabian Muhammad saw. QS.al-Mâidah5:83 إ كﺎ رأ ﺎ و لﺰ ﺎ و ﺎ ﺰ أ ﺎ و اﺮ ﺬ و اﺮ ﺰ ﺎ ﺰ و ﻜ ﻰ سﺎ ا ﻰ أﺮ ﺎ ﺮ ﺎ اءﺮ و وأ اﻮ اء ﺬ ا نإ اﻮ ﺆ ا اﻮ وأ ﻬ ﻰ اذإ نوﺮ اﺪ نﺎ ذ ﺎ ر ﺪ و نﺎآ نإ ﺎ ر نﺎ نﻮ ﻮ و ﻮ نوﺮ و ﺎ ﻮ هﺪ ﺰ و نﻮﻜ نﺎ ذ Dan Kami turunkan al-Qur’an itu dengan sebenar-benarnya dan al- Qur’an itu telah turun dengan membawa kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanlah: Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman sama saja bagi Allah. Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,dan mereka berkata: Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. QS.al-Isrâ17:105-109 Firman-firman Allah di atas, sesungguhnya menjelaskan kepada umat manusia betapa al-Qur’an memiliki dayat tarik luar biasa bagi pembaca dan pendengarnya. Al-Qur’an laksana “sihir” yang mampu mengguncangkan jiwa orang-orang yang bersentuhan dengannya. Sehingga buat mereka yang mendapatkan hidayah pencerahan dari Ilahi, maka mereka akan mengikuti apa yang diinginkan oleh ayat tersebut. Kondisi seperti ini sangat disadari oleh orang-orang kafir sehingga mereka melarang teman-teman mereka untuk mendengarkan al-Qur’an karena khawatir akan terkena “sihir al-Qur’an”. Allah berfirman: 172 اوﺮ آ ﺬ ا لﺎ و ﻜ اﻮ او ناءﺮ ا اﺬﻬ اﻮ نﻮ Dan orang-orang yang kafir berkata: Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka. QS. Fussilat41:26 Berbeda dengan orang-orang kafir, orang-orang yang bersih hatinya akan selalu memendam kerinduan untuk membaca dan mendengarkan al-Qur’an, baik dalam salat ataupun di luar salat. Pada bab tiga telah disebutkan tangisan-tangisan yang terjadi pada diri Rasulullah saw. Salah satu di antaranya adalah saat beliau mendengarkan al-Qur’an atau saat beliau membacanya dalam salat. Selain beliau, dalam perjalanan sejarah ditemukan banyak riwayat yang mengisahkan deraian air mata orang-orang salih saat mereka membaca atau mendengarkan al-Qur’an. Berikut ini adalah beberapa orang di antara mereka: a. Abû Bakr al-Siddîq r.a. Abû Bakr al-Siddîq adalah sahabat sekaligus mertua Rasulullah saw. yang paling utama dan dijamin masuk surga. Beliau dikenal sebagai orang yang mudah menitikkan air mata saat membaca al-Qur’an, baik di dalam salat ataupun di luar salat. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan dalam Hadis berikut ini: لﻮ ﺮ ﺪ ا ﺎ لﺎ أ ﺮ أ أ ا ﺪ ةﺰ و ا ﻰ ا ا و اوﺮ لﺎ ة ﺎ أ نإ ﺔ ﺎ ﺎ سﺎ ﺎ ﺮﻜ ﺎ أ اذإ ر ر ﺮﻜ 173 وﺮ لﺎ دوﺎ وﺮ لﺎ ءﺎﻜ ا أﺮ ﻮ اﻮ ﻜ إ 236 Dari Hamzah bin ‘Abdullâh, sesungguhnya ia mengkhabarkan dari ayahnya, ia berkata: Ketika Nabi menderita sakit yang menghantarkannya kepada kematian, dikatakan kepada beliau untuk menjadi imam dalam shalat. Beliau bersabda: “Perintahkanlah Abû Bakar agar shalat dan menjadi imam bersama yang lain” ‘Aisyah berkata: “Sesungguhnya Abû Bakar adalah seorang yang lembut mudah sedih. Jika ia membaca al-Qur’an, niscaya selalu menangis.” Beliau bersabda kembali: “Perintahkanlah ia Abu Bakar untuk memimpin shalat” Aisyahpun mengulangi perkataannya. Nabi bersabda lagi: “Perintahkanlah ia Abû Bakar untuk memimpin shalat. Sesungguhnya kalian para wanita bagaikan orang-orang yang hidup pada masa nabi Yûsuf.” H.R. al-Bukhârî Itulah Abû Bakr al-Siddîq, sahabat Rasulullah yang mudah bersedih, berhati lembut, banyak mencucurkan air mata, yang seandainya ditimbang dengan umat ini, niscaya dia akan memenanginya. Dia merupakan orang yang paling mulia sepeninggal Nabi Muhammad saw. dan juga para nabi. Dia orang yang banyak memiliki kelebihan dan keutamaan yang sangat populer. Tentang dirinya, Allah pernah berfirman: ا ﺮ و ﺪ ﺮ ﷲا ا ذ ا ﺮ ا ﺬ آ ﺮ وا ﺎ ا اذ ه ﺎ ا رﺎ ا ذ ﻮ ل ﺎ ﺰ ن ا ن ﷲا ﺎ ﺎ ﺰ ل ﷲا ﻜ وا ﺪ ﻮ د ﺮ و ه و ﺎ آ ﺔ ا ﺬ آ ﺮ او ا و ﻰ آ ﺔ ﷲا ه ا و ﺎ ﷲا ﺰ ﺰ ﻜ Jikalau kamu tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya yaitu ketika orang-orang kafir musyrikin Mekah mengeluarkannya dari Mekah sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya dengan 236 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 1, Kitâb al-Adzân Bâb Ahl al-‘Ilm wa al-Fadl Ahaqq bi al-Imâmah, Beirût: Dâr al-Fikr, 1986, h. 165 166; Bâb Man Asma’ al-Nâs Takbîr al-Imâm, h. 174; Bâb Idzâ Bakâ al-Imâm fî al-Salâh, h. 176; Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 1, Kitâb Iqâmah al-Salâh wa al-Sunnah fîhâ Bâb Mâ Jâ’a fî Salâh Rasûlillâh saw. fî Maradih, no. Hadis 1232, Indonesia: Maktabah Dahlan, t.t., h. 389 174 tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang- orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q.S. At-Taubah9:40 Dalam riwayat yang lain disebutkan: جوز ﺔ ﺎ نأ ﺮ ﺰ ا ةوﺮ ﺮ أ لﺎ بﺎﻬ ا إ يﻮ أ أ ﺎ و ا ﻰ ا نﺎ ﺪ ﺎ هو إ مﻮ ﺎ ﺮ و ﺪ ا ﺎ ﺄ ا ﻰ ا لﻮ ر اﺪ ﺔ و ةﺮﻜ رﺎﻬ ا ﺮ و ﻰ ﺎ ﺮﻜ ن ﺮ ا أﺮ و نﺎﻜ راد ءﺎ اﺪ ؤﺎ أو آﺮ ا ءﺎ ﻮ أ نﺎآو إ نوﺮ و نﻮ ه ر ﺮﻜ ءﺎﻜ ﻚ ذ عﺰ ﺄ ن ﺮ ا أﺮ اذإ ﻚ آﺮ ا ﺮ فاﺮ أ Dari Ibn Syihâb ia berkata: ‘Urwah ibn Zubair mengabarkan kepadaku bahwa ‘Aisyah istri Nabi saw. berkata: “Aku tidak berpikir tentang kedua orang tuaku selain bahwa keduanya menganut agama Islam. Tidak pernah kami melewati suatu hari melainkan Rasulullah selalu mendatangi kami setiap pagi dan petang. Lalu Abû Bakar memiliki sebuah pemikiran, maka dibangunlah sebuah masjid di halaman rumahnya. Ia biasa salat di dalamnya dan membaca al-Qur’an, sementara perempuan-perempuan musyrikin dan anak-anaknya berdiri dan merasa takjub dengan perilaku Abû Bakar. Mereka senantiasa memperhatikannya. Abû Bakar adalah seorang lelaki yang senantiasa menangis dan tidak kuasa menahan air matanya ketika membaca al- Qur’an. Keadaan ini mengagetkan tokoh-tokoh Quraisya dari kalangan orang- orang musyrik.” H.R. al-Bukhârî 237 b. ‘Umar ibn al-Khattâb r.a. Dia adalah orang yang mempunyai kedudukan terhormat, kokoh, perkasa dan kuat dalam pendirian. Disebutkan dalam biografinya, bahwa beliau suka menangis sehingga ada bekas menghitam di kedua pipinya. 237 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 1 Kitâb al-Salâh Bâb al-Masjid Yakûnu fî al-Tarîq min Ghair Darar bi al-Nâs, h. 122; Juz 3 kitâb al-Kafâlah Bâb Jiwâr Abû Bakr fî ‘Ahd al-Nabi saw. wa ‘Aqdih, h. 58-59; Juz 4 Kitâb al-Manâqib Bâb Hijrah al-Nabi saw. ilâ al-Madînah wa Ashâbih, h. 254-258 175 Disebutkan bahwa beliau pernah salat bersama kaum muslimin pada masa khilafahnya. Seringkali dia membaca surat Yûsuf dalam salat isya dan subuh. Setiap kali beliau membaca surat ini, maka tangisnya pasti terdengar hingga saf barisan yang paling belakang. 238 ‘Amr bin Syu’bah meriwayatkan tentang Umar r.a. bahwa pada suatu malam dia mengunjungi Abû Dardâ. Tatkala keduanya sudah duduk berdampingan, Abû dardâ berkata: “Wahai ‘Umar, apakah engkau masih ingat sebuah hadis yang disampaikan Rasulullah saw. kepada kita, ‘Hendaklah bekal salah seorang di antara kamu di dunia ini seperti bekal seorang musafir.’ ‘Umar berkata: “Benar”. Abû Dardâ berkata: “Wahai saudaraku, lalu apa yang kita lakukan sepeninggal Rasulullah?” Dan akhirnya keduanya tetap dalam keadaan menangis hingga fajar menyingsing keesokan harinya. 239 Pernah suatu ketika beliau mendengar firman Allah “Inna ‘adzâba rabbik lawâqi’” Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, ia jatuh sakit hingga dikunjungi oleh sahabatnya yang tidak mengetahui kenapa ia sakit. 240 c. Ubay ibn Ka’ab Dalam riwayat yang sahih disebutkan: ا ﻰ ا لﺎ ا ر ﻚ ﺎ أ و اوﺮ آ ﺬ ا ﻜ ﻚ أﺮ أ نأ ﺮ أ ا نإ ﻜ لﺎ ﺎ و لﺎ بﺎ ﻜ ا هأ ﻰ 238 ‘Abd al-Rahmân al-Sinjari et.al., Menangis karena takut pada Allah, Penerjemah Farid Ma’ruf dan katur Suhardi Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005, h. 76; Khumais al-Sa’id, Menangislah sebagaimana Rasulullah saw. dan Para sahabat Menangis, Penerjemah M. Abdul Ghoffar Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005, h. 54 239 Ibid 240 M. lili Nur Aulia, Kubisikkan untukmu, Jakarta: Tarbawi Press, 2007, h. 25 176 Dari Anas ibn Mâlik r.a. ia berkata: Nabi saw. bersabda kepada Ubay: “Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan kepadamu surat lam yakun al-ladzîna kafarû” ubay bertanya: “Apakah Allah menyebut namaku?”Beliau menjawab: “Ya”. Maka, Ubaypun menangis.” H.R. al- Bukhari, Muslim, dan al-Tirmidzî 241 Menurut Ibn ‘Allân, penyebab tangisnya Ubay ibn ka’ab adalah boleh jadi karena dia merasa gembira dan senang dengan penyebutan itu. Atau karena khusyu dan takut karena merasa kurang bersykur atas segala nikmat. Atau karena merasa dirinya terlalu hina, takut, sekaligus heran. 242 Begitulah memang keadaan orang-orang salih yang senantiasa menjalani hari-harinya dengan kekhusyuan dan keterikatan yang mendalam dengan Sang Khalik. Antara sikap optimis raja dan pesimis khauf berpadu menjadi satu sehingga melahirkan motivasi dalam meningkatkan kualitas ibadah mereka. d. Sa’id ibn Jubair Sa’îd ibn Jubair al-Tâ’i pernah berkata: “Aku pernah mendengar Sa’id ibn Jubair mengimami mereka pada bulan Ramadhan, di mana dia mengulang ayat-ayat ini: نﻮ فﻮ ﺎ ر ﺎ رأ ﺎ و بﺎ ﻜ ﺎ اﻮ ﺬآ ﺬ ا ذإ ا او ﻬ ﺎ أ لﺎ نﻮ ا نوﺮ رﺎ ا 241 al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Juz 4, Kitâb Manâqib al-Ansâr Bâb Manâqib Ubay ibn Ka’ab, Beirut: Dâr al-Fikr, 1986, h. 228; Juz 6 Kitâb Tafsîr al-Qur’ân Bâb Sûrah Lam Yakun, h. 90; Muslim, Sahîh Muslim, Juz 1, Kitâb al-Masâjid wa Mawâdi’ al-Salâh Bâb Istihbâb Qirâ’ah al- Qur’ân ‘alâ Ahl al-Fadl wa al-Hudzdzâq fîh, Indonesia: Dâr Ihyâ al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.t., h. 320; Juz 2 Kitâb Fadâ’il al-Sahâbah Bâb min Fadâ’il Ubay ibn Ka’ab, h. 383; al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, Juz 5, Abwâb al-Manâqib Bâb Manâqib Mu’âdz ibn Jabal wa Zaid ibn Tsâbit wa Ubay ibn Ka’ab wa Abî ‘Ubaidah ibn al-Jarrâh r.a. Indonesia: Maktabah Dahlân, t.t., h. 330 242 Ibn ‘Allân, Dalîl al-Fâlihîn, Juz 2, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t., h. 374 177 Yaitu orang-orang yang mendustakan Al Kitab Al Quran dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. QS. al-Mu’min40:70-72 al-Qâsim mengatakan: “Aku pernah melihat Sa’id ibn Jubair bangun malam dan mengerjakan salat, lalu membaca: هو آ ﺎ آ ﻰ ﻮ ا ﻰ إ نﻮ ﺮ ﺎ ﻮ اﻮ او نﻮ Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya dirugikan. QS. al-Baqarah2:281 Dia mengualanginya sampai lebih dari dua puluh kali. Diapun biasa menangis pada malam hari sampai matanya tampak muram. 243 e. Muhammad ibn al-Munkadir Beliau termasuk pelopor qari al-Qur’an dan Hadis. Dia pasti tidak mampu menahan tangisnya setiap kali membaca sebuah Hadis Rasulullah saw. Dan jika seeorang yang menanyakan Hadis, beliaupun menangis. Pada suatu malam beliau salat sambil menangis. Keluarganya merasa gundah dengan tangisannya. Ketika mereka bertanya sebab tangisannya, justru malah membuat beliau menangis semakin menjadi-jadi. Lalu mereka mengirim utusan agar keadaannya itu disampaikan kepada rekannya, Abû Hâzim Salamah ibn Dînâr. Tak lama kemudian Abû Hâzim menemui Muhammad ibn al-Munkadir sambil bertanya: “Apa yang membuatmu 243 Khumais al-Sa’id, Menangislah sebagaimana Rasulullah saw. dan Para sahabat Menangis, h. 542-53 178 menangis?” Ia menjawab: “Aku teringat sebuah ayat.” Lalu Abû Hâzim bertanya: “Ayat apakah itu?” Muhammad ibn al-Munkadir menjawab: “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum mereka perkirakan.” Setelah itu, justru keduanya menangis dengan tangisan yang menghiba. Dan setiap kali Abû Hâzim menjenguk Muhammad ibn al-Munkadir, dia membaca ayat ini, dan keduanyapun menangis. 244 f. ‘Abdullâh ibn Rawâhah r.a. Beliau adalah orang yang selalu berpikir setiap turun ayat al-Qur’an dan sabar setiap menerima bendera perang. Dia mati syahid di al-Balqa pada waktu perang Mu’tah antara kaum muslimin dengan pasukan Romawi. Dari ‘Urwah ibn Zubair berkata: “Tatkala Ibn Rawâhah hendak berangkat ke Mu’tah yang terletak di Syam, maka orang-orang muslim menemuinya danmengucapkan selamat tinggal. Diapun menangis. Lalu mereka bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?” Dia menjawab: “Demi Allah, di dalam diriku tidak terbersit kecintaan kepada dunia dan kerinduan kepadamu sekalian. Tetapi aku pernah mendengar Rasulullah saw. membaca ayat ini ‘ dan tidak ada seorangpun darimu, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketetapan yang sudah pasti.” Lalu kukatakan: “Sesungguhnya aku juga akan mendatangi neraka dan aku tidak tahu bagaimana caranya berbalik lagi. 244 ‘Abd al-Rahmân al-Sinjari et.al., Menangis karena takut pada Allah, h. 89-90 179 Tatkala pasukan muslimin sudah bersiap-siap ke Mu’tah, ‘Urwah ibn Zubair berkata: “Semoga Allah menyertaimu dan melindungimu.” 245 g. ‘Abdullâh ibn ‘Umar Seorang mantan budak Ibn ‘Umar, yaitu Nâfi’pernah berkata: ”Setiap kali Ibn ‘Umar membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah, maka dia menangis. Lalu Ibn ‘Umar berkata; “Sesungguhnya perhitungan itu amat keras.” Al-Hafiz Ibn Hajar berkata: telah diriwayatkan darinya dengan sanad yang sahih bahwa setiap kali Ibn ‘Umar r.a. membaca firman Allah “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah.” tentu dia menangis dan tidak mampu untuk menahan air matanya. 246 Menangis karena takut kepada Allah ini tidak hanya merupakan sifat sebagian sahabat, namun semua sahabat memiliki sifat ini. Hal ini terjadi karena mereka memang betul-betul memasrahkan diri mereka kepada Allah. Secara total mereka mematuhi apapun yang diperintahkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, tempaan dan binaan yang mereka terima dari Rasulullah saw. mampu menembus kalbu dan jiwa mereka yang pada akhirnya melahirkan keimanan dan keyakinan yang luiar biasa. Besarnya keimanan mereka kepada Allah inilah yang berimplikasi kepada ketakutan mereka mendapatkan azab Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk melepaskan dan membebaskan 245 Ibid, h. 78-79 246 Ibid, h. 82 180 diri dari azab Allah, mau tidak mau mereka harus melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. h. Fuzail ibn ‘Iyadh Beliau lahir di Khurasan. Pada masa remajanya beliau adalah seorang penyamun. Setelah bertaubat Fuzail pergi ke Kufah, dan kemudian ke Mekah hingga wafat pada tahun 187 H.803 M. Suatu malam ketika ia sedang memanjat rumah kekasihnya, lewatlah sebuah kafilah. Di antara mereka ada yang sedang membaca ayat al-Qur’an: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah.” Ayat ini bagaikan anak panah yang menmbus jantung Fuzail, seolah-olah ada sebuah tantangan yang berseru: “Wahai Fuzail, berapa lama lagikah engkau akan membegal para kafilah? Telah tiba saatnya kami akan membegalmu” Fuzail terjatuh dan berseru: “Memang telah tiba saatnya, bahkan hamper terlambat.” Fuzail merasa bingung dan malu. Ia berlari kea rah sebuah puing. Ternyata di situ sedang berkemah sebuah kafilah. Mereka berkata: ”Marilah kita melanjutkan perjalanan.” Tetapi salah seorang di antara mereka berkata: “Tidak mungkin, Fuzail sedang menghadang dan menanti kita.” Mendengar pembicaraan mereka, Fuzail berseru: “Berita gembira Fuzail telah bertobat.” 181 Setelah itu, iapun pergi. Sepanjang hari ia berjalan sambil menangis. Hal ini sangat menggembirakan orang-orang yang membencinya . kepada setiap sahabat yang ditemuinya, ia meminta agar janji setia di antara mereka dihapuskan. 247 i. Ja’far ibn Hirb Ja’far ibn Harb w.236 H. adalah seorang aparat kesultanan dengan pendapatan yang tinggi hampir menyamai pendapatan seorang menteri, di samping memiliki tempat tinggal yang megah dan indah. Suatu ketika dia mendengar seorang laki-laki yang membacakan ayat: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang turun kepada mereka.” QS. Al-Hadîd:16 Mendengar ayat tersebut, Ja’far menjerit: “Ya Allah, ini memang benar” diualanginya kata-kata tersebut sambil meneteskan air mata.lalu Ja’far turun dari kendaraannya dan menanggalkan seluruh pakaiannya, lalu berendam di sungai dajlah. Ia enggan beranjak dari sungai itu sebelum semua harta miliknya dibagikan demi menebus kezaliman yang pernah dilakukannya. Sedangkan sisanya dipergunakan untuk sedekah.pada suatu hari, lewatlah seorang lelaki yang juga telah mendengar perihal yang terjadi dengan diri 247 Farîduddîn al-Attâr, Warisan Para Awliya, Penerjemah Anas Mahyudin Bandung: Penerbit Pustaka, 1983, h. 65-69 182 Ja’far. Lalu lelaki itu memberikan sebuah gamis dan sarung kepadanya. Dan selanjutnya, ja’far menghabiskan sisa hidupnya untuk ilmu dan ibadah. 248 j. ‘Abdullâh ibn ‘Abbâs Ibn Abî Mulaikah mengatakan: “Ibn ‘Abbâs biasa bangun tengah malam lalu membaca al-Qur’an huruf demi huruf. Ketika ia membaca ayat ‘Wa jâ’at kullu nafsin ma’ahâ sâ’iqun wa syahîd’ Dan datanglah tiap-tiap diri bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi – QS.Qâf50:21 Lalu, beliaupun menangis sampai terdengar tangisannya. 249 Demikianlah tetesan air mata yang keluar dari kelopak mata orang-orang salih yang pernah hidup di atas bumi Allah. Tangisan-tangisan tersebut adalah buah dari rasa takut manakala mereka membaca ayat-ayat suci al-Qur’an yang menjelaskan peringatan atau azab Allah. Meski mereka diakui sebagai generasi terbaik umat Islam dengan segudang kebajikan yang telah mereka persembahkan di hadapan Allah, namun rasa takut khauf akan mendapatkan azab Allah baik di dunia ataupun di akhirat tetap terpatri dalam kalbu mereka. Mereka belum merasa aman dan tenang, sebelum diri mereka benar-benar terbebas dari murka Allah dan api neraka. Menangis, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh ‘Abd al-Qâdir Jailani, adalah ibadah dan merupakan 248 Ibn Qudâmah al-Maqdisi, Mereka yang Kembali, Penerjemah Abu Ahmad Najieh Surabaya: Risalah Gusti, 2000, h. 214-215 249 Khumais al-Sa’id, Menangislah sebagaimana Rasulullah saw. dan Para sahabat Menangis, h. 54 183 puncak ibadah. 250 Sehingga menurut Abû ‘Abdurrahman, menangis adalah di antara akhlak para nabi dan para pengikutnya. Tangisan yang terjadi pada diri orang-orang salih bukanlah sebuah aktivitas yang terhenti pada tetesan air mata yang jatuh di atas pipi mereka. Namun, tangisan mereka mampu mempengaruhi kuatnya keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dan bertaqarrub kepada Allah swt. Oleh karena itu, dapatlah dinyatakan bahwa tangisan yang benar dapat menghantarkan pelakunya kepada kebaikan. Tentang tradisi menangis di kalangan para sahabat Rasulullah saw., Imam ‘Ali k.w. berkata: “ Demi Allah, telah kulihat para sahabat Rasulullah saw. Pada saat ini tidak kulihat sesuatu yang menyerupai mereka. Mereka adalah orang-orang yang kusut dan berdebu. Di antara mata mereka seakan-akan ada iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Mereka senantiasa sujud dan berdiri kepada Allah, membata Kitabullah, pergi dengan berjalan kaki dan juga mengingat Allah. Mereka tampak seperti pohon yang condong dan bergoyang-goyang pada saat angina berhembus kencang. Mereka selalu menangis hingga kain mereka basah. Demi Allah, sepertinya orang-orang saat ini sudah lalai.” 251

2. Beriman kepada Allah dan hari akhir