Profil Informan 3 GAMBARAN UMUM INFORMAN
lain untuk suaminya, “N” juga diminta untuk melakukan semua pekerjaan rumah. “N” berusaha untuk bersabar atas semua sikap suaminya tersebut.
Sekitar enam bulan kemudian “N” melahirkan anak perempuannya. Setelah melahirkan seperti wanita pada umumnya, “N” meminta izin kepada
suaminya untuk tinggal dirumah orang tuanya selama 40 hari. Namun suaminya tidak memberikan izin. Akhirnya “N” mengikuti kata-kata suaminya namun ada
perasaan sedih yang “N” rasakan. Setiap hari orang tua “N” mengantarkan makanan untuk “N” kerumah
mertuanya, karena mertua “N” tidak pernah membuatkan “N” makanan yang bergizi, hanya mie instan yang ada dirumah. Selain itu, sikap suami “N” semakin
hari semakin tidak bisa diterima ole hnya. Ia sering meninggalkan “N” dengan
anaknya di malam hari dengan alasan ada kelas dikampusnya, padahal “N” mengetahui bahwa suaminya sering pergi dengan wanita lain.
Belum genap dua bulan, “N” memutuskan untuk menggugat cerai suaminya. “N” terpaksa melakukan hal tersebut karena “N” sering diperlakukan
kasar oleh suaminya sendiri. “N” mengaku bahwa ia tidak akan pernah mau jika suatu saat suaminya mengajak rujuk. Seteleh bercerai, hak asuh anak jatuh kepada
“N” karena anak tersebut masih dibawah umur dan harus dalam pengasuhan ibunya. Mantan suami “N” diharuskan memberi nafkah 2 juta perbulan. Hanya
satu bulan mantan suaminya memberikan nafkah, setelah itu ia tidak memberikan nafkah.
“N” sendiri harus dibantu oleh kedua orang kakaknya untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Sekitar umur 6 bulan, “N” memutuskan untuk bekerja
sebagai sales promotion girl SPG sebuah brand, dan ia menitipkan anaknya
dengan ibunya. “N” juga memilih untuk melanjutkan sekolahnya yang sempat tertunda, pada malam hari ia mengikuti kelas paket C yang diadakan di daerah
Cilandak, karena “N” memiliki cita-cita untuk dapat melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi.
Anak “N” semakin hari semakin besar. Ia dibesarkan dalam keluarga besar, ia tinggal dengan ibu, nenek, kakek, om, tante dan sepupunya. “AP” tinggal
disebuah perumahan elit di kawasan Bango. Sekitar 2 tahun lamanya AP bersama mamanya tinggal dengan keluarga besarnya. Namun pernah terjadi konflik yang
mengharuskan AP dan mamanya keluar dari rumah keluarganya tersebut. Ia tinggal disebuah rumah kost di daerah pondok labu.
Pada bulan Desember tahun 2014, ibu “N” memutuskan untuk menikah dengan pasangannya. “N” memutuskan untuk menikah karena AP sangat dekat
dengan suaminya yang sekarang. Biasanya AP sangat sulit untuk bisa melihat mamanya dekat dengan pria lain, ia pasti selalu menangis dan marah. AP menjadi
anak yang tertutup, murung, sedih, pendiam dan sulit untuk bersosialisasi dengan temannya. Bahkan ia juga menjadi korban bully oleh temannya disekolah.