Profil Informan 1 GAMBARAN UMUM INFORMAN

mengajak “IA” karena saat itu “UA” sedang pergi keluar karena merasa kecewa dengan sikap suaminya. Layaknya perasaan seorang ibu, “U” merasakan ada hal yang tidak enak dihati kecilnya. Ia teringat anaknya pada malam itu. Kemudian ia pergi kerumah “J” dan mendapati “J” telah pergi bersama “IA”. Ia bersama ibu mertuanya mencari anaknya, dan ketika ditemukan “U” melihat anaknya yang sedang tidur di bangku belakang mobil sendirian dengan kaca mobil yang terbuka sangat kecil. “U” menangis sambil mencari suaminya untuk membukakan pintu mobil. Akhirnya “IA” dibawa pulang kerumah orang tua “U” dan beberapa hari kemudian “UA” menggugat cerai suaminya. “IA” harus menerima perpisahan orang tuanya sekitar 6 bulan yang lalu, tepatnya ketika “IA” masih berusia 1,5 tahun. Setelah memutuskan untuk berpisah, “U” tinggal dirumah ibunya di kawasan Ciganjur bersama anaknya. Mereka hanya tinggal bertiga karena sejak usia 5 tahun, ibu dan ayah “U” telah bercerai. “U” menjadi tulang punggung keluarga setelah ia berpisah dengan suaminya. Ia bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan. Baru-baru ini ia memilih untuk keluar dari pekerjaannya karena semenjak ia berpisah dari suaminya, “IA” sering sakit-sakitan. Saat ini “IA” sedang menderita penyakit infeksi saluran kencing dan asma. Berat badannya menurun semenjak perpisahan orang tuanya. “IA” adalah anak yang ceria, anak yang cerdas dan tidak rewel. Ia tidak malu ketika bertemu dengan orang yang baru dikenal. “IA” merupakan anak yang menyenangkan, siapapun yang bertemu dengannya, pasti akan merasa senang. Meskipun orang tuanya telah berpisah, “IA” masih mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. Jika tengah malam “IA” mengatakan bahwa ia merasa kangen papanya, dengan siap “U” segera mengantarkannya untuk bertemu dengan papanya. Apapun akan dilakukan agar “IA” bahagia. Sejak kecil “IA” sudah diajarkan untuk bertanggung jawab atas apa yang ia kerjakan. Ketika ia memberantakan mainannya, dia juga yang akan membereskan mainan-mainannya tersebut. “IA” juga belajar untuk menerima konsekuensi ketika ia melakukan sesuatu hal yang benar ataupun salah. “UA” menanamkan nilai- nilai tersebut agar “IA” tumbuh menjadi anak yang mandiri dan lebih baik dari dirinya.

B. Profil Informan 2

1. Nama : SP 2. Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 20 Juni 1992 3. Usia : 23 tahun 4. Jenis Kelamin : Perempuan 5. Usia Anak saat Perceraian : 6 tahun 6. Usia Pernikahan Orangtua : 8 tahun 7. Domisili : Bekasi 8. Agama : Islam 9. Status : Mahasiswa SP merupakan anak kedua dari dua bersaudara. SP bersama keluarganya tinggal di Jambi. Keluarga SP merupakan keluarga dengan kelas sosial ekonomi menengah atas. Ayah dari SP merupakan Direktur disebuah Badan Usana Milik Negara di Jambi, dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Kakek dari SP merupakan mantan Bupati Jambi. Ketika SP berusia 6 tahun, tepatnya saat SP duduk di bangku kelas 1 SD, orang tua SP memutuskan untuk bercerai. Keputusan bercerai dipilih sebagai jalan keluar karena ayah SP sering mabuk dan melakukan tindak kekerasan. Suatu ketika ibu dari SP menerima pukulan di sekitar kelopak mata hingga menyebabkan luka robek di bagian kelopak mata tersebut dan menjadi luka permanen. Memang pernikahan mereka tidak mendapat restu dari masing-masing keluarga. Mereka memutuskan untuk keluar dari Jambi setelah mereka lulus SMA dan melakukan pernikahan tanpa adanya restu dari masing-masing keluarga. Setelah orang tua SP bercerai, mereka hidup terpisah. SP dan kakaknya tinggal dan di asuh oleh kakek dan neneknya dari keluarga ayahnya di Jambi. SP kecil memang lahir di Yogyakarta, karena pada saat itu ayah SP sedang meneruskan pendidikannya. Ketika ayah SP sudah selesai dengan pendidikannya, SP beserta kedua orang tuanya kembali ke Jambi. Sementara kakak dari SP tinggal di Jambi bersama dengan kakek dan neneknya. SP kecil sering merasa sedih ketika melihat teman-teman sekelasnya pada saat TK diantar oleh orang tuanya, namun SP hanya diantar oleh supir dan pengasuhnya. Sesekali kakek yang mengantar SP untuk pergi ke sekolah dan hal tersebutlah yang membuat SP sangat dekat dengan kakeknya. Saat usia remaja SP harus menerima kenyataan bahwa ayahnya memutuskan untuk menikah lagi. Awalnya SP sangat menyayangi calon ibunya karena ketika SP sakit, calon ibunyalah yang merawatnya. Namun keadaan berubah ketika ayahnya telah menikah. SP tinggal dirumah baru dengan ayah dan ibu tirinya. Seperti cerita di dongeng, SP menerima perlakuan yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang ibu. Disaat ayahnya bekerja SP disuruh oleh ibu tirinya untuk membersihkan seluruh rumah, sedangkan ibunya pergi jalan- jalan ke mall. SP juga hanya tidur dikamar bekas pembantu yang sangat sempit. Akhirnya SP memilih untuk tinggal kembali dengan kakeknya ketika ibu tirinya telah melahirkan. Pada saat itu kebencian SP kepada ayah dan ibu tirinya dimulai. Ayahnya sudah jarang menghubunginya, bahkan seperti orang yang tidak kenal. Terlebih ketika beberapa aset seperti rumah mewah dan beberapa ruko yang diatas namakan SP diambil alih oleh ibu tirinya. Padahal aset tersebut disiapkan untuk masa depan SP. SP pernah mengungkapkan kekesalannya kepada peneliti bahwa SP menginginkan ayah atau ibu tirinya mati saja agar hidupnya tenang. Di sisi lain, ibu dari SP juga telah menikah dan tinggal di daerah Bekasi. Ibu dari SP menikah dengan suami yang bekerja sebagai direktur di Badan Usaha Milik Negara di Jakarta. Dari pernikahannya tersebut, ibu SP dikaruniai dua orang putra. Ibu SP kini menjadi seorang pebisnis dengan beberapa artis di Ibu Kota dan memiliki beberapa sanggar senam di Jakarta. Meskipun memiliki suami yang mapan, namun ibu SP tidak ingin menggantungkan hidupnya dengan suami. Ketika lulus SMA di Jambi, SP melanjutkan pendidikan disebuah universitas negeri di Jambi namun tidak diteruskan dan memilih untuk pindah dan melanjutkan pendidikan disebuah universitas negeri di Jakarta. SP tinggal disebuah rumah kost mewah yang ada disekitar kampus. Setiap dua minggu sekali SP sering menginap dirumah ibu kandungnya. SP sangat menyayangi ibunya karena apa yang diminta oleh SP, ibunya selalu berusaha untuk memberikannya.