Status Sosial Ekonomi Kondisi Sosial Anak a. Budaya

“Pengen gitu ya ngeliat dia tuh kaya anak-anak laen, bisa maen, engga pemalu, pendiem. Saya jadi kesel kalo dia lagi kumat. Paling suka saya cubit apa engga dipukul aja biar dia ngerti. ” 40 Karena sosial ekonomi keluarga “AP” yang rendah, mengakibatkan “AP” menerima hukuman fisik dari mamanya. Selain itu, ibu “N” menuntut agar “AP” dapat menyesuaikan diri seperti anak-anak lain pada umumnya. 4 Status Sosial Ekonomi “RP” Orang tua “RP” memang terlahir dari keluarga yang sosial ekonominya tinggi. “RP” yang sangat di sayang oleh kedua orang tuanya mengaku tidak pernah menerima kekerasan fisik dari kedua orang tuanya: “Dari kecil si ibu sama bapak engga pernah yang namanya mukul. Kalo kesel ya paling cuma dibilangin aja baik- baik.” 41 Dari informasi diatas, terlihat bahwa anak yang berasal dari sosial ekonomi keluarga yang rendah kerap kali menjadi korban kekerasan fisik dari orang tuanya karena orang tua mengharapkan anaknya dapat menyesuaikan diri terhadap ekspektasi sosial seperti yang dialami oleh “AP”, dan anak yang memiliki sosial ekonomi yang tinggi tidak pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orang tuanya.

c. Aspek Spiritual

Spiritual merupakan suatu aspek yang penting bagi setiap manusia. Dengan spiritual, individu dapat membedakan antara baik dan buruk, 40 Wawancara pribadi dengan ibu “N”. 41 Wawancara pribadi dengan “RP”. benar dan salah, dan lain sebagainya. Dalam poin ini kita akan melihat bagaimana ke empat informan menerapkan aspek spiritualitas di dalam kehidupan mereka. 1 Aspek Spiritual “IA” “IA” yang masih berusia 2 tahun ternyata sudah mulai mengenal sholat dan beberapa doa harian. Semuanya diajarkan oleh ibu “U”. Ibu “U” menginginkan “IA” untuk bisa menjadi anak yang soleh. Seperti yang diungkapkan oleh ibu “U”: “Gue pengen dia jadi anak yang soleh, bisa ngaji, rajin solat. Makanya dari sekarang gue suka ngajarin dia kaya doa-doa sehari-hari. kadang dia juga ikut solat kalo tetangga gue solat ke masjid.” 42 Selain itu ibu “U” juga mengajarkan bagaimana saling menyayangi terhadap orang lain dan memberikan arahan tentang sesuatu hal yang benar ataupun salah: “Gue si engga terlalu mau banyak ngatur dia, yang penting si gue selalu ngarahin dia. Kaya gue selalu ngajarin kalo kamu engga bisa ngambil maenan misalnya, kamu harus minta tolong. Kalo anak yang pinter kaya gitu. Dan syukurnya sih dia ngerti ya sama apa yang gue a jarin.” 43 Dari informasi diatas dapat dilihat bahwa ibu “U” telah menanamkan nilai- nilai spiritual di dalam diri “IA”. Ia mengajarkan bagaimana “IA” harus meminta bantuan kepada orang lain ketika “IA” tidak bisa melakukannya sendiri, selain itu ibu “U” juga telah mengajarkan doa sehari- hari kepada “IA” dengan harapan “IA” tumbuh menjadi anak yang soleh. 42 Wawancara pribadi dengan ibu “U”. 43 Wawancara pribadi dengan ibu “U”. 2 Aspek Spiritual “SP”