Hubungan dengan Lingkungan Keluarga

“IA” tetap merasakan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. 2 Hubungan “SP” dengan Keluarga Semenjak perceraian, ternyata kedua orang tua “SP” tidak menjalin komunikasi yang harmonis terlebih untuk membesarkan “SP” dan kakak laki-lakinya. “SP” yang merasakan bahwa setelah bercerai ayahnya sudah tidak mempedulikannya lagi dan lebih peduli kepada istri barunya. Bahkan jika “SP” datang berkunjung kerumah ayahnya di Jambi, ayahnya menyuruhnya untuk cepat pulang, seperti penuturannya sebagai berikut: “Ayah sama mama gue mah musuhan dah abis cerai. Kan abis cerai aja gue tinggal sama datuk gue, baru-baru ini aja gue tinggal sama mama. Gue juga kesel sama ayah gue, dia lebih sayang sama istrinya dari pada sama gue. Kalo gue lagi main kerumah ayah gue, tiba-tiba ayah gue kaya enggak suka sama gue, malah gue disuruh cepet-cepet pulang. Gue mah tau banget pasti otak ayah gue udah di cuci sama emak tiri gue .” 19 Berbeda dengan hubungan “SP” dengan mamanya. Ia sangat dekat dengan mamanya. Sejak kecil mamanya selalu memberikan apa yang dia inginkan seperti yang diungkapkannya: ”Dia selalu ngasih apa yang gue minta, waktu diajak ke dokter gigi misalnya, gue harus dikasih hadiah dulu baru gue mau pergi ke dokter gigi, dan kebawalah sampe sekarang. Jadi gue semangat kalo ngerjain apa-apa terus dikasih hadiah.” 20 Hal s erupa disampaikan pula oleh sahabat “SP” yang mengatakan bahwa “SP” memang terbiasa untuk diberikan sesuatu 19 Wawancara pribadi dengan “SP”. 20 Wawancara pribadi dengan “SP”. biasanya berupa barang yang ia inginkan agar ia termotivasi dalam mengerjakan sesuatu: “Setau gue emang dia dari dulu, kalo mau apa-apa ya harus ada hadiahnya dulu, dan hadiahnya yang dia mau, katanya mah biar semangat ngerjain apa-apa kalo dikasih hadiah dan dia emang deket sama mamanya.” 21 Dari informasi diatasterlihat bagaimana huungan antara “SP” dengan ayahnya tidaklah harmonis, namun berbanding terbalik dengan hubungan “SP” dengan mamanya yang sangatlah harmonis. Hubungna yang harmonis dengan mamanya tidak terlepas dari apa yang selalu diberikan oleh mamanya kepada “SP”. 3 Hubungan “AP” dengan Keluarga Ternyata hubungan “AP” dengan ayahnya juga tidaklah harmonis. Semenjak orang tuanya bercerai “AP” hampir tidak pernah bertemu dengan ayahnya. “AP” baru mengenal ayahnya ketika ia berusia 3 tahun. Karena “AP” yang tidak mengenal sosok ayahnya, hal tersebut pernah membuat “AP” merasa takut jika harus bertemu dengan sosok pria dewasa, seperti yang diungkapkan oleh ibu “N”: “Abis cerai si kita engga pernah ketemu lagi tuh sampe anak udah gede. Tapi waktu kira- kira “AP” umur 3 tahun dia dateng ngajak rujuk tapi saya engga mau. Nah mulai dari situ dia usaha banget PDKT sama anaknya sendiri. Ya bayangin aja tiba-tiba dateng terus ngenalin diri jadi ayah, apa engga bingung anaknya.” 22 21 Wawancara pribadi dengan sahabat “SP”. 22 Wawancara pribadi dengan ibu “N”. Namun hubungan antara “AP” dengan mamanya sangatlah dekat, hal tersebut juga didasarkan atas hak asuh perwalian “AP” yang jat uh kepada ibu “N”. “AP” yang sehari-hari selalu menghabiskan waktu bersama dengan ibunya membuat “N” menjadi anak yang tidak percaya diri, seperti yang diungkapkan oleh ibu “N”: “Kalo saya sama anak si deket banget, namanya sehari- hari kita berdua terus, ngapa-ngapain berdua. Cuma ya karena kita terlalu deket dia tuh jadi engga pede. Apalagi kalo ketemu sama orang lain”. 23 Dari informasi diatas terlihat bahwa hubungan “AP” dengan mamanya sangatlah dekat, namun kedekatan tersebut justru membawa “AP” tumbuh menjadi anak yang kurang memiliki percaya diri, hal tersebut juga didasari oleh hubungan “AP” dengan ayahnya yang tidak harmonis setelah kedua orang tuanya bercerai. 4 Hubungan “RP” dengan Keluarga Seperti yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa “RP” memiliki kedekatan yang erat dengan ibunya. Karena semenjak perceraian hubungan “RP” dengan ayahnya tidaklah seharmonis dulu. Seperti yang dijelaskan oleh “RP”: “Setelah pisah ibu sama bapak udah enggak ga ketemu lagi. Ibu udah males banget kali kalo ketemu bapak, kayanya si sakit hati karena masalah yang dulu. Tapi gue masih suka smsan sama bapak, ya enggak sering si. Biasanya dia mah kalo sms minta uang sama gue. Itupun tanpa sepengetahuan ibu.” 24 23 Wawancara pribadi dengan ibu „N” 24 Wawancara pribadi dengan “RP”. Dari informasi “RP” diatas dapat dilihat bahwa hubungan “RP” dengan ayahnya tidaklah harmonis dikarenakan ibunya yang masih memiliki rasa sakit hati dengan ayahnya tersebut. bahkan untuk berkomunikasi dengan ayahnya, “RP” harus melakukannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibunya.

c. Status ekonomi orang tua

Ternyata perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh status ekonomi orang tua. Dengan perekonomian yang cukup maka anak akan mendapatkan kesempatan yang lebih leluasa untuk mengembangkan dirinya. 1 Status Ekonomi orang tua “IA” “IA” yang terlahir dengan status ekonomi orang tua yang tinggi membuat “IA” mampu mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah serta dapat mengembangkan dirinya dengan luas. “IA” yang berusia 2 tahun akan dipersiapkan ibu “U” untuk bisa masuk disebuah play group yang terkenal di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Hal tersebut dilakukan oleh ibu “U” karena ia menginginkan anaknya bisa lancar berbahasa Inggris sejak kecil, seperti yang diungkapkan ibu “U” sebagai berikut: “Sekarang diakan umurnya 2 tahun, jadi gue lagi siapin dia untuk masuk play group di Kemang. Gue pengen dia bisa bahasa Inggris dari kecil, kalo di sekolah biasakan bahasa Ingrisnya kurang, tapi kalo disana pasti sehari-hari pake bahasa Inggris.” 25 25 Wawancara pribadi dengan ibu “U”. Dengan status ekonomi yang tinggi, maka orang tua “IA” telah mempersiapkan ma sa depan yang cerah untuk “IA”, dengan rencana menyekolahkannya di sebuah play group dengan status sekolah Internasional. 2 Status Ekonomi orang tua “SP” Status ekonomi keluarga yang tinggi membuat “SP” dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Selain itu untuk mempermudah akses dalam menjalankan perkuliahannya, orang tuanya memberikan satu unit mobil sedan mewah untuk menunjang aktivitasnya terutama dalam pendidikan. Seperti yang dijelaskannya sebagai berikut: “Gue disinikan ngekost, jadi gue minta mobil sama mama buat kalo kemana-mana, kaya ngerjain tugas segala macem.” 26 Hal serupa juga disampaikan oleh sahabat “SP” yang membenarkan jika orang tua “SP” terutama mamanya sangatlah sayang kepada “SP”. Apapun yang diminta “SP” akan selalu diusahakan oleh mamanya, seperti ketika ia kuliah di Jakarta “SP” diberikan mobil oleh mamanya, seperti yang diungkapkan sebagai berikut: “Setau gue si mamanya emang sayang banget sama dia. apa aja yang diminta pasti diturutin. Kaya waktu dia baru kuliah di Jakarta, dia dibeliin mobil sama mamanya buat kalo ke kampus atau buat ngerjain tugas. Semua gedget yang baru pasti dia punya.” 27 26 Wawancara pribadi dengan “SP”. 27 Wawanca ra pribadi dengan sahabat “SP”. Dengan status ekonomi orang tua “SP” yang tinggi, maka “SP” dengan mudah mendapatkan apa yang dia butuhkan seperti pemberian mobil dan gedget yang diberikan oleh mamanya. Namun hal tersebut jika tidak disikapi dengan positif akan membawa “SP” pada gaya hidup hedonisme. 3 Status Ekonomi orang tua “AP” Meskipun “AP”terlahir dari orang tua dengan status ekonomi yang rendah, namun hingga saat ini “AP” masih bisa mengembangkan dirinya karena “AP” adalah anak tunggal. Otomatis semua pendapatan orang tua selain untukbiaya hidup, juga diperuntukkan bagi “AP”. Seperti penuturan dari ibu “N”: “Untuk sekarang si semuanya cukup. Namanya baru punya anak satu jadi ya semuanya pasti buat dia, misalnya beli ipad buat dia belajar dirumah. Tapi enggak tau deh gimana nanti kalo dia punya ade lagi.” 28 Untuk saat ini, segala keperluan dan kebutuhan “AP” masih dapat terpenuhi oleh mamanya, karena “AP” yang tidak memiliki saudara. Namun orang tuanya sendiri meragukan jika kelak “AP” memiliki adik, apakah segala kebutuhan “AP” masih bisa dipenuhi atau tidak. 4 Status Ekonomi orang tua “RP” “RP” yang terlahir sebagai anak tunggal memang selalu menjadi prioritas bagi kedua orang tuanya. Namun semenjak ayahnya mengalami kebangkrutan, status ekonomi kedua orang 28 Wawancara pribadi dengan ibu “N”.