Hipotesis Definisi Operasional PENDEKATAN TEORITIS

1 Negatif 3 - 4 = skor 1 2 Netral 5 - 7 = skor 2 3 Positif 7 = skor 3 c. Komponen Konatif adalah aspek sikap yang menyangkut kecenderungan untuk berperilaku dalam hal mengkonsumsi makanan pokok non beras. Komponen konatif ini dilihat berdasarkan 4 pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka, dan kombinasi. Pertanyaan tertutup memiliki 2 alternatif jawaban yaitu : 1 Tidak = skor 1 2 Ya = skor 2 Sedangkan untuk pertanyaan terbuka akan dibuat kode-kode jawaban begitu pula dengan pertanyaan kombinasi. a Alasan membedakan dalam menyajikan makanan pokok non beras pada keluarga dan tamu 1 Malu = skor 1 2 Menghormati mengistimewakan tamu = skor 2 3 Tidak menjawab = skor 3 b Pilihan makanan pokok sebagai pengganti beras 1 Singkong = skor 1 2 Jagung = skor 2 3 Ubi = skor 3 4 Tidak ada yang dipilih = skor 4 c Alasan mengkonsumsi singkong 1 Rasanya enak = skor 1 2 Mengenyangkan = skor 2 3 Kadar gizi tinggi = skor 3 4 Mudah diolah = skor 4 5 Mudah didapat = skor 5 6 Harganya murah = skor 6 7 Tidak menjawab = skor 7 d Alasan mengkonsumsi jagung 1 Rasanya enak = skor 1 2 Mengenyangkan = skor 2 3 Kadar gizi tinggi = skor 3 4 Panen cepat – skor 4 5 Tidak menjawab = skor 5 e Alasan mengkonsumsi ubi 1 Rasanya enak = skor 1 2 Tahan lama = skor 2 3 Tidak menjawab = skor 3 f Alasan tidak ada yang dipilih 1 Bukan makanan pokok = skor 1 2 Tidak menjawab = skor 2 d. Pengukuran sikap merupakan penjumlahan dari total nilai komponen kognisi dan afeksi, yang terbagi dalam 3 kategori sikap yaitu sikap positif, netral, dan negatif. 1 Sikap negatif 14 - 23 = skor 1 2 Sikap netral 24 - 32 = skor 2 3 Sikap positif 32 = skor 3 2. Karakteristik individu adalah keadaan individu yang berkaitan dengan dirinya yang terdiri atas usia, pendidikan, luas lahan pertanian yang dikuasai, dan pendapatan. a. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan dengan tahun saat penelitian dilakukan. Menurut Havighurst 1950, usia dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1 Usia muda 30 Tahun = skor 1 2 Usia madya 30 - 55 Tahun = skor 2 3 Usia tua 55 Tahun = skor 3 b. Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1 Pendidikan rendah tidak sekolah atau tidak tamat SD dan Tamat SD = skor 1 2 Pendidikan sedang tamat SMP atau tamat SMA = skor 2 3 Pendidikan tinggi tamat Perguruan Tinggi = skor 3 c. Luas lahan pertanian yang dikuasai adalah luasnya sawah yang digarap oleh responden. Menurut Sajogyo 1978, luas lahan terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1 Lahan sempit kurang dari 0,25 ha = skor 1 2 Lahan sedang 0,25 ha – 0,5 ha = skor 2 3 Lahan luas lebih dari 0,5 ha = skor 3 d. Tingkat pengeluaran adalah biaya yang dihabiskan atau dikeluarkan oleh individu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1 Tingkat pengeluaran rendah kurang dari Rp1.000.000,- = skor 1 2 Tingkat pengeluaran sedang Rp1.000.000,- sampai Rp2.000.000,- = skor 2 3 Tingkat pengeluaran tinggi lebih dari Rp2.000.000,- = skor 3 Tingkat pengeluaran diambil berdasarkan rata-rata minimum UMR Kabupaten Bogor pada Tahun 2011 yaitu sebesar Rp1.172.060,- dengan asumsi pengeluaran dapat mencerminkan pendapatan responden. Penghitungan tingkat pengeluaran sehari-hari responden akan diakumulasikan menjadi tingakat pengeluaran bulanan, sehingga akan didapatkan tingkat pengeluaran responden perbulan. 3. Perilaku konsumsi makanan non beras adalah tingkah laku seseorang dalam mengkonsumsi bahan makanan non beras yaitu singkong, jagung, dan ubi. Pengukuran terhadap variabel perilaku dilihat dari 3 aspek yaitu : a. Tingkat konsumsi terhadap bahan makanan adalah banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi. Cara mengukur variabel ini adalah dengan mengurutkan bahan makanan yang paling banyak dikonsumsi dengan skor 1 sampai skor 4 dari yang paling negatif ke paling positif. b. Frekuensi konsumsi 1 Tidak pernah = skor 1 2 Jarang = skor 2 3 Sering = skor 3 4 Setiap hari = skor 4 c. Cara konsumsi 1 Dikonsumsi tanpa lauk = skor 1 2 Dikonsumsi dengan lauk yang tertentu = skor 2 3 Dikonsumsi dengan lauk apapun yang tersedia = skor 3 d. Cara penyajian 1 Sebagai makanan cemilan = skor 1 2 Hanya disajikan untuk keluarga saja = skor 2 3 Hanya disajikan untuk tamu saja = skor 3 4 Disajikan untuk keluarga dan tamu = skor 4 e. Pengukuran perilaku konsumsi merupakan penjumlahan total nilai variabel tingkat konsumsi dengan frekuensi konsumsi yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu perilaku konsumsi rendah, perilaku konsumsi sedang, dan perilaku konsumsi tinggi. 1 Perilaku konsumsi rendah 5 - 6 = skor 1 2 Perilaku konsumsi sedang 7 - 8 = skor 2 3 Perilaku konsumsi tinggi 8 = skor 3 4. Faktor budaya adalah kepercayaan dan kebiasaan yang ada pada suatu masyarakat terhadap bahan makanan pokok non beras, yaitu singkong, jagung, dan ubi. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam dan observasi, namun tidak terlalu dibahas dalam skripsi ini, karena hanya dilihat sejauh mana faktor budaya mempengaruhi perilaku konsumsi makanan pokok non beras. 5. Faktor ketersediaan bahan pangan adalah tersedianya bahan makanan pokok beras pada suatu masyarakat. Cara mengukur variabel ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan cara observasi, namun tidak terlalu dibahas dalam skripsi ini, karena hanya dilihat sejauh mana faktor ini mempengaruhi perilaku konsumsi makanan pokok non beras. 6. Kelembagaan adalah sesuatu yang kompleks yang didalamnya berisi mengenai peraturan-peraturan yang mengikat masyarakatnya. Dalam kelembagaan terdapat empat tingkatan norma yaitu: a. Cara adalah hubungan antara individu dan masyarakat yang menunjuk pada suatu perbuatan. Sanksi moral yang dikenakan pada norma ini adalah sesuatu yang tidak pantas, sedangkan sanksi yang dikenakan oleh masyarakat adalah dianggap janggal. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok mencapai tingkat cara jika belum ada aturan-aturan yang baku dalam hal makanan pokok non beras. b. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Sanksi moral yang dikenakan jika melanggar norma ini adalah perasaan malu, sedangkan sanksi yang dikenakan masyarakat adalah dicela atas perbuatannya. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok telah mencapai tingkat kebiasaan jika dalam masyarakat tersebut telah terdapat kebiasaan mengkonsumsi makanan pokok non beras singkong, jagung, dan ubi baik cara mengkonsumsi yang sama juga frekuensi makan atau waktu makan yang sama, sehingga telah menjadi kebiasaan. c. Tata kelakuan adalah kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima sebagai norma-norma pengatur. Sanksi moral yang dikenakan berupa perasaan bersalah, sedangkan sanksi yang dikenakan oleh masyarakat adalah dihukum. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok telah mencapai tingkat tata kelakuan jika dalam masyarakat tersebut bahan makanan pokok non beras telah menjadi kebiasaan masyarakat untuk dikonsumsi serta telah ada aturan yang baku untuk mengkonsumsi bahan makanan pokok tersebut. d. Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat intergrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Sanksi moral yang dikenakan adalah rasa berdosa, sedanggkan sanksi yang dikenakan masyarakat adalah dikucilkan atau dikeluarkan dari masyarakat tersebut. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok telah mencapai tingkat adat istiadat jika dalam masyarakat tersebut bahan makanan pokok non beras telah menjadi kebiasaan untuk dikonsumsi dan telah terdapat aturan yang baku serta sanksi yang jelas jika tidak mengkonsumsi bahan makanan pokok tersebut. 7. Kelompok responden adalah responden-responden yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik yang sama, yaitu karakteristik individu seperti usia, pendidikan, pekerjaan. Pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok responden. a. Responden petani yaitu kelompok responden yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Responden petani dibedakan pada karakteristik individu yaitu berdasarkan luas lahan pertanian yang dikuasai. b. Responden non petani yaitu kelompok responden yang bermatapencaharian selain petani dan buruh tani. Responden non petani dibedakan pada karakteristik individu yaitu berdasarkan pendapatan.

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat gambar lokasi dapat dilihat pada lampiran 1. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa di Desa Cibatok Satu ini terdapat pertanian dalam skala luas dan hasil pertanian berupa singkong, jagung, dan ubi yang akan menjadi objek kajian bagi peneliti, serta masih terdapat karakteristik masyarakat desa yang merupakan salah satu syarat responden. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011, selama satu bulan penuh.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian secara kuantitatif juga didukung oleh data kualitatif. Secara kuantitatif penelitian dilakukan dengan kuesioner, sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan beberapa informan seperti tokoh masyarakat, aparat desa, dan masyarakat sekitar. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari responden dan informan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode survei yaitu kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi gambaran umum tempat penelitian untuk mendukung fakta-fakta yang ada di lapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga RW 2 dan RW 5 Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang dilakukan secara purposive. Pemilihan RW 2 dan RW 5 karena di RW 2 dan RW 5 masih terdapat karakteristik masyarakat pedesaan yang akan menjadi objek kajian bagi peneliti. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga dengan syarat responden harus penduduk tetap. Sampel berjumlah 50 orang responden dengan menggunakan teknik Random Sampling. Responden dibedakan menjadi 2 yaitu responden petani dan responden non petani. Pembedaan responden bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat konsumsi terhadap makanan pokok non beras, karena responden petani diasumsikan memproduksi singkong, jagung, dan ubi sebagai makanan pokok non beras, sehingga responden petani seharusnya lebih tinggi tingkat konsumsi non berasnya dibandingkan dengan responden non petani. Pemilihan responden dilakukan secara random setelah seluruh data masyarakat di RW 2 dan RW 5 telah didapatkan. Masing-masing rumah tangga akan dipilih secara acak sebanyak 25 rumah tangga petani dan 25 rumah tangga non petani.

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi pengkodean data, entry, dan analisis data. Seluruh data di entry ke dalam komputer dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 for windows. Microsoft Excel digunakan untuk memasukan data yang telah dikode, sedangkan SPSS 17.0 for windows digunakan untuk merekam data yang bersifat ordinal dan nominal, serta membuat tabel frekuensi dan tabel silang. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel silang dan uji statistik Chi-square. Analisis tabel silang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel, dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah sikap pada komponen kognitif dan afektif, serta perilaku konsumsi terhadap bahan makanan pokok non beras. Uji statistik Chi-square digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara sikap responden terhadap bahan makanan pokok non beras yaitu singkong, jagung, dan ubi dengan perilaku konsumsi terhadap singkong, jagung, dan ubi. Data-data hasil wawancara mendalam digunakan sebagai ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik tersebut.

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16