Kondisi Sosial GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

adalah jenis mata pencaharian. Jenis mata pencaharian responden dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bermata pencaharian di bidang pertanian yaitu sebagai petani dan buruh tani sebesar 43,65 persen. Artinya, minat dan partisipasi masyarakat masih tinggi untuk bekerja di bidang pertanian. Oleh sebab itu, Desa Cibatok Satu menghasilkan tanaman pangan pertanian yang cukup beragam, seperti jagung, padi sawah, ubi jalar, singkong, tomat, sawi, mentimun, buncis, terong, bayam, kangkung, cabai, kacang panjang, dan talas. Namun, komoditas yang paling tinggi adalah singkong yaitu sebesar 20 tonha setiap tahunnya, kemudian disusul oleh jagung yang menghasilkan 15 tonha setiap tahun, dan ubi jalar menghasilkan 10 tonha setiap tahunnya, sedangkan komoditas padi yang dianggap sebagai makanan pokok masyarakat setempat hanya menghasilkan 6 tonha setiap tahunnya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat yang bekerja sebagai petani rata-rata menanam singkong, jagung, dan ubi di sawahnya, sehingga ketersediaan makanan non beras terpenuhi di desa tersebut, namun hasil sawah tersebut lebih banyak dijual dibandingkan dikonsumsi sendiri. Biasanya para petani menjual hasil panennya ke pasar maupun ke pengecer. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian dan Jenis Kelamin di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Tahun 2010 No Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan Total Jumlah Jumlah Jumlah 1 Petani dan Buruh Tani 800 31.75 300 11.90 1100 43,65 2 PNS 335 13.29 150 5.95 485 19,25 3 Wiraswasta 340 13.49 231 9.17 571 22,66 4 Karyawan Swasta 100 3.97 239 9.48 339 13,45 5 Pensiunan 25 0.99 25 0,99 Jumlah 1600 63.49 920 36,51 2520 100 Sumber : Diolah dari Data Monografi Penduduk Desa Cibatok Satu, Januari 2010

4.4 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu usia, pendidikan, luas lahan pertanian yang dikuasai, dan pendapatan. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai karakteristik responden.

4.4.1 Usia

Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan dengan tahun saat penelitian dilaksanakan. Karakteristik usia dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan usia menurut Havigurst 1950, yaitu usia muda kurang dari 30 tahun, usia madya 30 tahun – 55 tahun, dan usia tua diatas 55 tahun. Pada Tabel 5 akan disajikan karakteristik usia responden. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada usia madya yaitu antara usia 30 tahun sampai 55 tahun. Sedangkan usia muda hanya terdapat 4 persen responden petani saja. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah n = 50 Petani Non Petani Jumlah Jumlah Muda 1 4 Madya 17 68 22 88 Tua 7 28 3 12 Total 25 100 25 100

4.4.2 Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden. Pendidikan dibagi menjadi tiga kategori yaitu pendidikan rendah jika tidak sekolah atau tidak tamat SD dan tamat SD, pendidikan sedang jika tamat SMP dan tamat SMA, pendidikan tinggi jika tamat Perguruan Tinggi. Pada Tabel 6 akan disajikan karakteristik pendidikan responden. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa kedua responden baik petani maupun non petani berpendidikan rendah yaitu terdapat 88 persen responden petani dan 72 persen responden non petani. Tidak ada responden yang berpendidikan tinggi. Artinya, kedua responden dapat digolongkan sebagai pendidikan rendah. Namun, dapat dikatakan bahwa responden non petani memiliki pendidikan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden petani. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah n = 50 Petani Non Petani Jumlah Jumlah Rendah 22 88 18 72 Sedang 3 12 7 28 Tinggi Total 25 100 25 100

4.4.3 Luas Lahan Pertanian yang Dikuasai

Luas lahan pertanian yang dikuasai adalah jumlah besarnya lahan yang dilakukan dalam menggarap sawah. Luas lahan pertanian yang dikuasai dibagi menjadi tiga kategori, yaitu lahan sempit kurang dari 0,25 ha, lahan sedang 0,25 – 0,50 ha, dan lahan luas lebih dari 0,50 ha. Namun, karakteristik ini hanya berlaku untuk responden petani saja. Pada Tabel 7 akan disajikan karakteristik luas lahan pertanian yang dikuasai responden. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Luas Lahan Pertanian yang Dikuasai Luas Lahan Pertanian yang Dikuasai Jumlah n = 25 Jumlah Sempit 12 48 Sedang 6 24 Luas 7 28 Total 25 100 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden petani menguasai lahan pertanian dengan usia sempit, yaitu terdapat 48 responden. Persentase responden yang menguasai lahan sedang dan lahan luas tidak terlalu jauh berbeda. Artinya, rata-rata petani menguasai lahan kurang dari 0,25 ha. Hal ini disebabkan oleh belum banyaknya masyarakat yang memiliki lahan di atas 0,25 ha dan hal tersebut juga merupakan gambaran kondisi masyarakat petani di Indonesia yang rata-rata masih memiliki lahan sempit, yakni kurang dari 0,25 ha.

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16