Hubungan Perilaku Konsumsi Jagung dengan Sikap terhadap Jagung

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara perilaku konsumsi jagung dengan sikap terhadap jagung. Tabel 38. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Konsumsi Jagung dan Sikap terhadap Jagung Sikap terhadap Jagung Perilaku Konsumsi Jagung Total Rendah Sedang Tinggi Jml Jml Jml Jml Negatif Netral 21 84 15 79,16 5 82,35 41 72 Positif 4 16 4 20,84 1 17,65 9 28 Total 25 100 19 100 6 100 50 100 Hasil yang sama juga dibuktikan oleh uji statistik Chi-square. Berdasarkan hasil analisis uji statistik Chi-square antara perilaku konsumsi jagung dengan sikap terhadap jagung didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.062 dengan tingkat signifikansi 0.907 0.05 level of significant α. Artinya, hubungan antara perilaku konsumsi jagung dengan sikap terhadap jagung sangat lemah. Selain itu, angka signifikasi yang jauh diatas 0.05 menunjukkan tidak adanya perbedaan antara perilaku konsumsi jagung dengan sikap terhadap jagung.

7.3 Hubungan Perilaku Konsumsi Ubi dengan Sikap terhadap Ubi

Pada Tabel 39 disajikan perilaku konsumsi ubi berdasarkan sikap responden terhadap ubi. Tabel 39 memperlihatkan bahwa sikap negatif tidak dimiliki oleh semua responden. Umumnya responden yang memiliki sikap netral terhadap ubi, karena ubi dianggap sebagai komoditas yang sudah familiar dibandingkan beras, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi konsumsi ubi, maka sikap responden terhadap ubi semakin netral. Begitu pula dengan responden yang jarang mengkonsumsi ubi, maka sikapnya cenderung netral. Artinya, responden yang jarang mengkonsumsi ubi dan responden yang sering mengkonsumsi ubi memiliki sikap yang cenderung netral. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor ketersediaan bahan pangan. Faktor budaya yang terdapat di masyarakat yang menganggap ubi sebagai makanan cemilan mempengaruhi perilaku responden, sehingga sikapnya netral. Begitu pula faktor ketersediaan bahan pangan dalam hal ini beras yang masih mudah ditemukan di desa ini mempengaruhi perilaku responden terhadap ubi, sehingga responden masih memiliki pilihan lain sebagai makanan pokok yaitu beras. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perilaku konsumsi ubi tidak mempengaruhi sikapnya terhadap ubi. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada uji statistik Chi-square yaitu tidak terdapat perbedaan antara perilaku konsumsi ubi dengan sikap terhadap ubi. Tabel 39. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Konsumsi Ubi dan Sikap terhadap Ubi Sikap terhadap Ubi Perilaku Konsumsi Ubi Total Rendah Sedang Tinggi Jml Jml Jml Jml Negatif Netral 15 75 10 71,43 11 68,75 36 72 Positif 5 25 4 28,57 5 31,25 14 28 Total 20 100 14 100 16 100 50 100 Berdasarkan hasil analisis uji statistik Chi-square antara perilaku konsumsi ubi dengan sikap terhadap ubi didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.059 dengan tingkat signifikansi 0.916 0.05 level of significant α. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara perilaku konsumsi ubi dengan sikap terhadap ubi. Selain itu, hubungan antara perilaku konsumsi ubi dengan sikap terhadap ubi menunjukkan hubungan yang sangat lemah. Dengan demikian, hasil antara uji tabel silang dengan uji statistik Chi-square memberikan hasil yang sama.

7.4 Ikhtisar

Sikap responden terhadap singkong, jagung, dan ubi cenderung netral, disebabkan oleh ketiga bahan makanan tersebut dianggap sebagai komoditas yang sudah familiar akrab dalam kehidupan masyarakat. Semakin sering responden mengkonsumsi singkong, maka sikapnya cenderung netral, dan sebaliknya semakin jarang responden mengkonsumsi singkong, maka sikapnya semakin positif terhadap singkong. Hal ini juga diperkuat oleh hasil uji statistik Chi- square. Berdasarkan hasil uji korelasi Chi-square terdapat hubungan antara perilaku konsumsi singkong dengan perilaku konsumsinya, karena angka signifikasi pada variabel tersebut berada dibawah 0.05 level of significant α.

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16