Komponen Afektif terhadap Ubi

perasaan negatif terhadap ubi, walaupun ubi tidak dikonsumsi setiap hari sebagai makanan pokok. Dimensi pada Komponen Afektif terhadap Ubi Dimensi afektif yang positif pada semua kelompok responden dapat dilihat lebih rinci pada lampiran 3. Seluruh responden menyatakan perasaan positif 100 persen pada pernyataan rasa ubi enak. Sedangkan pada pernyataan rasa ubi yang nikmat terdapat perbedaan antara kedua responden. Terdapat 6 persen responden non petani yang tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Terlepas pada kedua pernyataan dalam dimensi rasa, selanjutnya akan dibahas mengenai dimensi perasaan yaitu rasa malu jika menyuguhkan ubi untuk tamu. Pada dimensi ini terdapat perbedaan dengan dimensi rasa. Rata-rata responden yaitu terdapat 42 persen pada responden petani dan 38 persen pada responden non petani menyatakan perasaan negatif terhadap pernyataan tersebut. Hal ini disebabkan oleh menyuguhkan tamu dengan ubi merupakan suatu kebiasaan, sehingga tidak ada rasa malu. Berdasarkan pernyataan dari dimensi rasa dan perasaan pada komponen afektif, dapat diketahui bahwa perasaan yang sangat positif terdapat pada dimensi rasa dan perasaan yang sangat negatif terdapat pada dimensi perasaan. Perbandingan Dimensi pada Komponen Afektif terhadap Ubi Pada Tabel 30 dapat dilihat intensitas perasaan responden pada masing- masing dimensi efektif terhadap ubi. Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan perasaan yang sama pada kedua responden mengenai ubi, yaitu cenderung positif pada dimensi rasa. Kecenderungan afeksi yang positif ini memiliki arti bahwa baik kelompok responden petani maupun kelompok responden non petani mengakui bahwa ubi memiliki rasa yang enak dan nikmat. Dilihat dari dimensi rasa yang diteliti, kelompok responden petani lah yang menunjukkan perasaan paling positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin responden tersebut dekat mengkonsumsi dengan ubi maka akan semakin positif perasaannya terhadap ubi. Sementara pada dimensi perasaan seluruh responden menunjukkan perasaan negatif terhadap ubi. Karena, kedua responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa akan menimbulkan rasa malu jika mengkonsumsi ubi sebagai makanan pokok sehari-hari. Tabel 30. Jumlah Skor Rata-Rata pada Setiap Pernyataan Komponen Afektif terhadap Ubi No Dimensi Afektif terhadap Singkong Skor Rata-Rata Kelompok Skor Rata- Rata Keseluruhan Petani Non Petani 1 Enak 3,00 3,00 3,00 2 Nikmat 2,92 2,64 2,78 3 Malu jika mengkonsumsi sebagai makanan pokok sehari-hari 1,28 1,44 1,36 Rata-Rata Afektif 2,40 2,36 2,38

6.3.3 Ikhtisar

Tingkat pengetahuan dan keyakinan terhadap ubi tergolong sedang. Artinya, tingkat pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap ubi tergolong cukup, baik mengenai harga, keunggulan, dan budaya. Sedangkan tingkat afeksi atau perasaan terhadap ubi tergolong netral, dengan kata lain dapat diartikan bahwa responden memiliki perasaan dan sikap yang biasa saja terhadap ubi sebagai bahan makanan pokok non beras. Pada dimensi rasa dalam komponen afeksi dapat diketahui bahwa responden petani yang memiliki perasaan lebih positif dibandingkan dengan responden non petani. Sedangkan pada dimensi perasaan, kedua responden menunjukkan perasaan negatif.

6.4 Komponen Konatif terhadap Singkong, Jagung, dan Ubi

Komponen Konatif adalah aspek sikap yang menyangkut kecenderungan untuk berperilaku dalam hal mengkonsumsi makanan pokok non beras. Komponen konatif ini dilihat berdasarkan 4 pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka, dan kombinasi yang akan dijawab oleh 50 orang responden. Pada Tabel 31 dapat diketahui sikap responden dalam hal akan membedakan penyajian responden pada komponen konatif. Umumnya sebagian besar responden 60 persen tidak akan berbeda dalam menyajikan makanan untuk tamu, yang terdiri dari 68 persen responden petani dan 52 responden non petani. Namun, terdapat responden yang mengaku akan membedakan penyajian makanan untuk tamu. Sebanyak 32 persen responden petani dan 48 persen responden non petani setuju akan hal ini. Namun, persentase responden non petani lebih besar dibandingkan dengan responden petani dalam menyajikan tamu dengan cara yang berbeda. Artinya, rasa gengsi pada responden non petani lebih tinggi dibandingkan dengan responden non petani. Responden non petani merasa malu jika menyuguhkan tamu sama seperti menyuguhkan keluarga, karena tamu merupakan orang yang dihormati atau diistimewakan. Sedangkan bagi responden petani tamu dan keluarga sama saja, sehingga penyajiannya pun tidak harus dibedakan. Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden pada Kelompok petani dan Kelompok Non Petani Berdasarkan Komponen Konatif akan Menyajikan Berbeda No Penyajian Berbeda untuk Tamu Petani Non Petani Total Persentase Jml Jml 1 Tidak 17 68 13 52 30 60 2 Ya 8 32 12 48 20 40 Total 25 100 25 100 50 100 Bagi sebagian orang akan berbeda dalam menyajikan tamu, namun bagi sebagian orang lainnya tidak demikian. Seperti halnya akan menyajikan singkong, jagung, dan ubi untuk keluarga setiap hari. Tidak semua responden mau melakukan hal tersebut. Pada Tabel 32 dapat diketahui sikap responden akan menyajikan singkong, jagung, dan ubi setiap hari. Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden pada Kelompok Petani dan Kelompok Non Petani Berdasarkan Komponen Konatif akan Menyajikan Setiap Hari No Akan Menyajikan Singkong, Jagung, Ubi setiap Hari Petani Non Petani Total Persentase Jml Jml 1 Tidak 11 44 13 52 23 46 2 Ya 14 56 12 48 26 52 Total 25 100 25 100 50 100

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16