Cara Penyajian PERILAKU KONSUMSI MAKANAN POKOK NON BERAS

menyajikan singkong, jagung, dan ubi untuk tamu saja. Kedua responden menyajikan sebagai makanan cemilan karena biasanya singkong, jagung, dan ubi dikonsumsi bukan sebagai makanan pokok. Selain itu singkong, jagung, dan ubi biasanya diolah menjadi makanan lain yang lebih menarik seperti kolak, timus, kue cendil, keripik, opak, rempeyek, bakwan jagung, perkedel jagung. Untuk itu dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai cara penyajian singkong, jagung, dan ubi untuk keluarga dan tamu. Cara penyajian singkong, jagung, dan ubi untuk keluarga dan tamu akan dibahas lebih lanjut. Pilihan cara penyajian ketiga bahan makanan tersebut pada penelitian ini yaitu: 1. Direbus, 2. Digoreng, 3. Diolah menjadi makanan lain. Cara penyajian singkong, jagung, dan ubi biasanya yang dilakukan untuk keluarga dan tamu akan disajikan pada Tabel 15. Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai penyajian singkong, jagung, dan ubi baik penyajian yang biasanya untuk keluarga dan tamu serta penyajian yang paling sering dilakukan untuk keluarga dan tamu. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa kedua responden menyajikan singkong baik untuk keluarga dan tamu biasanya dengan cara diolah menjadi makanan lain, seperti keripik, rempeyek, opak, timus, kue cendil, rempeyek, dan enyek-enyek. Hal ini disebabkan oleh kedua responden menganggap singkong sebagai makanan cemilan. Walaupun bagi sebagian kecil responden petani singkong dianggap sebagai makanan tambahan. Biasanya sebagai makanan tambahan, singkong hanya disajikan dengan cara direbus saja. Begitu pula dengan cara penyajian jagung untuk keluarga dan tamu tidak berbeda pada kedua responden. Kedua responden biasanya menyajikan jagung untuk keluarga dan tamu dengan cara diolah menjadi makanan lain, seperti perkedel jagung, bakwan jagung, bahkan jagung juga diolah sebagai bahan tambahan untuk membuat sayur. Namun, menurut responden makanan yang diolah dengan bahan dasar jagung belum terlalu bervariasi dibandingkan dengan makanan yang diolah dengan bahan dasar singkong. Terdapat perbedaan antara cara penyajian ubi untuk keluarga dan untuk tamu bagi kedua responden. Menyajikan ubi untuk keluarga, kedua responden sepakat untuk menyajikan dengan cara direbus. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase responden petani dalam menyajikan ubi untuk keluarganya dengan cara direbus yaitu sebesar 64 persen. Begitu pula dengan responden non petani yaitu terdapat 48 persen yang menyajikan ubi dengan cara direbus untuk keluarga. Bagi responden non petani, tidak terlalu berbeda persentasenya dalam menyajikan ubi untuk keluarga, karena terdapat 40 persen responden yang menyajikan ubi dengan cara digoreng. Artinya, bagi responden petani menyajikan ubi untuk keluarga biasanya dengan cara direbus dan digoreng. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Cara Penyajian Biasanya pada Singkong, Jagung, dan Ubi Cara Penyajian Biasanya untuk Keluarga dan Tamu Jumlah n = 50 Keluarga Tamu Petani Non Petani Petani Non Petani Jml Jml Jml Jml Singkong Direbus 10 40 10 40 6 24 4 16 Digoreng 8 32 6 24 9 36 10 40 Diolah menjadi makanan lain 19 76 15 60 17 68 14 56 Jumlah 37 148 31 124 32 118 28 112 Jagung Direbus 15 60 19 76 14 56 21 84 Digoreng Diolah menjadi makanan lain 12 48 10 40 12 48 5 20 Jumlah 27 108 29 116 26 104 26 104 Ubi Direbus 16 64 12 48 10 40 6 24 Digoreng 6 24 10 40 9 36 14 56 Diolah menjadi makanan lain 9 36 9 36 10 40 5 20 Jumlah 31 124 31 124 29 116 25 100 Kedua responden memiliki cara yang berbeda dalam menyajikan tamu dengan ubi. Bagi responden petani, ubi biasanya disajikan untuk tamu dengan cara direbus dan diolah menjadi makanan lain. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 15 bahwa terdapat 40 persen responden petani yang melakukan cara penyajian seperti ini. Sedangkan pada responden non petani dalam menyajikan ubi untuk tamu biasanya dengan cara digoreng saja. Terdapat 56 persen responden yang menyajikan ubi untuk tamu dengan cara digoreng. Penyajian singkong, jagung, dan ubi yang biasanya dilakukan untuk keluarga dan tamu berbeda dengan penyajian yang paling sering dilakukan untuk keluarga dan tamu. Pada Tabel 16 akan disajikan cara penyajian singkong, jagung, dan ubi yang paling sering untuk keluarga dan tamu. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki cara yang sama dalam menyajikan singkong, jagung, dan ubi untuk keluarga dan tamu. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Cara Penyajian Paling Sering pada Singkong, Jagung, dan Ubi Cara Penyajian untuk Keluarga dan Tamu yang Paling Sering Jumlah n = 50 Keluarga Tamu Petani Non Petani Petani Non Petani Jml Jml Jml Jml Singkong Direbus 6 24 9 36 3 12 4 16 Digoreng 6 24 4 16 7 28 9 36 Diolah menjadi makanan lain 13 52 12 48 15 60 12 48 Jumlah 25 100 25 100 25 100 25 100 Jagung Direbus 14 56 17 68 14 56 20 80 Digoreng Diolah menjadi makanan lain 11 44 8 32 11 44 5 20 Jumlah 25 100 25 100 25 100 25 100 Ubi Direbus 17 68 12 48 11 44 6 24 Digoreng 5 20 7 28 8 32 14 56 Diolah menjadi makanan lain 3 12 6 24 6 24 5 20 Jumlah 25 100 25 100 25 100 25 100 Terdapat 52 persen responden petani dan 48 persen responden non petani yang menyajikan singkong dengan cara diolah menjadi makanan lain untuk keluarganya. Jika biasanya responden menyajikan singkong untuk keluarga dan tamu dengan cara diolah dan direbus, namun cara yang paling sering dilakukan oleh kedua responden dengan cara diolah menjadi makanan lain, seperti keripik, rempeyek, opak, timus, kolak, kue cendil, dan lain sebagainya. Begitu pula cara yang paling sering dilakukan dalam menyajikan jagung bagi kedua responden adalah dengan cara direbus, baik menyajikan untuk keluarga maupun tamu kedua responden menyajikan jagung dengan cara direbus. Salah satu alasan kedua responden lebih sering menyajikan jagung untuk keluarga dan tamu dengan cara direbus karena jika diolah menjadi makanan lain tidak akan terlalu bervariasi, sehingga responden lebih sering melakukannnya dengan cara direbus. Beda halnya dengan ubi, terdapat perbedaan cara pada kedua responden dalam menyajikan ubi untuk keluarga dan tamu. Jika responden petani lebih sering menyajikan ubi untuk keluarga dan tamu dengan cara direbus, maka pada responden non petani terdapat perbedaan. Responden non petani menyajikan ubi untuk keluarga paling sering dengan cara direbus saja, namun untuk tamu ubi lebih sering dengan cara digoreng. Salah satu alasan responden ini membedakan cara penyajiannya adalah responden merasa malu jika menyajikan untuk tamu sama seperti menyajikan untuk keluarga.

5.5 Perilaku Konsumsi Makanan Pokok Non Beras

Perilaku konsumsi makanan pokok non beras digolongkan menjadi 3 yaitu perilaku konsumsi tinggi, perilaku konsumsi sedang, dan perilaku konsumsi rendah. Perilaku konsumsi tinggi menunjukkan bahwa tingkat konsumsi dan frekuensi konsumsi terhadap bahan makanan pokok non beras tinggi. Sebaliknya, perilaku konsumsi rendah menunjukkan bahwa tingkat konsumsi dan frekuensi konsumsi terhadap bahan makanan pokok non beras rendah. Perilaku konsumsi dilihat berdasarkan tingkat konsumsi yaitu banyaknya jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh responden dan frekuensi konsumsi responden. Dengan kata lain, perilaku konsumsi merupakan penjumlahan antara tingkat konsumsi dengan frekuensi konsumsi. Pada Tabel 17 akan disajikan perilaku konsumsi bahan makanan pokok non beras pada responden. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa persentase rata-rata perilaku konsumsi tinggi pada responden merupakan persentase yang paling kecil yaitu hanya 26 persen. Sedangkan persentase rata-rata yang paling tinggi yaitu pada perilaku sedang terdapat 38 persen. Dengan kata lain, kurang dari 30 persen responden yang mengkonsumsi makanan pokok non berasnya tinggi. Dalam hal ini singkong yang paling banyak dikonsumsi oleh responden, karena singkong lebih mengenyangkan dan dapat dibuat bermacam-macam makanan. Sedangkan jagung yang paling sedikit dikonsumsi oleh responden. Jagung sedikit dikonsumsi karena jagung harganya cukup mahal dibandingkan singkong dan ubi, sehingga jarang dikonsumsi sehari-hari. Oleh sebab itu, petani lebih memilih untuk menjual jagung dibandingkan untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan responden non petani lebih memilih singkong dan ubi untuk dikonsumsi sehari-hari sebagai makanan cemilan dibandingkan jagung yang harganya cukup mahal dan terbatas untuk dibuat berbagai macam makanan. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Konsumsi terhadap Bahan Makanan Pokok Non Beras

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Pendapatan dan Interaksi Sosial pada paemuda Sirkulator ( Kasus Desa Cibatok II Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat)

0 8 74

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangrman Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ 1lir, Kecamatan Cibungbulang, Bogar)

0 10 156

Kajian pola dan struktur tata ruang perdesaan (studi kasus desa Cibatok satu, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor)

0 9 98

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

1 28 153

POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah)

0 0 16