BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP
TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS
Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi. Perilaku konsumsi yang akan
dibahas terdiri dari tingkat konsumsi, frekuensi konsumsi, cara konsumsi, dan cara penyajian. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai perilaku konsumsi
singkong, jagung, dan ubi dengan sikap terhadap ketiga bahan makanan tersebut.
7.1 Hubungan Perilaku Konsumsi Singkong dengan Sikap terhadap
Singkong
Pada Tabel 37 disajikan perilaku konsumsi singkong berdasarkan sikap responden terhadap singkong.
Tabel 37. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Konsumsi Singkong dan Sikap terhadap Singkong
Sikap terhadap
Singkong Perilaku Konsumsi Singkong
Total Rendah
Sedang Tinggi
Jml Jml
Jml Jml
Negatif Netral
3 33,33 19 79,16
14 82,35 36
72 Positif
6 66,67 5 20,84
3 17,65 14
28 Total
9 100
24 100
17 100
50 100
Tabel 37 memperlihatkan bahwa tidak ada responden yang memiliki sikap negatif terhadap singkong. Hal ini disebabkan oleh responden yang masih tetap
mengkonsumsi singkong walaupun bukan sebagai makanan pokok. Secara keseluruhan, responden cenderung bersikap netral terhadap singkong, namun
perilaku konsumsinya berbeda-beda. Sikap netral ini disebabkan responden menganggap singkong sebagai komoditas yang sudah familiar akrab dalam
kehidupan masyarakat dibandingkan beras. Selain itu, status sosial masyarakat yang menganggap singkong sebagai komoditas inferior dapat mempengaruhi
responden dalam menanggapi singkong sebagai makanan pokok. Responden
cenderung memiliki rasa gengsi jika singkong dijadikan sebagai makanan pokok. Sikap melekat dengan budaya, dalam hal ini budaya yang terdapat pada responden
adalah singkong sebagai makanan cemilan dan tambahan, karena beraslah yang menjadi makanan pokok. Sementara itu, responden yang jarang mengkonsumsi
singkong, maka sikapnya cenderung lebih positif terhadap singkong. Artinya, semakin jarang responden mengkonsumsi singkong, maka sikapnya terhadap
singkong menjadi lebih positif. Jika dihubungkan dengan pendapatan, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan responden, maka responden tersebut
lebih beragam konsumsinya dibandingkan dengan responden dengan pendapatan rendah, sehingga responden dengan pendapatan tinggi karena jarang
mengkonsumsi singkong, maka sikapnya cenderung positif terhadap singkong. Sementara itu, responden yang lebih sering mengkonsumsi singkong dalam hal ini
responden dengan pendapatan rendah, maka sikap terhadap singkong cenderung netral atau biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku konsumsi
mempengaruhi sikap responden terhadap singkong, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara dugaan peneliti dengan hasil penelitian.
Perilaku dapat mempengaruhi sikap responden terhadap singkong juga dapat terjadi jika seseorang tidak memiliki pilihan lain selain singkong sebagai
makanan pokok, sehingga sikapnya akan positif terhadap singkong. Namun, pada kenyataannya responden di desa ini memiliki pilihan lain sebagai makanan pokok
mereka yaitu beras, karena beras masih mudah ditemukan di Desa Cibatok Satu. Artinya, faktor ketersediaan bahan pangan dalam hal ini beras juga mempengaruhi
perilaku konsumsi responden. Selama beras masih mudah di dapat dan didukung oleh faktor lingkungan lahan yang subur untuk menanam padi, maka perilaku
konsumsi responden terhadap beras semakin tinggi. Berdasarkan gambaran umum Desa Cibatok Satu dapat diketahui bahwa petani sebagian besar menanam
singkong, jagung, dan ubi di sawahnya, namun lebih sering dijual dibandingkan untuk dikonsumsi sendiri dengan alasan memiliki nilai jual yang cukup tinggi
sehingga tingkat konsumsi non beras pada petani lebih rendah dibandingkan non petani. Seharusnya petani lebih tinggi tingkat konsumsi non berasnya karena
didukung oleh faktor ketersediaan bahan pangan non beras yang lebih mudah didapatkan dibandingkan non petani.