Kelembagaan Makanan Pokok Masyarakat Pedesaan
padi. Dengan adanya aturan tersebut para istri harus memperkirakan kebutuhan pangan keluarganya sehingga kebutuhan mereka tetap terpenuhi. Adanya
penyimpanan beras di leuit menyebabkan masyarakat Ciptagelar tidak pernah kekurangan beras. Dengan demikian, mereka benar-benar menjaga padi yang ada
di leuit tersebut Dalam penelitian Jarona 1996, menjelaskan bahwa kelembagaan
makanan pokok pada masyarakat Balim dapat dilihat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka selalu mengkonsumsi ubi jalar baik untuk kebutuhan pangan
sehari-hari maupun pada saat upacara ritual. Kelembagaan terhadap ubi jalar ini telah ada sejak zaman nenek moyang dan masih dipertahankan sampai saat ini.
Kelembagaan makanan pokok lain dapat dilihat dari penelitian Hidayah 2002, mengenai masyarakat Talang Mamak. Dalam penelitiannya Hidayah
menjelaskan bahwa mata pencaharian merupakan faktor yang mempengaruhi kelembagaan makanan pokok masyarakat ini. Masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai pemburu dan peramu makanan pokok meraka berasal dari hutan seperti sagu rumbia, ubi gadung, ubi menggalo, ubi ketelo dan buah sulur-
suluran labu, kundur, timun, ketelo. Sedangkan bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai buruh pemotong kayu makanan pokok mereka adalah beras.
Seiring berjalannya waktu masyarakat Talang Mamak yang bermata pencaharian sebagai pemburu dan peramu mengganti makanan pokok mereka yang awalnya
adalah pangan non beras menjadi beras. Pengalihan makanan pokok ini menunjukkan bahwa sistem perladangan berotasi yang mereka kembangkan sejak
dahulu tidak menjamin ketahanan pangan sehingga padi sebagai tanaman pangan utama selalu disertai dengan bahan pangan lain.